Falsafah PSHT

Manusia dapat dihancurkan, Manusia dapat dimatikan,
tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu
masih Setia kepada dirinya sendiri atau ber-SH pada dirinya sendiri

Jumat, 16 Desember 2016

Mengukur Kualitas Iman Kita

Iman adalah rasa percaya dan keyakinan hati terhadap wujud dan kebenaran (haq) serta eksisitensinya suatu Dzat yaitu Alah swt. Keimanan ini tidak hanya sebatas mempercayai dan menyakini adanya dzat Allah saja, tetapi mempercayai dan meyakini tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan keberadaan Allah itu sendiri.
Misalnya tentang keberadaan Malaikat, tentang firman-firman yang diturunkan melalui wahyu kepada para Rasul, yang sudah terhimpun dalam kitab, tentang para Rasul atau orang-orang yang diutus untuk menyampaikan firman-firman yang telah turun kepada sekelompok kaum, tentang kebenaran akan datangnya hari kiamat atau hari penghisaban, yang terakhir tentang ketentuan dan ketetapan Allah yang dinamakan takdir.

Iman ini sendiri terbagi menjadi lapisan-lapisan yang relatif tipis atau tebalnya antara satu orang dengan orang yang lain, tetapi secara garis besar lapisan atau tingkatan iman itu terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu, Ilmul Yakin, ainul yakin dan haqqul yakin.

Ilmul Yakin adalah kesadaran untuk meyakini tentang segala sesuatu khususnya tentang ketauhidan Allah dan segala yang berkaitan dengan sifat-sifatNya melalui orang lain, misalnya guru di sekolah, kyai atau para ustadz bahkan mungkin orang-orang yang dekat dengan kita yang bersedia untuk memberikan masukan tentang berbagai hal. Khususnya mengenai ilmu agama.

Ainul Yakin adalah suatu keyakinan yang tidak hanya di dapat dari seseorang, tetapi keyakinan yang terbangun karena suatu pencarian tentang bukti-bukti keberadaan Allah dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kekuasaan dan kemutlakan mengenai hukum-hukum alam yang telah diciptakannya. Pada tahap ini seseorang akan melihat sendiri dan bahkan akan mengalaminya sendiri proses-proses dari pembuktian akan kebenaran yang awalnya hanya berupa informasi-informasi yang bersifat tekstual.
Haqqul Yakin adalah keyakinan yang mutlak dan tidak akan tergoyahkan dari seseorang yang merasa bahwa dirinya hanyalah bagian yang sangat kecil dari sesuatu yang sangat-sangat besar dan diluar kemampuan logika berpikir manusia. Disini bukan hanya mata yang bisa melihat tetapi ada keterlibatan hati yang sangat dominan dalam keyakinan akan dzat Allah. Inilah Iman dengan sebenar-benarnya Iman.
Pada tingkatan ini seorang hamba akan secara otomatis melakukan perintah-perintah dari Tuhannya tanpa ada rasa keterpaksaan. Pada tingkatan ini pula akan timbul rasa kebutuhan yang sangat besat dari seseorang pada Tuhannya dan ada rasa ketergantungan yang sangat kepadaNya. Sehingga menimbulkan efek untuk selalu bisa berinteraksi kapan saja dan dimana saja dia berada.

Ujung dari perilaku seseorang yang sampai pada tingkatan ini adalah rasa ikhlas akan tindakan dan tingkah lakunya. Semua yang di lakukan hanya karena Allah semata. Bukan karena yang lain yang hanya merupakan sesuatu yang di ciptakan. Yang tidak akan bisa mempunyai kekuatan yang paling lemah sekalipun tanpa adanya keterlibatan Tuhannya yaitu Allah swt.

Dari adanya tingkatan-tingkatan inilah seseorang yang mengatakan dirinya beriman masih belum bisa dikatakan sebagai seorang yang beriman dengan sebenar-benarnya Iman. Sehingga Allah perlu memperjelas memberikan informasi kepada kita,

QS. Al Anfaal : 2 – 3.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. 

الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ 
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.

QS. An Naml : 3.
الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ بِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
(yaitu) orang-orang yang mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat.

QS. Al Ankabuut : 59.
الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
(yaitu) yang bersabar dan bertawakkal kepada Tuhannya.

QS. Al Hujuraat : 15.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.”

Iman yang sebenarnya adalah iman dengan amal shalih, yaitu Iman yang disertai dengan amal perbuatan seperti yang disebutkan di beberapa ayat dalam Al Qur`an. Amal perbuatan itu diantaranya adalah: yang mengerjakan shalat dengan ikhlas, yang menafkahkan hartanya yang telah di limpahkan kepadanya di jalan Allah yaitu memberikan kepada mereka yang berhak dan yang membutuhkan, yang bertawakal hanya kepada Allah, yang mampu bersabar meski dalam keadaan tertekan, yang begitu yakin akan kebenaran tentang kehidupan akhirat, yang jika di sebut nama Allah bergetar hatinya karena takut akan adzabnya, yang apabila di bacakan ayat-ayatnya imannya akan bertambah. Itulah orang yang beriman dengan sebenar-benarnya Iman, dan Allah menambahkan dalam satu Ayat,

QS. Al Anfaal : 4.
أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا ۚ لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.

