Falsafah PSHT

Manusia dapat dihancurkan, Manusia dapat dimatikan,
tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu
masih Setia kepada dirinya sendiri atau ber-SH pada dirinya sendiri

Senin, 18 April 2016

Mengapa Arah Putaran Thawaf Berlawanan Dengan Arah Jarum Jam, Hikmah Thawaf dan Makna 7 Putaran mengelilingi Ka'bah

 Rahasia Thawaf

Ibadah haji maupun umroh merupakan ibadah fisik, namun demikian banyak makna kebaikan yang tersirat maupun yang tersurat yang bisa kita ambil dalam pelaksanaan ibadah ini. Sungguh sangat disayangkan apabila kita tidak mampu mengambil hikmah dan pelajaran dalam setiap prosesi ritual yang ada di dalam rukun-rukun pelaksanaannya. Hanya lelah saja yang akan didapatkan dan kesia-siaan. Itulah mengapa Rasulullah SAW pernah mengatakan dalam sabdanya yang terkenal…

“Haji yang mabrur tiada lain balasan yang akan diperolehnya melainkan syurga.”

Di antara rukun-rukun ibadah haji, thawaf merupakan rukun yang tidak mudah ditangkap simbolisme yang terkandung di dalamnya. Bergerak mengelilingi Ka’bah tujuh kali, memiliki makna yang sangat dalam bagi hidup dan kehidupan setiap manusia dalam totalitas dimensinya, bukan hanya dalam konteks ritual atau kepentingan akhirat semata.

Thawaf artinya mengitari/mengelilingi. Maksudnya mengelilingi Ka'bah, baik yang berkaitan dengan Haji dan Umroh maupun yang tidak berkaitan dengan haji dan Umroh (Thawaf Sunah). Firman Allah Swt:
ثُمَّ لْيَقْضُوا تَفَثَهُمْ وَلْيُوفُوا نُذُورَهُمْ وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ
"Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran[987] yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka[988] dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah). (QS. Al Hajj: 29)

[987] Yang dimaksud dengan menghilangkan kotoran di sini ialah memotong rambut, mengerat kuku, dan sebagainya.
[988] Yang dimaksud dengan Nazar di sini ialah nazar-nazar yang baik yang akan dilakukan selama ibadah haji.

Thawaf, mengandung makna bahwa gerak hidup setiap manusia, bukanlah sekedar untuk hidup itu sendiri, melainkan segala gerak hidup itu terjadi dan menuju kepada Allah SWT. Allah SWT sebagai pusat pusaran gerak manusia, sebagai pusat orbit gerakan kehidupan manusia.

Secara singkat, simbolisasi dari thawaf berdasarkan pemaknaan di atas adalah bahwa setiap manusia harus memiliki kesadaran yang kuat mengenai pemahaman yang benar dan lurus dari mana kehidupan ini berasal dan ke mana akan menuju, yaitu dari dan menuju Allah. Thawaf adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran dimulai dan diakhiri dari Rukun Hajar Aswad, sedangkan Ka’bah berada di sebelah kiri. Ka’bah adalah pusat/kiblat ibadah umat islam. Disinilah, di baitullah ini kita menjadi tamu Allah SWT.




Putaran thawaf sebanyak 7 kali merefleksikan rotasi bumi terhadap matahari yang menandai putaran terjadinya kisaran waktu, siang dan malam, yang menunjukkan waktu, hari, bulan dan tahun. Subhanallah,,, inilah kebesaran Allah SWT, semuanya bukanlah terjadi secara kebetulan, tetapi sudah menjadi sunnatullah.
Thawaf melambangkan nilai-nilai Tauhid. Dalam thawaf manusia diarahkan agar selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mendekatkan diri kepada Allah SWT bukan hanya satu kali saja, tetapi berulang kali dan setiap waktu dalam kehidupan, sebagaimana dilambangkan dalam ibadah thawaf yang dilakukan tujuh kali putaran. Ini melambangkan agar manusia selalu mendekatkan diri kepada Allah selama tujuh hari dalam seminggu, bermakna manusia harus dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT setiap saat dan setiap hari dalam kehidupannya.

Thawaf tersebut dilakukan dengan penuh penghayatan akan kehadiran Allah SWT, berzikir, berdo'a dan memohon ampun kepada-Nya. Ini melambangkan agar setiap manusia harus selalu beribadah kepada Allah SWT dengan merasakan kehadiran-Nya dalam setiap hari, mengingat kepada-Nya, berzikir, berdo'a dan memohon ampun kepada-Nya.

Tidak ada hari yang lepas daripada ibadah, zikir, berdo'a dan memohon ampun. Inilah kehidupan beribadah seorang muslim. Maksud thawaf ini sesuai dengan lafadz do'a iftitah yang dilakukan dalam shalat:
“Inna sholaati wa nusukiy wamahyaaya wa mamaatiy lillahi robbil 'alamiin“, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah untuk Allah SWT, Tuhan seluruh alam “.

Dalam thawaf, kita diwajibkan untuk mengucup batu hitam “Hajar Aswad” atau dengan cara memberi isyarat lambaian tangan (istislam) kepadanya, sebagaimana yang dilakukan oleh baginda Rasulullah SAW. Ini bermakna dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT, umat Islam harus mengikuti sunnah dan contoh yang dilakukan oleh baginda Rasulullah SAW.

Mengucup batu hitam tersebut juga merupakan lambang bahwa ibadah harus dilakukan dengan penuh kecintaan kepada Allah SWT. Ibadah dilakukan bukan untuk tujuan dunia, bukan tujuan sementara tetapi hanya dengan tujuan mengharapkan keridhaan Allah SWT dengan penuh rasa cinta kepada-Nya.

Thawaf adalah Wujud Ketaatan Seorang Hamba
Coba kita perhatikan, setiap benda tersusun dari atom. Termasuk tubuh kita. Atom terdiri atas sebuah inti atom dan beberapa elektron. Seluruh elektron di dalam atom bergerak mengelilingi inti atom persis seperti thawaf mengelilingi Ka’bah!, Subahanallah! Jagad raya (makro cosmos) juga semua berthawaf mengelilingi pusatnya masing-masing. Bulan berthawaf mengelilingi bumi. Bumi berthawaf mengelilngi matahari. Matahari berthawaf mengelilingi pusat galaksi. Subhanallah! Semua makhluk yang ada di jagad raya ini berthawaf (taat) kepada Allah SWT. Ini adalah sunnatullah yang telah diatur oleh-Nya.

Karena itu, saat anda melaksanakan thawaf, tekadkan dalam hati anda bahwa anda sedang dan akan terus melakukan ketaatan kepada Allah SWT. Jika ini dilakukan, insyaAllah ritual rukun ibadah haji ini akan mengantarkan anda menjadi haji mabrur sehingga akan memberikan pengaruh yang luar biasa dalam kehidupan anda.


Manusia dan Jagad Raya Berthawaf Mengikuti Sunnatullah
Dalam pelaksanaannya, thawaf dilakukan dengan cara mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran, berjalan memutar berlawanan dengan arah jarum jam, mulai dari Hajar Aswad, sementara posisi Ka’bah berada disisi kiri. Pertanyaan yang mungkin muncul dalam benak anda mengapa thawaf dilakukan dengan berjalan kekiri? Berlawanan dengan arah jarum jam? Mengapa posisi Ka’bah di sebelah kiri orang-orang yang berthawaf? Apa makna dan hikmah yang terkandung dari semua itu?
Baiklah, untuk menjawab pertanyaan ini ada baiknya saya ajak anda untuk memperhatikan fakta yang terjadi di alam raya ini. Planet-planet termasuk matahari, berjalan pada rotasinya dengan berputar dari kanan ke kiri, terbalik dengan arah jarum jam. Bahkan, galaksi Bimasakti pun berjalan dari kanan ke kiri, elektron-elektron juga demikian.

Mari kita perhatikan juga fakta ilmiah yang terjadi di dalam tubuh kita, darah bersirkulasi dari jantung ke seluruh tubuh dari arah kanan ke kiri. Jadi, alam raya seakan melakukan thawaf kepada Penciptanya. Thawaf adalah gerakan dan perputaran yang merupakan sunnatullah yang berlaku di alam raya ini. Seluruh alam berthawaf dan bertasbih kepada Sang Pencipta, kemudian hal itu disebut gerak atau rotasi, itulah thawaf.

Allah SWT berfirman :

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالأرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا
"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun". (QS. Al Isra: 44)

Kita manusia dan bumi yang kita diami ini hanyalah satu bagian dari milyaran galaksi, semua itu ada di langit dunia. Allah SWT berfirman :
وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (kami), dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa.” (QS. Adz-Dzariyat: 47)

Semua langit berhubungan dengan langit sesudahnya seperti lingkaran di padang pasir. Begitu seterusnya sampai langit ketujuh. Setiap bintang dan planet memiliki galaksi dan rotasi ke arah kiri. Semua tidak pernah melampaui garis edarnya dalam berputar. Jarak antara bintang-bintang dan planet- planet sangat jauh.