Banyak dari diri kita yang menyatakan beriman tapi sedikit dari kita yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas keimanannya. Sebagian besar dari kita adalah beriman di level yang pertama, karena sesungguhnyalah keimanan yang kita akui itu tak lebih dari sekedar hanya pengakuan atas wujudnya Allah dan kebenaran agama saja. Bahwa Allah itu wujud memang benar adanya. Bahwa beragama itu suatu kewajiban yang harus menempel pada identitas kita, yang jika kita melalaikannya akan berakibat fatal, kita akan dituding sebagai pengikut aliran terlarang, akan dituding sebagai pengikut kepercayaan tertentu yang bukan merupakan suatu agama yang “resmi” dan diakui oleh penguasa atau pemerintah. Sehingga banyak pula dari kita yang beragama tanpa mengetahui apa makna dari beragama itu sendiri.
Dalam “diri” agama itu sendiri tersusun dari beberapa tingkatan. Dalam Agama Islam sebenarnya tingkatan itu tersusun menjadi 3 (tiga) level. Tingkatan yang pertama adalah Iman, yang kedua Taqwa dan yang ke tiga Islam.
Mungkin bagi sebagian orang susunan itu rancu atau kacau karena sebagian orang menempatkan taqwa sebagai tujuan terakhir dari tujuan beragama. Muttaqin menjadi tolok ukur diterima atau tidaknya diri kita oleh Allah untuk kembali kepadaNya. Hal ini memang benar adanya dan jangan pernah pula untuk dipungkiri. Tapi kalau di cermati susunan tingkatan diatas juga bisa diterima sepenuhnya oleh akal atau nalar kita.
Kata “Islam” jika di cermati dari arti kata-nya bisa berarti “Tunduk” atau“berserah diri” . Berserah diri disini tentunya hanya berserah diri kepada Allah. Itulah agama tauhid yang di bawa oleh Rasulullah saw. Muttaqiin yang sebenarnya bisa pula di identikkan dengan orang-orang yang “aslam” yang berarti tunduk, menyerahkan diri sepenuhnya hanya kepada Allah semata.
QS. Ali Imraan 83.
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ﴿٨٣﴾
“Afaghaira diinillahi yabghuuna wa lahu aslama man fiissamaawaati wal ardhi thau`an wa karhaan wa ilaihi yurja`uuna”
”Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan”.
Jika Islam di maknai sebagai penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah swt, memang harusnya berada di tingkatan akhir dari suatu proses beragama, tetapi jika “Islam” dimaknai sebagai suatu nama dari sebuah agama, maka makna Islam yang sebenarnya akan berada di balik bayang-bayang kebesaran agama Islam.
Kita semua mengetahui dan menyadari bahwa berapa banyak orang yang mengaku beragama Islam tetapi pengetahuan tentang Islamnya begitu minim sekali. Mending kalau masih disertai dengan kemauan belajar, kalau tidak ? Betapa menyedihkan sekali ! Kita hanya akan berada dipinggiran inti dari sebuah agama yang lurus yang terbungkus oleh tebalnya “ilmu”.
Inti agama tauhid yang terbungkus oleh dalam dan tebalnya ilmu bagaikan biji dalam buah semangka tanpa biji. “Biji” yang sepertinya tidak ada tetapi sebenarnya ada, dalam arti, inti dari sebuah proses ber-agama itu sebenarnya ada dan nyata, yaitu “Iman”. Tetapi tidak akan pernah kita temukan jika kita tidak pernah mengusahakannya.
“Iman” itu bisa diminta kepada Allah. Asal kita mau sedikit bersusah payah, niscaya Allah akan menurunkan sebuah “petunjuk” Nya. Nah “petunjuk” itulah yang akan kita gunakan untuk menelusuri “peta” inti dari sebuah pentingnya agama bagi kita.
Sebenarnya petunjuk itu sudah ada, yaitu Al Qur`an dan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah yang ada di alam semesta. Tetapi jika seseorang bersikat apatis terhadap Iman dan tauhid dia tidak akan pernah menghiraukan keduanya. Bahkan bersikap menjauhi keduanya. Sampai datangnya kesadaran spritual dalam qalbu atau hatinya. Pada saat datang kesadaran akan kebutuhan dan ketergantungan kepada Allah itulah seseorang akan mulai berpaling kepada “petunjuk” Allah tersebut.
Jika komitmennya kuat dan konsisten dalam memahaminya orang tersebut akan mendapat suatu pencerahan batin. Dimana akan timbul sikap untuk taat dalam menjalankan perintah-perintah agamanya.

QS. Al Isra: 36.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”

Allah memberikan kan kita pendengaran, penglihatan dan hati tak lain karena Allah menginginkan manusia memahami keberadaan Allah dengan segala sifat-sifatnya melalui ketiganya. Jika tidak, Allah sudah mempersiapkan diri dan jiwa kita untuk berhadapan dengan hukum Allah di akhirat yang pedihnya jauh melebihi siksa di dunia.

Uraian di atas untuk mengulas sedikit dari tingkatan iman. Sekarang kita coba untuk mengetahui sedikit tentang tingkatan dalam “ber-agama”. Yang pertama adalah komitmen ber-agama, yang kedua adalah buah dari komitmen beragama yaitu Iman, yang ketiga adalah taqwa, hasil dari masuknya Iman ke dalam hati yang disertai dengan amalan atau perbuatan-perbuatan yang baik, yang merupakan perwujudan dari iman itu sendiri.

Jika kita bisa melalui ketiga fase atau tingkatan tersebut, maka kita akan sampai pada esensi beragama yaitu “Islam” atau “penyerahan diri” sepenuhnya hanya kepada Allah. Dan itu semua adalah buah dari jerih payah atau usaha pencarian makna hidup dari keber-agama-an kita.

Komitmen beragama tidak boleh berhenti hanya sebatas persaksian melalui ucapan dua kalimat syahadat. Komitmen ber-agama harus berefek pada ketebalan Iman. Dengan apa ? Tentunya dengan “Ilmu” . Ilmu itulah nanti yang akan memberikan kita pemahaman akan arti pentingnya seseorang harus berkomitmen untuk ber-agama. Hanya dengan pemahaman tentang ayat-ayat Allah saja seseorang bisa menemukan sebuah contoh kebenaran. Baik itu ayat-ayat yang ada dalam Al Qur`an yang disebut ayat qauliyah maupun ayat-ayat yang ada di alam yang biasa disebut ayat kauniyah.

Kedua ayat tersebut hendaknya dipahami secara bersamaan, karena salah satunya merupakan penjelasan atau bukti dari yang lain, yaitu ayat-ayat Al Qur`an. khususnya untuk ayat-ayat yang berkaitan dengan peristiwa alam. Misalnya bergantinya siang dan malam, tentang turunnya hujan, tentang tanaman yang berbuah, semua itu adalah bukti-bukti keberadaan dan kekuasaan Allah swt.

Iman yang semakin “menebal” dikarenakan pemahaman akan lebih kuat melekatnya dari pada iman yang hanya sekedar “katanya”. Karena iman yang di dapat dari pemahaman ini akan berefek pada pembentukan karakter diri dengan keinginan yang datangnya dari hati untuk segera merealisasi perwujudan dari pada iman itu sendiri. Yaitu berupa amalan atau pembiasaan diri dalam tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku Rasulullah yang telah memberi contoh atau teladan yang baik.
Pembiasaan diri dalam bertingkah laku yang baik berdasarkan iman ini akan berefek pada taqwa. Dimana kata “taat” akan secara perlahan namun pasti akan melekat pada dirinya. Pada kondisi ini seseorang tidak boleh berhenti untuk selalu melakukan eksplorasi terhadap ayat-ayat Allah untuk mengasah kemampuan dalam memahaminya. Ayat-ayat Allah tersebar di seantero jagat raya, yang jika kita gunakan seluruh umur kita untuk mencoba memahaminya tidak akan habis kalimat-kalimat Allah.

Pemahaman harus selalu bertambah, kehidupan beragama kita harus dinamis. Hari ini haruslah lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Iman haruslah selalu bertambah selaras dengan pemahaman. Jika tidak berarti kita termasuk dalam kelompok orang yang merugi karena menyia-nyiakan waktu. Dan kita semua tahu bahwa waktu tidak akan berjalan mundur. Waktu akan terus berlalu seiring dengan bergesernya bumi yang kita tempati. Dan umur manusia akan selalu berkurang dari waktu ke waktu, sampai tiba waktu ajal yang telah di tentukan.

Lantas bagaimanakah dengan orang yang beriman tetapi tidak beramal shalih ? Allah berfirman :
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

”Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

dijelaskan di ayat tersebut bahwa mereka yang “ber-iman” mereka itu sudah berpegangan kepada buhul tali Allah yang sangat kuat dan tidak akan pernah putus. Buhul tali atau simpul tali atau ikatan tali yang kuat, lebih memberikan penjelasan tentang “tali” yang merupakan kabel atau penghubung atau jalan yang menghubungkan seorang hamba kepada Tuhannya. Iman yang diumpamakan tali tersebut tidak lain karena Iman adalah modal atau merupakan modal dalam menjalani amal perbuatan selanjutnya.

Ibarat sebuah bangunan “Iman” adalah pondasi. Tanpa pondasi akan sia-sia keberadaan sebuah bangunan, bahkan kemungkinan besar akan mencelakan bagian-bagian lain dari bangunan itu sendiri. Tetapi pondasi yang kuat akan mempertahankan sebuah bangunan sampai semua bagian dari bangunan itu perlahan lapuk atau dimakan usia. Dan pondasi saja masih belum cukup untuk menjadikan diri kita bagai sebuah bangunan yang sempurna. Kesempurnaan diri dan jiwa kita bisa terbangun apabila kita bisa membangun Amalan yang baik di atas pondasi iman kita.

Di ayat lain Allah juga menegaskan kalau amal perbuatan yang tidak dilandasi oleh iman adalah sesuatu yang sia-sia. Iman menjadi sesuatu yang paling utama dalam hidup. Tanpa Iman otomatis kita termasuk dalam golongan orang-orang yang ingkar kepada Allah. Padahal segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit dan di antara keduanya ini hanyalah milik Allah. Maka menjadi masuk akal jika seseorang yang melakukan segala aktifitas perbuatan yang menurut dirinya paling baik sekalipun akan sia-sia karena tertolak dikarenakan ke-kafiran-an yang melekat pada dirinya.

QS. An Nuur : 39.
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّىٰ إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ ۗ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ
”Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.”

QS. An Nuur : 40.
أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ سَحَابٌ ۚ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا ۗ وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ مِنْ نُورٍ
”Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.”

Untuk itulah kita harus “Istiqomah” dalam pemahaman tanda-tanda atau ayat-ayat Allah ini. Hingga semakin hari semakin bertambah Iman kita. Sejalan dengan berlalunya waktu semakin dekat pula ajal kita. Semakin dekat saatnya semakin kita kedinginan, tapi jika kita berjalan dengan berselimut “Iman”, jangan pernah khawatir dan merasa ketakutan. Sehingga nantinya kita bisa berharap untuk ditetapkannya mati dalam keadaan iman dan Islam.

Jika Iman sudah melekat pada diri dan hati kita secara alami kita akan berusaha untuk memenuhi segala efek dari Iman itu sendiri. Efek dari Iman adalah memenuhi segala yang di perintahkan oleh Allah swt. berupa amalan-amalan yang baik. Amalan-amalan yang baik inilah yang nantinya akan menjadi saksi perbuatan kita selama hidup dalam ke-Iman-an. Dan Iman dan amalan yang baik inilah yang nantinya akan memasukkan diri kita ke dalam golongan orang-orang yang benar. Dan orang-orang yang di kehendaki oleh surganya Allah swt.

Dan mudah-mudahan pula Allah akan memasukkan mereka yang “istiqamah” dalam pemahaman ketauhidan kedalam golongan orang-orang yang bertaqwa yang berbalut kain “keikhlasan”. Dan akan berakhir dengan keridhaan Allah dalam menerima kembalinya diri dan jiwa kita kepadaNya.

Kamis, 15 Desember 2016

DEFINISI KEIMANAN

Salah satu definisi iman adalah diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan. Adakah pertanyaan dalam diri kita, seberapa besarkah kadar keimanan yang kita miliki? dan terlebih lagi ada satu pertanyaan mendasar bahwa dapatkah keimanan itu diukur (dalam hal ini mengukur keimanan diri sendiri ataupun keimanan orang lain)? Bagaimana kita mengetahui kadar keimanan kita, sedangkan keimanan itu dapat diukur atau tidaknya saja kita tidak mengetahuinya.

Perbedaan pendapat dalam berbagai hal adalah hal yang biasa. Termasuk berbedaan pendapat dalam hal untuk menjawab pertanyaan apakah keimanan itu dapat diukur.

Beberapa di antara kita tentunya ada yang berpendapat bahwa tidaklah mungkin keimanan itu dapat diukur. Bentuk keimanan itu seperti apa saja kita tidak mengetahuinya, lantas bagaimana kita dapat mengukurnya?. Keimanan itu merupakan urusan antara makhluk dengan Tuhannya dan hanya merekalah yang mengetahuinya, sehingga bagaimana mungkin seseorang bisa mengukur kadar keimanan orang lain. Mengukur keimanan diri sendiri saja terkadang kita tidak bisa.

Pengukuran keimanan mungkin tidak dapat diterapkan secara keseluruhan. Kita hanya dapat mengukur keimanan ‘yang nampak’ dalam diri seseorang. Mungkin hanya sebagian kecil saja yang dapat kita ukur. Keimanan ‘yang nampak’?. Bisa saja kan seseorang memanipulasi keimanan ‘yang nampak’ itu agar dapat dikategorikan sebagai orang yang memiliki kadar keimanan ‘bagus’. Hal ini memang dapat atau bahkan sering terjadi disekitar kita. Berpura-pura rajin dalam beribadah hanya ingin dinilai sebagai orang yang memiliki kadar keimanan yang tinggi. Mungkin orang yang memiliki ‘kategori tersebut’ sering kita temukan disekitar kita.

Kita mungkin tidak dapat "meng-angkakan" berapa kadar keimanan kita, tetapi kita dapat menilai seberapa kadar keimanan kita.
Lalu apa jawaban dari pertanyaan diatas? dapatkah keimanan itu diukur?.

Kedua pendapat di atas adalah benar bahwa ada beberapa aspek keimanan yang tidak dapat diukur. Kita mungkin tidak dapat mengukur beberapa aspek keimanan di luar batas kemampuan kita. Di mana yang dapat mengetahui seberapa besar kadar aspek keimanan tersebut hanya kita dan Allah yang mengetahuinya, atau bahkan hanya Allah yang mengetahui. Tetapi kita juga tidak dapat menolak pendapat yang kedua bahwa keimanan itu dapat diukur. Tentunya tidak semua aspek keimanan itu dapat diukur, atau bahkan mungkin hanya sedikit aspek keimanan yang dapat diukur. Kita tidak dapat mengukur keimanan apabila aspek tersebut adalah urusan antara seseorang dengan Allah, dimana hanya orang tersebut dan Allah yang mengetahuinya.

Dalam Al-qur’an surat Al-Mumtahanah ayat 10 Allah berfiman:
Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Allah memberikan hak kepada manusia untuk mengukur kadar keimanan seseorang, tetapi masalah apakah ‘keakuratan’ dari hasil pengukuran kita mengenai benar tidaknya kadar keimanan yang dimiliki seseorang adalah urusan Allah.
Allah lah yang lebih mengetahui kadar keimanan seseorang dan mengetahui segala hal.
Wallahu a'lam...

Semoga bermanfaat

Kata Mutiara Persaudaraan

Kejujuran adalah perhiasan jiwa yang lebih bercahaya daripada berlian
Belajar tanpa berpikir tidak ada gunanya, sedangkan berpikir tanpa belajar adalah berbahaya.
Cinta kepada Allah adalah puncaknya cinta. Lembahnya cinta adalah cinta kepada sesama.
Keluhuran budi pekerti akan tampak pada ucapan dan tindakan.
Orang yang berjiwa besar teguh pendiriannya, tetapi tidak keras kepala.
Ulurkan cintamu karena Tuhanmu dan tariklah cintamu karena Tuhanmu, anda tentu tak akan kecewa.
Cinta indah seperti bertepuk dua tangan, tak akan indah jika hanya sebelah saja.
Naluri berbicara kita akan mencintai yang memuja kita, tetapi tidak selalu mencintai yang kita puja.
Melihatlah ke atas untuk urusan akhiratmu dan melihatlah ke bawah untuk urusan duniamu maka hidup akan tenteram.
Seseorang yang oprimis akan melihat adanya kesempatan dalam setiap malapetaka, sedangkan orang pesimis melihat malapetaka dalam setiap kesempatan.
Ingatlah, boleh jadi manusia itu mencintai sesuatu yang membahayakan dirinya atau membenci sesuatu yang bermanfaat baginya. Mohonlah petunjuk-Nya.
Sahabat yang sejati adalah orang yang dapat berkata benar kepada anda, bukan orang yang hanya membenarkan kata-kata anda.
Bekerja atas dorongan cinta akan terasa senang tiada jemu dan lelah.
Orang besar menempuh jalan kearah tujuan melalui rintangan dan kesukaran yang hebat.
Berbuat baiklah kepada orang lain seperti berbuat baik kepada diri sendiri.
Orang besar bukan orang yang otaknya sempurna tetapi orang yang mengambil sebaik-baiknya dari otak yang tidak sempurna.
Memperbaiki diri adalah alat yang ampuh untuk memperbaiki orang lain.
Jika seseorang tidak mencintai anda janganlah dia anda benci, karena mungkin akan tumbuh benih cinta kembali.
Cinta akan menggilas setiap orang yang mengikuti geraknya, tetapi tanpa gilasan cinta, hidup tiada terasa indah.
Bukan kecerdasan anda, melainkan sikap andalah yang yang akan mengangkat anda dalam kehidupan.
Perjuangan seseorang akan banyak berarti jika mulai dari diri sendiri.
Jika rasa cinta terbalas, maka bersyukurlah karena Allah telah memberikan hidup lebih berharga dengan belas Kasih-Nya.
Dalam perkataan, tidak mengapa anda merendahkan diri, tetapi dalam aktivitas tunjukkan kemampuan Anda.
Tegas berbeda jauh dengan kejam. Tegas itu mantap dalam kebijaksana sedangkan kejam itu keras dalam kesewenang-wenangan.
Jika rasa cinta itu tak terbalas maka bersukurlah, karena anda akan dipilihkan Allah yang lebih baik.
Watak keras belum tentu bisa tegas, tetapi lemah lembut tak jarang bisa tegas.
Sifat orang yang berlilmu tinggi adalah merendahkan hari kepada manusia dan takut kepada Tuhan.
Contoh yang baik adalah nasehat terbaik.
Jika kita melayani, maka hidup akan lebih berari.
Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun.
Kita semua hidup dalam ketegangan, dari waktu ke waktu, serta dari hari ke hari; dengan kata lain, kita adalah pahlawan dari cerita kita sendiri.
Tiga sifat manusia yang merusak adalah, kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, serta sifat mengagumi diri sendiri yang berlebihan.
Apa yang nampak sebagai suatu kemurahan hati, sering sebenarnya tiada lain daripada ambisi yang terselubung, yang mengabaikan kepentingan-kepentingan kecil untuk mengejar kepentingan- kepentingan yang lebih besar.
Semua yang dimulai dengan rasa marah, akan berakhir dengan rasa malu.
Hati yang penuh syukur, bukan saja merupakan kebajikan yang terbesar, melainkan merupakan pula induk segala kebajikan yang lain.
Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan-kesalahan yang ia lakukan, dan akan mencoba kembali untuk melakukan dalam suatu cara yang berbeda.
Istilah tidak ada waktu, jarang sekali merupakan alasan yang jujur, karena pada dasarnya kita semuanya memiliki waktu 24 jam yang sama setiap harinya. Yang perlu ditingkatkan ialah membagi waktu dengan lebih cermat.
Ancaman nyata sebenarnya bukan pada saat komputer mulai bisa berpikir seperti manusia, tetapi ketika manusia mulai berpikir seperti komputer.
Pahlawan bukanlah orang yang berani menetakkan pedangnya ke pundak lawan, tetapi pahlawan sebenarnya ialah orang yang sanggup menguasai dirinya dikala ia marah.
Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Jika memulai sekarang, tahun depan Anda akan tahu banyak hal yang sekarang tidak diketahui, dan Anda tak akan mengetahui masa depan jika Anda menunggu-nunggu.
Dalam masalah hati nurani, pikiran pertamalah yang terbaik. Dalam masalah kebijaksanaan, pemikiran terakhirlah yang paling baik.
Belajarlah dari kesalahan orang lain. Anda tak dapat hidup cukup lama untuk melakukan semua kesalahan itu sendiri.
Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi.
Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak.
Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita capai.
Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.
Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.
Perbuatan-perbuatan salah adalah biasa bagi manusia, tetapi perbuatan pura-pura itulah sebenarnya yang menimbulkan permusuhan dan pengkhianatan.
Jika orang berpegang pada keyakinan, maka hilanglah kesangsian. Tetapi, jika orang sudah mulai berpegang pada kesangsian, maka hilanglah keyakinan.
Karena manusia cinta akan dirinya, tersembunyilah baginya aib dirinya; tidak kelihatan olehnya walaupun nyata. Kecil dipandangnya walaupun bagaimana besarnya.
Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putus-nya dipukul ombak. Ia tidak saja tetap berdiri kukuh, bahkan ia menenteramkan amarah ombak dan gelombang itu.
Kita melihat kebahagiaan itu seperti pelangi, tidak pernah berada di atas kepala kita sendiri, tetapi selalu berada di atas kepala orang lain.
Kaca, porselen dan nama baik, adalah sesuatu yang gampang sekali pecah, dan tak akan dapat direkatkan kembali tanpa meninggalkan bekas yang nampak.
Keramahtamahan dalam perkataan menciptakan keyakinan, keramahtamahan dalam pemikiran menciptakan kedamaian, keramahtamahan dalam memberi menciptakan kasih.
Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah.
Rahmat sering datang kepada kita dalam bentuk kesakitan, kehilangan dan kekecewaan; tetapi kalau kita sabar, kita segera akan melihat bentuk aslinya.
Bagian terbaik dari hidup seseorang adalah perbuatan-perbuatan baiknya dan kasihnya yang tidak diketahui orang lain.
Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah.
Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan, selama ia menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya.
Teman sejati adalah ia yang meraih tangan anda dan menyentuh hati anda.
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.
Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan; dan saya percaya pada diri saya sendiri.
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.
Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah.
Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum.
Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, seseorang tidak beriman hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
Jauhilah dengki, karena dengki memakan amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.
 
Yang terbaik di antara kalian adalah mereka yang berakhlak paling mulia.
Allah tidak melihat bentuk rupa dan harta benda kalian, tapi Dia melihat hati dan amal kalian.
Kecintaan kepada Allah melingkupi hati, kecintaan ini membimbing hati dan bahkan merambah ke segala hal.
Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar.
Setiap orang di dunia ini adalah seorang tamu, dan uangnya adalah pinjaman. Tamu itu pastilah akan pergi, cepat atau lambat, dan pinjaman itu haruslah dikembalikan.
Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak.
Sabar memiliki dua sisi, sisi yang satu adalah sabar, sisi yang lain adalah bersyukur kepada Allah.
Takutlah kamu akan perbuatan dosa di saat sendirian, di saat inilah saksimu adalah juga hakimmu.
Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku.
Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh karenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk.
Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar.
Dia yang menciptakan mata nyamuk adalah Dzat yang menciptakan matahari. ~ Bediuzzaman Said Nursi
Penderitaan jiwa mengarahkan keburukan. Putus asa adalah sumber kesesatan; dan kegelapan hati, pangkal penderitaan jiwa.
Kebersamaan dalam suatu masyarakat menghasilkan ketenangan dalam segala kegiatan masyarakat itu, sedangkan saling bermusuhan menyebabkan seluruh kegiatan itu mandeg.
Menghidupkan kembali agama berarti menghidupkan suatu bangsa. Hidupnya agama berarti cahaya kehidupan.
Seseorang yang melihat kebaikan dalam berbagai hal berarti memiliki pikiran yang baik. Dan seseoran yang memiliki pikiran yang baik mendapatkan kenikmatan dari hidup.
Pengetahuan tidaklah cukup; kita harus mengamalkannya. Niat tidaklah cukup; kita harus melakukannya.
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan.
Kearifan ditemukan hanya dalam kebenaran.
Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang.
Perdamaian tidak dapat dijaga dengan kekuatan. Hal itu hanya dapat diraih dengan pengertian.
Agama sejati adalah hidup yang sesungguhnya; hidup dengan seluruh jiwa seseorang, dengan seluruh kebaikan dan kebajikan seseorang.
Dua hal yang membangkitkan ketakjuban saya - langit bertaburkan bintang di atas dan alam semesta yang penuh hikmah di dalamnya.
Apa yang saya saksikan di Alam adalah sebuah tatanan agung yang tidak dapat kita pahami dengan sangat tidak menyeluruh, dan hal itu sudah semestinya menjadikan seseorang yang senantiasa berpikir dilingkupi perasaan rendah hati.
Sungguh sedikit mereka yang melihat dengan mata mereka sendiri dan merasakan dengan hati mereka sendiri.
Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna.
Tidak semua yang dapat menghitung dapat dihitung, dan tidak semua yang dapat dihitung dapat menghitung.
Tidak semua yang dapat menghitung dapat dihitung, dan tidak semua yang dapat dihitung dapat menghitung.
Benar, engkau adalah seorang raja penguasa dunia. Semua orang menunjukkan kesetiaannya padamu! Lalu bagaimana? Esok kamu akan dibaringkan di kubur sebagai rumahmu. Dan dari segala arah, orang-orang akan melemparkan debu ke tubuhmu untuk menutupimu.
Walaupun engkau dijadikan raja penguasa dunia, engkau tidak akan lari dari kematian, dan meninggalkan dunia untuk para musuhmu walaupun hari ini wajahmu tersenyum, esok hal itu pasti akan membuatmu bersedih. Aku melihat manusia datang ke dunia lalu pergi jauh, Dunia dan harta selalu berpindah, dengan sayap-sayap yang sama untuk terbang.
Dunia tidak tetap dengan seorang yang hidup di mana pun, juga tidak ada seorang pun yang hidup selamanya menikmati kesenangannya, kematian dan penderitaannya bagaikan dua ekor kuda yang berlari cepat ke arah manusia, untuk menginjak-injak mereka dan melahap mereka.
Hai bodoh, yang terpedaya oleh daya tarik dunia! Pikirkanlah dan ambillah sesuatu (kebaikan) dari dunia ini untuk menolongmu di akhirat.
Aku tersesat dalam kelalaian, sedang kematian bergerak ke arahku, semakin lama semakin mendekat. Jika aku tidak mati hari ini, aku pasti mati esok, lusa atau kapan pun.
Aku manjakan tubuhku dengan pakaian-pakaian halus dan mewah, sedikit berpikir bahwa itu akan membusuk dan hancur dalam kubur.
Aku bayangkan tubuhku remuk menjadi debu dalam lubang kubur, di bawah gundukan tanah. Keindahan tubuhku akan berangsur-angsur hilang, sedikit demi sedikit berkurang hingga tinggallah kerangka, tanpa kulit dan daging.
Aku melihat detik-detik kehidupan lambat laun habis, namun keinginan-keinginanku masih belum terpenuhi. Suatu perjalanan panjang terbentang di hadapanku, sedangkan aku tiada bekal untuk jalan itu.
Aku menentang Tuhanku, melanggar perintah-perintah-Nya terang-terangan, sementara Ia mengawasiku setiap saat.
Aduh! Aku memperturutkan hatiku dalam perbuatan-perbuatan yang memalukan!
Ah! Apapun yang telah terjadi tak dapat dihapuskan dan waktu bila telah berlalu tidak dapat ditarik kembali.
Ah! Aku berdosa secara rahasia, tidak pernah orang lain mengetahui dosa-dosaku yang mengerikan. Tetapi esok, rahasia dosa-dosaku ditampakkan dan dipertunjukkan kepada Tuhanku.
Ah! Aku berdosa terhadap-Nya, walaupun hati merasa takut, namun aku sangat mempercayai ampunan-Nya yang tak terbatas, aku berdosa dan tak tahu malu, dengan berani bergantung kepada ampunan-Nya yang tak terbatas.
Siapa lagi selain Dia, yang akan mengampuni dosa-dosaku. Sesungguhnya Ia patut bagi segala pujian! Seandainya tidak ada adzab setelah kematian, tiada janji akan surga, tiada ancaman akan neraka.

Kematian dan kebusukan cukup sebagai peringatan agar kita menjauhi kesia-siaan, namun akal kita bebal. Kita tidak mengambil peringatan apa pun. Sekarang tiada harapan lagi bagi kita, kecuali Yang Maha Pengampun mengampuni dosa-dosa kita, karena bila seorang hamba berbuat salah, hanyalah Tuhannya, tanpa seorang pun yang mengampuninya tak diragukan lagi aku adalah yang terburuk dari semua hamba-Nya.
Aku yang menghianati perjanjianku dengan Tuhanku yang dibuat di keabadian. Dan, adalah hamba yang cakap yang janji-janjinya tak berarti.

Tuhanku, akan bagaimanakah nasibku, ketika api membakar tubuhku? Api yang melelehkan batu yang paling keras!
Ah! Aku sendiri ketika dibangkitkan dari kubur (tanpa seorangpun yang menolongku pada hari itu). Wahai Engkau, Yang Maha Esa yang tiada sekutu terhadap keagungan-Mu. Belas kasihanilah kesendirianku, karena ditinggalkan oleh segalanya.
Sungguh jalanan paling licin yang bahkan kaki ulama pun tergelincir di atasnya adalah ketamakan.
Tiada yang lebih baik dari dua kebaikan: Beriman kepada Allah dan bermanfaat bagi manusia. Tiada yang lebih buruk dari dua kejahatan: Syirik pada Allah dan merugikan manusia.
Tiga tanda kesempurnaan iman: Kalau marah, marahnya tidak keluar dari kebenaran. Kalau senang, senangnya tidak membawanya pada kebatilan. Ketika mampu membalas, ia memafkan.
Tertipulah yang melakukan tiga perkara: Membenarkan apa yang tak terjadi, mengandalkan orang yang tidak dipercaya, dan menghasratkan apa yang tak dimiliki.
Dengannya Allah kuburkan kedengkian; Dengannya Allah padamkan permusuhan; Melaluinya diikat persaudaraan; Yang hina dimulyakan. Yang tinggi direndahkan.
Berbagi rezeki dengan tulus, berbakti pada orang tua, berbuat baik pada sesama, mengubah duka menjadi bahagia dan menambah usia.
Semua ilmu ada pokok bahasannya. Pokok bahasan ilmu para Nabi adalah manusia... Mereka datang untuk mendidik manusia.
Orang paling baik adalah orang yang kita harapkan kebaikannya dan kita terlindung dari keburukannya.
Jika orang dapat empat hal, ia dapat kebaikan dunia akhirat: Hati yang bersyukur, lidah yang berzikir, badan yang tabah pada cobaan, dan pasangan yang setia menjaga dirinya dan hartanya.
Nabi ditanya bermanfaatkah kebajikan setelah dosa? Ia menjawab: Taubat membersihkan dosa, kebaikan menghapuskan keburukan.
Manusia Paling baik adalah orang yang dermawan dan bersyukur dalam kelapangan, yang mendahulukan orang lain, bersabar dalam kesulitan.
Tiga manusia tidak akan dilawan kecuali oleh orang yang hina: orang yang berilmu yang mengamalkan ilmunya, orang cerdas cendikia dan imam yang adil.
Tiada musibah yang lebih besar daripada meremehkan dosa-odsamu dan merasa ridho dengan keadaan rohaniahmu sekarang ini.
Hati Adalah Ladang. Sesungguhnya setengah perkataan itu ada yang lebih keras dari batu, lebih tajam dari tusukan jarum, lebih pahit daripada jadam, dan lebih panas daripada bara. Sesungguhnya hati adalah ladang, maka tanamlah ia dengan perkataan yang baik, karena jika tidak tumbuh semuanya (perkataan yang tidak baik), niscaya tumbuh sebahagiannya.
Sesungguhnya seorang hamba itu bila merasa ujub kerana suatu perhiasan dunia, niscaya Allah akan murka kepadanya hingga dia melepaskan perhiasan itu.
Orang yang bakhil itu tidak akan terlepas daripada salah satu daripada 4 sifat yang membinasakan iaitu: Ia akan mati dan hartanya akan diambil oleh warisnya, lalu dibelanjakan bukan pada tempatnya atau; hartanya akan diambil secara paksa oleh penguasa yang zalim atau; hartanya menjadi rebutan orang-orang jahat dan akan dipergunakan untuk kejahatan pula atau; adakalanya harta itu akan dicuri dan dipergunakan secara berfoya-foya pada jalan yang tidak berguna.
Barangsiapa takut kepada Allah SWT nescaya tidak akan dapat dilihat kemarahannya. Dan barangsiapa takut pada Allah, tidak sia-sia apa yang dia kehendaki.
Orang yang banyak ketawa itu kurang wibawanya. Orang yang suka menghina orang lain, dia juga akan dihina. Orang yang menyintai akhirat, dunia pasti menyertainya. Barangsiapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga.
Hendaklah kamu lebih memperhatikan tentang bagaimana amalan itu diterima daripada banyak beramal, kerana sesungguhnya terlalu sedikit amalan yang disertai takwa. Bagaimanakah amalan itu hendak diterima?.
Janganlah seseorang hamba itu mengharap selain kepada Tuhannya dan janganlah dia takut selain kepada dosanya.
Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak ada ilmunya dan tidak ada kebaikan ilmu yang tidak difahami dan tidak ada kebaikan bacaan kalau tidak ada perhatian untuknya.
Tiada solat yang sempurna tanpa jiwa yang khusyu'. Tiada puasa yang sempurna tanpa mencegah diri daripada perbuatan yang sia-sia. Tiada kebaikan bagi pembaca al-Qur'an tanpa mengambil pangajaran daripadanya. Tiada kebaikan bagi orang yang berilmu tanpa memiliki sifat wara'. Tiada kebaikan mengambil teman tanpa saling sayang-menyayangi. Nikmat yang paling baik ialah nikmat yang kekal dimiliki. Doa yang paling sempurna ialah doa yang dilandasi keikhlasan. Barangsiapa yang banyak bicara, maka banyak pula salahnya, siapa yang banyak salahnya, maka hilanglah harga dirinya, siapa yang hilang harga dirinya, bererti dia tidak wara', sedang orang yang tidak wara' itu bererti hatinya mati.
Antara tanda-tanda orang yang bijaksana itu ialah: Hatinya selalu berniat suci. Lidahnya selalu basah dengan dzikrullah. Kedua matanya menangis kerana penyesalan (terhadap dosa). Segala perkara dihadapaiya dengan sabar dan tabah. Mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia.

Semoga Bermanfaat...

Jumat, 02 Desember 2016

Nihil

Qori Dunia

Qori Dunia
Syaikh Abdurrahman As-Sudais
 sheikh-sudeis-big
Salah satu qari’ (pembaca qur’an) yang terkenal di Indonesia adalah Syaikh Abdurrahman As Sudais. Beliau merupakah seorang qari’ yang memiliki suara sangat khas, juga merupakan seorang Imam dan khatid di masjid yang paling mulia di dunia, Masjidil Haram Makkah.
Syaikh menghafal al-Qur’an sejak kecil, belajar dari banyak ulama di berbagai tempat, dan terkenal dengan akhlaknya yang mulia. Beliau menolak radikalisme Islam dan juga menolak pelemahan aqidah ummat Islam. Salah satu yang tidak disukai dari beliau oleh musuh-musuhnya adalah pembelaannya terhadap muslim Palestina yang diserang oleh Yahudi, sebaliknya beliau dicintai oleh ummat Islam karena banyaknya jasa yang beliau sumbangkan untuk ummat ini.
Sebagai Imam Masjidil Haram, beliau memegang posisi penting dalam dakwah Islam. Beliau juga pernah mengunjungi berbagai negara dalam rangka melakukan dakwah Islam dan menguatkan silaturahmi antar muslim, di antaranya India, Pakistan, Malaysia Inggris. Indonesia? Ya tentu saja beliau pernah datang ke Indonesia bahkan menjadi imam shalat di Masjid Istiqlal, Jakarta.
Suara tilawah dari Syaikh Abdurrohman as Sudais dikenal cukup cepat. Jadi jika Anda ingin menghafal al-Qur’an dengan mengikuti suara/lantunan beliau, maka kelebihannya adalah Anda akan bisa membaca ayat cukup banyak (ayat panjang) dalam shalat tanpa memakan waktu yang lama. Dengan catatan, tetap perhatikan adab dan tajwid membaca al-Qur’an

Sumber: https://islamdownload.net/124129-download-murottal-mp3-abdurrahman-as-sudais.html






Syaikh Sa’ad al Ghamidi
30-03-2013-Syaih-Al-Ghamidi-10

Syaikh Sa’ad al Ghamidi adalah salah seorang qari yang terkenal dari Saudi Arabia. Beliau menghafal al-Qur’an secara penuh pada usia yang terbilang masih muda, yakni usia 22 tahun. Suaranya lembut dan tenang, juga dikenal sebagai seorang qari’ yang memiliki tajwid yang baik. Sama seperti wajahnya yang rupawan, suara lantunan al-Qur’an yang dialunkannya pun sangat menawan.
Syaikh Sa’ad al-Ghamidi lahir di Dammam, Sauri Arabia, dan mendalami ilmu syari’ah sebagai ilmu yang diperlukan oleh seorang muslim.
Tahun 2012 beliau ditunjuk sebagai imam di Masjid Kanoo, Dammam, Saudi Arabia. Pada tahun 2009 beliau ditunjuk menjadi imam di Masjid Nabawi, Madinah.
Lantunan suara Syaikh Sa’ad al Ghamidi yang lambat dan tartil, menurut hemat kami menjadikannya sangat cocok untuk dijadikan panduan dalam menghafal al-Qur’an.

Sumber: https://islamdownload.net/124315-murattal-saad-al-ghamidi.html


Disalin dari www.al-aziziyah.org