Jarak antara bumi dan matahari sekitar 386 juta kilometer. Sedangkan jarak bulan dan bumi sekitar 150 juta kilometer. Jarak yang jauh ini tidak seberapa dibandingkan jarak yang ada di alam raya ini. Jarak antara satu bintang dan bintang yang lain diperkirakan sekitar empat tahun perjalanan cahaya. Sementara kecepatan cahaya adalah 360.000 kilometer/detik.

Jika difikirkan, dengan thawaf seorang muslim berarti mengikuti irama alam semesta dan mengikuti malaikat yang thawaf di Baitul Ma’mur di langit ketujuh. Bisa jadi thawaf yang mengindikasikan perputaran waktu ini merupakan isyarat bagi jama’ah haji agar mengatur segala urusannya dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak menyia-nyiakan waktu dengan tidak melepaskan diri sedetik pun dari pusat orbit kita yaitu Allah SWT.

Pandanglah bumi ini. Kita akan menyadari posisi kita dan akhirnya menyadari betapa kecilnya diri kita. Lihatlah planet dan galaksi, semua tampak begitu besar dan luas. Orang-orang yang berakal pasti akan berkata, “Bumi ini hanyalah noktah yang berenang di angkasa.” Ia pastilah akan berkata didalam hatinya “Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia.”

Seharusnya, semua itu dapat mendorong kita untuk tunduk dan merendahkan diri kepada Allah SWT. Seluruh alam semesta berthawaf menyembah Allah SWT dan kita bergerak bersamanya. Alam semesta pun tunduk kepada-Nya. Dalam thawaf kita mengikuti alam semesta menghadap Allah SWT. Kita berputar mengikuti aturan-Nya dalam irama sunnatullah. Kita seharusnya juga berusaha mengikuti iramanya di bumi ini agar tidak terjadi ketimpangan di alam semesta dan lebih khusus lagi ketimpangan dalam perjalanan hidup kita.

Dengan melakukan thawaf, kita harus dapat bertanya kepada diri sendiri sudahkah seluruh aktivitas kehidupan kita dalam tujuh hari mengikuti irama sunnatullah ini sebagai wujud ketaatan dan ibadah kepada Allah SWT? Jika belum, segeralah kembali kepada irama maha besar ini, agar hidup kita seimbang dan tidak berantakan.

Sebagaimana thawaf yang dilakukan sebanyak tujuh kali ini. Sudahkah kita dapat mendekatkan diri dan berzikir kepadaNya dengan penuh kecintaan dan mengharapkan keridhaan-Nya? Apakah pelaksanan aktivitas kehidupan dan ibadah yang kita lakukan selama ini masih disertai dengan riya’, dan tujuan mencari kesenangan dunia yang semu dan sementara?



Sudahkan hidup kita seluruhnya merupakan wujud daripada ibadah kepada Allah SWT atau hanya untuk mencari kepuasan dunia dan hawa nafsu semata? Apakah kerja yang kita lakukan, segala aktivitas yang kita laksanakan dalam kehidupan ini bertujuan untuk mencari ridha Allah SWT ataukah tujuan yang lainnya? Segeralah renungkan pertanyaan-pertanyaan penting ini.

Seorang pemikir Islam dari Pakistan, Muhammad Iqbal dalam syairnya berkata :

“Rahasia Ka’bah adalah persatuan. Karena seluruh manusia menyatu dalam putaran. Untuk mengabdi dan menyembah Tuhan. Sebab agama hanya akan menjelma dalam dua cara, yaitu penyerahan diri dalam beribadah dengan menghayati kebesaran Tuhan di setiap saat “.

Mari kita renungkan Firman Allah SWT berikut ini:
Allah SWT berfirman:

وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ (٣٩) لا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ (٤٠)٠
"Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk tandan yang tua (Maksudnya: bulan-bulan itu pada Awal bulan, kecil berbentuk sabit, kemudian sesudah menempati manzilah-manzilah, Dia menjadi purnama, kemudian pada manzilah terakhir kelihatan seperti tandan kering yang melengkung)" (39).
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang, dan masing-masing beredar pada garis edarnya" (40). (QS Yaasin ayat 39-40)

Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (١٩١) رَبَّنَا إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ (١٩٢)
"(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka" (QS. Ali Imran: 191).

"Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, Maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang dzalim seorang penolong pun" (QS. Ali Imran:192).

Maha Benar Allah SWT dengan segala firman-Nya. Semoga kita dapat menghayati dan mampu mengambil hikmah dan pelajaran dari prosesi thawaf yang dilakukan dalam ibadah haji maupun umroh ini agar kita selalu dekat dengan Allah SWT sebagai pusat orbit kita, sehingga kehidupan kita bisa seimbang sesuai dengan irama sunnatullah jagad raya ini.
Aamiin Yaa Mujiibassailiin.


Semoga bermanfa'at
Salam Persaudaraan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar