Falsafah PSHT

Manusia dapat dihancurkan, Manusia dapat dimatikan,
tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu
masih Setia kepada dirinya sendiri atau ber-SH pada dirinya sendiri

Selasa, 31 Mei 2016

RAHASIA DI BALIK WAKTU SHOLAT

Apakah kita ingat tentang larangan orang tua kita waktu masih kecil? jika saat mendekati Maghrib harus segera masuk ke dalam rumah?, atau kita juga pernah mendengar orang berkata, jangan bangun kesiangan kelak rizki kita dipatok ayam, ada juga yang bilang kita akan lebih sehat bila membiasakan bangun pagi sebelum subuh. Seperti halnya yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, Rasulullah SAW terbiasa bangun di sepertiga akhir malam atau sebelum saat shubuh datang. Kebiasaan baik itu kini terbukti secara ilmiah bisa menyehatkan badan manusia.



Berbicara tentang shalat, tiap-tiap umat muslim diwajibkan melaksanakan shalat 5 waktu, yakni Shubuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib serta Isya. Ternyata ada rahasia di balik waktu shalat yang terkait dengan badan manusia.

Tiap-tiap peralihan saat sholat sebenarnya menunjukkan pergantian tenaga alam ini yang dapat diukur serta diserap lewat pergantian warna alam semesta.
WAKTU SHUBUH
Waktu Shubuh alam ada dalam spektrum warna biru muda yang sama juga dengan frekwensi tiroid. Kesamaan ini memengaruhi system metabolisme badan. Jadi warna biru muda/saat shubuh mempunyai rahasia yang terkait dengan rejeki serta komunikasi. Seseorang yang kerap ketinggalan saat shalat Shubuhnya atau melewatkan dengan cara berulang kali, maka dalam kurun waktu yang lama bakal menghadapi permasalahan dalam komunikasi yang selanjutnya mempengaruhi jalan rejekinya.
Ini bisa ditandai bila kita tidur sesudah shubuh bakal bangun dengan rasa haus, tidak sama ketika kita terbangun waktu tidur siang. Badan akan terasa kehilangan keseimbangan serta kehilangan semangat. Ini berlangsung lantaran tenaga alam yang berwarna biru muda tidak bisa diserap oleh tiroid yang semestinya dapat terserap bila manusia bangun sebelum fajar. Di sini dapat juga kita dapatkan rahasia diperintahkan Sholat di awal waktu. Bermula waktu adzan Shubuh, tenaga alam pada saat itu ada pada step optimum. Tenaga berikut yang bakal diserap oleh badan lewat rencana resonan pada saat ruku' serta sujud. Jadi, mereka yang melewatkan Shubuhnya sesungguhnya telah tidak bisa lagi menyerap tenaga yang datang dari alam secara maksimal.
WAKTU DZUHUR
Setelah itu warna alam bakal beralih ke warna hijau (Isyraq & Dhuha) lalu beralih menjadi kuning, warna kuning mengisyaratkan masukknya saat Dzuhur. Spektrum warna pada saat ini sama juga dengan frekwensi perut serta hati, frekwensi ini terkait dengan system.
Warna kuning ini mempunyai rahasia yang terkait dengan keceriaan serta optimisme. Jadi, mereka yang senantiasa melewatkan Dzuhurnya dengan cara berulang dalam kehidupannya bakal menghadapi permasalahan di perut serta bakal cenderung kehilangan karakter cerianya.
WAKTU ASHAR
Lantas sesudah saat dzuhur, warna alam bakal berpindah ke warna orange, yakni memberikan masuknya saat Ashar di mana spektrum warna pada saat ini berbarengan dengan frekwensi prostat, uterus, ovari serta testis yang melingkupi system reproduksi. Rahasia di balik warna orange yaitu kreatifitas. Orang yang kerap ketinggalan saat Ashar, ia bakal kehilangan daya kreatifitasnya. Serta nyatanya, tenaga pada saat Ashar ini sangat diperlukan oleh organ-organ reproduksi kita.
WAKTU MAGHRIB
Saat mendekati waktu maghrib, warna alam berpindah ke warna merah. Dulu kita kerap dinasehati oleh orang tua supaya secepatnya masuk atau tak lagi berada di luar rumah ketika menjelang waktu Maghrib. Ini lantaran spektrum warna pada saat ini menghampiri frekwensi Jin serta Iblis, sehingga  pada saat itu Jin dan Iblis sangat bertenaga lantaran mereka resonan dengan alam. Mereka yang tengah dalam perjalanan juga sebaiknya berhenti dulu pada saat itu, sebaiknya sholat Maghrib dahulu, karena pada saat itu banyak sekali yang berusaha mengaburkan pandangan kita. Rahasia saat Maghrib/warna merah adalah kepercayaan, pada frekwensi otot, saraf serta tulang.
WAKTU ISYA
Lalu bila kita sudah memasuki waktu Isya' alam beralih ke warna indigo dan selanjutnya masuk fasa kegelapan. Saat Isya' ini menaruh rahasia ketentraman serta kedamaian di mana frekwensinya berbarengan dengan system kerja otak manusia. Untuk Mereka yang kerap ketinggalan Isya'nya bakal senantiasa ada dalam kegelisahan. Pada saat ini, alam berada dalam kegelapan, pada saat ini adalah waktu tidur yang baik dalam Islam. Tidur pada saat ini diberi nama saat dalam keadaan delta di mana seluruh system badan ada dalam saat istirahat dari kesibukan.

Selepas tengah malam, alam kembali bercahaya dengan warna putih, merah jambu serta lantas berpindah ke warna ungu, saat ini cuma berbarengan dengan frekwensi kelenjar pineal, pituitasi, talamus serta hipotalamus. Badan semestinya bangkit, pada saat ini di dalam Islam disebut dengan sepertiga akhir malam. Bila menginginkan memperoleh kebaikan pada saat ini, sebaiknya bangun serta lakukan shalat malam/tahajud.
Demikianlah rahasia di balik beberapa saat shalat yang berhubungan dengan badan manusia.
Wallahu A'lamu Bishshowab
Semoga Bermanfaat

Rabu, 25 Mei 2016

Pengertian Khodam, Qorin dan Rijalul Ghoib

Anda pasti pernah mendengar tentang Khodam, Qorin, dan Rijalul Ghoib. Sebenarnya apa perbedaan dari semua itu?

Khodam diambil dari kata bahasa arab "Khodam" yang berarti pelayan atau pembantu. Jenis pembantu laki-laki maupun perempuan sama saja penyebutannya yaitu khodam. Khodam bagi kalangan paranormal adalah makhluk halus dari jenis jin yang menjadi pembantu manusia.

Qorin adalah teman ghoib dari bangsa jin yang diciptakan oleh Tuhan untuk menjadi teman kita semenjak bayi. Sehingga Qorin ini banyak yang menyebutnya (dalam istilah jawa) sebagai "Sedulur Papat".

Rijalul Ghoib diambil dari kata "Rijal" yang artinya laki-laki dan "Ghoib", yang berarti tidak kasat mata, artinya orang mulia dari bangsa jin. Sebab orang timur tengah menyebut seorang bangsawan atau seorang yang mulia dengan sebutan Rijal (orang laki-laki)

Jin adalah makhluk yang diciptakan oleh Tuhan dari unsur api, sama seperti iblis atau setan. Hanya saja jin sudah mengenal agama seperti manusia, dan kehidupannya juga seperti halnya manusia.

Jadi menurut saya khodam, qorin, rijalul ghoib dan jin adalah makhluk halus dari bangsa jin. Namun ada sebagian yang mengatakan Rijalul Ghoib adalah roh wali, kiyai dan sebagainya.

Semua tergantung yang mempercayai, namun menurut pemahaman saya Rijalul Ghoib adalah orang mulia dari bangsa jin. Bisa itu lurahnya jin, bisa itu bupatinya jin atau kiyainya jin, yang jelas rijalul ghoib bukan dari ruh, sebab ketika menusia meninggal dunia ruhnya akan kembali kepada Allah Swt.

Mengenai ada yang mengatakan ruh para nabi, rosul, auliya', dan orang sholeh tetap hidup itu hanya sebatas keyakinan semata, sebab tidak ada yang tahu hakikat ruh kecuali Allah Swt.

Musyrik kah memiliki Khodam?
Inilah yang menjadi kontroversi kalangan tertentu. Memiliki khodam bisa menjadikan kita syirik atau musyrik, baik itu khodam jin, qorin, rijalul gaib maupun malaikat.

Musyrik ataukah tidak semua tergantung anda bagaimana menyikapi keberadaan khodam itu sendiri. Yang jelas tidak ada satupun makhluk yang patut disembah kecuali Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa. Yang menciptakan anda dan khodam anda. Khodam hanyalah sebatas perantara saja, segala keputusan hanyalah Allah Swt Yang Maha Menentukan.
Wallahu A'lamu Bishshowab

Semoga Bermanfaat

Selasa, 24 Mei 2016

Definisi tentang Khodam menurut Islam

Khodam Jin Dan Khodam Malaikat
Yang dimaksud khodam dalam uraian ini adalah penjaga yang didatangkan dari dunia ghaib untuk manusia, bukan untuk benda bertuah. Didatangkan dari rahasia urusan Ilahiyah yang terkadang banyak diminati oleh sebagian kalangan ahli mujahadah dan riyadlah tetapi dengan cara yang kurang benar.

Para ahli mujahadah itu sengaja berburu khodam dengan bersungguh-sungguh. Mereka melakukan wirid-wirid khusus, bahkan datang ke tempat-tempat yang terpencil. Di kuburan-kuburan tua yang angker, di dalam gua, atau di tengah hutan.

Ternyata keberadaan khodam tersebut memang ada, mereka disebutkan di dalam al-Qur’an.

Diantara mereka ada yang datang dari golongan Jin dan ada juga dari Malaikat, namun barangkali pengertiannya yang berbeda. Karena khodam yang dinyatakan dalam Al- Qur’an itu bukan berupa kelebihan atau linuwih yang terbit dari basyariah manusia yang disebut “kesaktian”, melainkan berupa sistem penjagaan dan perlindungan yang diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh sebagai buah ibadah yang mereka lakukan.

Sistem perlindungan tersebut dibangun oleh rahasia urusan Allah Swt yang disebut “walayah”, dengan itu supaya fitrah orang beriman tersebut tetap terjaga dalam kondisi sebaik-baik ciptaan.

Allah Swt menyatakan keberadaan khodam-khodam tersebut dengan firman-Nya yang artinya:
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, menjaganya atas perintah Allah (Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah). Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan mereka sendiri”. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia (QS. ar-Ra’d; 13/11).

Lebih jelas dan detail adalah sabda Baginda Nabi Muhammad Saw dalam sebuah hadits shahihnya yang artinya:
“Hadits Abi Hurairah r.a berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: “Sesungguhnya Allah apabila mencintai seorang hamba, memanggil malaikat Jibril dan berfirman : “Sungguh Aku mencintai seseorang ini maka cintailah ia”. Nabi s.a.w bersabda: “Maka Jibril mencintainya”. Kemudian malaikat Jibril memanggil- manggil di langit dan mengatakan: “Sungguh Allah telah mencintai seseorang ini maka cintailah ia, maka penduduk langit mencintai kepadanya. Kemudian baginda Nabi bersabda: “Maka kemudian seseorang tadi ditempatkan di bumi di dalam kedudukan dapat diterima oleh orang banyak”. (HR Bukhori dan Muslim).

Dan juga sabdanya:
“Hadits Abi Hurairah r.a Sesungguhnya Rasulullah s.w.t bersabda: “Mengikuti bersama kalian, malaikat penjaga malam dan malaikat penjaga siang dan mereka berkumpul di waktu shalat fajar dan shalat ashar kemudian mereka yang bermalam dengan kalian naik (ke langit), Tuhannya bertanya kepada mereka padahal sesungguhnya Dia lebih mengetahui keadaan mereka: di dalam keadaan apa hambaku engkau tinggalkan?, mereka menjawab: mereka kami tinggalkan sedang dalam keadaan shalat dan mereka kami datangi sedang dalam keadaan shalat”. (HR Buhori dan Muslim).

Setiap yang mencintai pasti menyayangi. Sang Pecinta, diminta ataupun tidak pasti akan menjaga dan melindungi orang yang disayangi. Manusia, walaupun tanpa susah-susah mencari khodam, ternyata sudah mempunyai khodam-khodam, bahkan sejak dilahirkan ibunya. Khodam-khodam itu ada yang golongan malaikat dan ada yang golongan Jin.

Di antara mereka bernama malaikat Hafadhoh (penjaga), yang dijadikan tentara-tentara yang tidak dapat dilihat manusia.

Konon menurut sebuah riwayat jumlah mereka 180 malaikat. Mereka menjaga manusia secara bergiliran di waktu ashar dan subuh, hal itu bertujuan untuk menjaga apa yang sudah ditetapkan Allah s.w.t bagi manusia yang dijaganya. Itulah sistem penjagaan yang diberikan Allah s.w.t kepada manusia yang sejatinya akan diberikan seumur hidup, yaitu selama fitrah manusia belum berubah. Namun karena fitrah itu terlebih dahulu dirubah sendiri oleh manusia, hingga tercemar oleh kehendak hawa nafsu dan kekeruhan akal pikiran, akibat dari itu, matahati yang semula cemerlang menjadi tertutup oleh hijab dosa-dosa dan hijab-hijab karakter tidak terpuji, sehingga sistem penjagaan itu menjadi berubah.

KHODAM JIN DAN KHODAM MALAIKAT
‘Setan’, menurut istilah bahasa Arab berasal dari kata syaithona yang berarti ba’uda atau jauh. Jadi yang dimaksud ‘setan’ adalah makhluk yang jauh dari kebaikan. Oleh karena hati terlebih dahulu jauh dari kebaikan, maka selanjutnya cenderung mengajak orang lain menjauhi kebaikan. Apabila setan itu dari golongan Jin, berarti setan Jin, dan apabila dari golongan manusia, berarti setan manusia. Manusia bisa menjadi setan manusia, apabila setan Jin telah menguasai hatinya sehingga perangainya menjelma menjadi perangai setan.

Rasulullah Saw menggambarkan potensi tersebut dan sekaligus memberikan peringatan kepada manusia melalui sabdanya yang artinya:
“Kalau sekiranya setan tidak meliputi hati anak Adam, pasti dia akan melihat alam kerajaan langit”.

Di dalam hadits lain Rasulullah Saw bersabda yang artinya:
“Sesungguhnya setan masuk (mengalir) ke dalam tubuh anak Adam mengikuti aliran darahnya, maka sempitkanlah jalan masuknya dengan puasa”.

Setan jin menguasai manusia dengan cara mengendarai nafsu syahwatnya. Sedangkan urat darah dijadikan jalan untuk masuk dalam hati, hal itu bertujuan supaya dari hati itu setan dapat mengendalikan hidup manusia. Supaya manusia terhindar dari tipu daya setan, maka manusia harus mampu menjaga dan mengendalikan nafsu syahwatnya, padahal manusia dilarang membunuh nafsu syahwat itu, karena dengan nafsu syahwat manusia tumbuh dan hidup sehat, mengembangkan keturunan, bahkan menolong untuk menjalankan ibadah.

Dengan melaksanakan ibadah puasa secara teratur dan istiqomah, di samping dapat menyempitkan jalan masuk setan dalam tubuh manusia, juga manusia dapat menguasai nafsu syahwatnya sendiri, sehingga manusia dapat terjaga dari tipudaya setan.

Itulah hakekat mujahadah. Jadi mujahadah adalah perwujudan pelaksanaan pengabdian seorang hamba kepada Tuhannya secara keseluruhan, baik dengan puasa, shalat maupun dzikir.

Mujahadah itu merupakan sarana yang sangat efektif bagi manusia untuk mengendalikan nafsu syahwat dan sekaligus untuk menolak setan.

Allah Swt berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka berdzikir kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat”. (QS.al- A’raaf.7/201)

Firman Allah Swt di atas, yang dimaksud dengan lafad “Tadzakkaruu” ialah, melaksanakan dzikir dan wirid-wirid yang sudah diistiqamahkan, sedangkan yang dimaksud “Mubshiruun”, adalah melihat.

Maka itu berarti, ketika hijab-hijab hati manusia sudah dihapuskan sebagai buah dzikir yang dijalani, maka sorot matahati manusia menjadi tajam dan tembus pandang. Jadi, berdzikir kepada Allah s.w.t yang dilaksanakan dengan dasar Takwa kepada-Nya, di samping dapat menolak setan, juga bisa menjadikan hati seorang hamba cemerlang, karena hati itu telah dipenuhi Nur ma’rifatullah.

Selanjutnya, ketika manusia telah berhasil menolak setan Jin, maka khodamnya yang asalnya setan Jin akan kembali berganti menjadi golongan malaikat.

Sebagaimana firman Allah Swt:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan) “Janganlah kamu merasa takut janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. Kamilah pelindung-pelindungmu di dalam kehidupan di dunia maupun di akherat”. (QS. Fushilat: 41/30-31).

Firman Allah s.w.t di atas yang artinya: “Kami adalah pelindung-pelindungmu di dalam kehidupan di dunia maupun di akherat”, itu menunjukkan bahwa malaikat-malaikat yang diturunkan Allah s.w.t kepada orang yang istiqamah tersebut adalah untuk dijadikan khodam-khodam baginya.

Walhasil, bagi pengembara-pengembara di jalan Allah, kalau pengembaraan yang dilakukan benar dan pas jalannya, maka mereka akan mendapatkan khodam-khodam malaikat. Seandainya orang yang mempunyai khodam Malaikat itu disebut wali, maka mereka adalah waliyullah. Adapun pengembara yang pas dengan jalan yang kedua, yaitu jalan hawa nafsunya, maka mereka akan mendapatkan khodam Jin. Apabila khodam jin itu ternyata setan maka pengembara itu dinamakan walinya setan.

Jadi Wali itu ada dua:
(1) Auliyaaurrohmaan (Wali-walinya Allah), dan
(2) Auliyaausysyayaathiin (Walinya setan).

Allah s.w.t menegaskan dengan firman-Nya:
“Dan orang-orang yang tidak percaya, Wali-walinya adalah setan yang mengeluarkan dari Nur kepada kegelapan. Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al-Baqoroh: 257).

Dan juga firman-Nya:
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.“. (QS. Al A’raaf: 27)

Seorang pengembara di jalan Allah, baik dengan dzikir maupun wirid, mujahadah maupun riyadlah, kadang- kadang dengan melaksanakan wirid-wirid khusus di tempat yang khusus pula, perbuatan itu mereka lakukan sekaligus dengan tujuan untuk berburu khodam-khodam yang diingini. Khodam-khodam tersebut dicari dari rahasia ayat-ayat yang dibaca.

Semisal mereka membaca ayat kursi sebanyak seratus ribu dalam sehari semalam, dengan ritual tersebut mereka berharap mendapatkan khodamnya ayat kursi. Sebagai pemburu khodam, mereka juga kadang-kadang mendatangi tempat-tempat yang terpencil, di kuburan- kuburan yang dikeramatkan, di dalam gua di tengah hutan belantara. Mereka mengira khodam itu bisa diburu di tempat-tempat seperti itu. Kalau dengan itu ternyata mereka mendapatkan khodam yang diingini, maka boleh jadi mereka justru terkena tipudaya setan Jin.

Artinya, bukan Jin dan bukan Malaikat yang telah menjadi khodam mereka, akan tetapi sebaliknya, tanpa disadari sesungguhnya mereka sendiri yang menjadi khodam Jin yang sudah didapatkan itu. Akibat dari itu, bukan manusia yang dilayani Jin, tapi merekalah yang akan menjadi pelayan Jin dengan selalu setia memberikan sesaji kepadanya.
Sesaji-sesaji itu diberikan sesuai yang dikehendaki oleh khodam Jin tersebut. Memberi makan kepadanya, dengan kembang telon atau membakar kemenyan serta apa saja sesuai yang diminta oleh khodam-khodam tersebut, bahkan dengan melarungkan sesajen di tengah laut dan memberikan tumbal. Mengapa hal tersebut harus dilakukan, karena apabila itu tidak dilaksanakan, maka khodam Jin itu akan pergi dan tidak mau membantunya lagi. Apabila perbuatan seperti itu dilakukan, berarti saat itu manusia telah berbuat syirik kepada Allah s.w.t.

Kita berlindung kepada Allah s.w.t dari godaan setan yang terkutuk. Memang yang dimaksud khodam adalah “rahasia bacaan” dari wirid-wirid yang didawamkan manusia. Namun, apabila dengan wirid-wirid itu kemudian manusia mendapatkan khodam, maka khodam tersebut hanya didatangkan sebagai anugerah Allah s.w.t dengan proses yang diatur oleh-Nya.

Khodam itu didatangkan dengan izin-Nya, sebagai buah ibadah yang ikhlas semata-mata karena pengabdian kepada-Nya, bukan dihasilkan karena sengaja diusahakan untuk mendapatkan khodam. Apabila khodam-khodam itu diburu, kemudian orang mendapatkan, yang pasti khodam itu bukan datang dari sumber yang diridlai Allah s.w.t, walaupun datang dengan izin-Nya pula. Sebab, tanda-tanda sesuatu yang datangnya dari ridho Allah, di samping datang dari arah yang tidak disangka-sangka, bentuk dan kondisi pemberian itu juga tidak seperti yang diperkiraan oleh manusia.

Demikianlah yang dinyatakan Allah Swt dalam firman-Nya yang artinya:
“Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar.
“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. Ath-Tholaq: 2-3)

Khodam-khodam tersebut didatangkan Allah Swt sesuai yang dikehendaki-Nya, dalam bentuk dan keadaan yang dikehendaki-Nya pula, bukan mengikuti kehendak hamba-Nya.

Bahkan juga tidak dengan sebab apa-apa, tidak sebab ibadah dan mujahadah yang dijalani seorang hamba, tetapi semata sebab kehendakNya. Hanya saja, ketika Allah sudah menyatakan janji maka Dia tidak akan mengingkari janji-janji-Nya.

Ilmu Khodam
Khodam adalah merupakan manifestasi energi pintar yang terlahir dari sebuah do’a, mantra dan tatalaku ritual spiritual tertentu yang mengandung tingkatan konsentrasi yang tinggi kepada sang pencipta alam dibarengi doa-doa atau cita-cita agar terkabulnya suatu maksud dan tujuan.

Khodam adalah bahasa arab yang memiliki arti yaitu pembantu/pelayan.

Kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh orang yang melakukan olah batin seperti puasa, bertapa, semedi, membaca mantra atau wirid amalan tertentu sebetulnya adalah dari Khodam. Disadari ataupun tidak, setiap olah batin yang dilakukan manusia selalu menimbulkan energi-energi yang memiliki kesadaran/kecerdasan sendiri. Inilah peran dari khodam. Mereka diciptakan Tuhan sebagai perantara yang membawa kekuatan supranatural bagi orang-orang yang dikehendaki.Sebagian orang beranggapan bahwa memiliki khodam (atau ilmu spiritual yang ada khodamnya) adalah sebuah kesyirikan atau dosa besar. Bagi kami, pendapat ini adalah pendapat yang “membabi buta” karena pengertian khodam sangat luas. Sedangkan khodam sendiri terdiri dari berbagai jenis yang tidak mampu disamakan.

Berikut ini pembahasan mengenai khodam.
Istilah “khodam” berasal dari bahasa arab yang berarti pembantu, penjaga atau pengawal yang selalu mengikuti. Dalam bahasa arab pembantu rumah tangga, sopir, tukang kebun dan satpam juga mampu disebut sebagai khodam. Namun dalam konteks ilmu spiritual, istilah “khodam” digunakan khusus untuk menyebut makhluk gaib yang mengikuti pemilik ilmu spiritual atau yang mendiami suatu benda pusaka. Dalam konsep spiritual jawa, khodam disebut sebagai “prewangan” yang artinya adalah orang yang membantu.

Khodam dalam konsep mistik islam dan jawa diyakini sebagai “jiwa” suatu ilmu. Khodam memberi energi pada pemilik ilmu sehingga mampu melakukan hal-hal diluar kewajaran. Tentu saja ada khodam yang minta imbalan ada pula yang “gratis” karena khodam ini datang karena kehendak Allah, bukan “dipaksakan” oleh manusia. Yang dimaksud “dipaksakan” adalah khodam ini datang karena seseorang melakukan ritual pemanggilan yang ditujukan untuk meminta tolong kepada khodam dari golongan jin.

Mengenai siapakah sebernarnya khodam, para spiritualist berpendapat berbeda-beda.

Kelompok Pertama mengatakan khodam adalah jenis makhluk tertentu yang khusus diciptakan Tuhan sebagai “pembawa” kekuatan bagi para pemilik ilmu dan benda pusaka.
(Kelompok ini tidak punya dalil yang kuat untuk mendukung pendapatnya, jadi pendapat ini boleh kita abaikan).

Kelompok Kedua berpendapat bahwa khodam hanyalah sebutan atau julukan bagi Jin, Qorin dan Malaikat yang membantu manusia. Seperti istilah “setan” yang sebetulnya bukanlah jenis mahluk, melainkan hanya julukan bagi jin atau manusia yang suka berbuat kejahatan.
Dalam kitab Al-Quran pun diterangkan bahwa Tuhan hanya menciptakan hambanya yang berakal dalam tiga bentuk saja, yaitu: Malaikat, Manusia dan Jin. Ustadz Firman sendiri lebih meyakini pendapat kedua ini.

Mengapa Khodam membantu manusia?
Karena khodam terdiri dari tiga jenis makhluk yaitu Jin, Qorin dan Malaikat, maka alasan mereka bersedia membantu manusia juga berbeda-beda.

Khodam Jin
Pelu Anda ketahui bahwa kehidupan sosial jin sama seperti manusia. Mereka terdiri dari bermacam-macam ras dan kelompok yang sangat kompleks. Setiap jin punya sifat dan kebutuhan yang berbeda-beda seperti pada manusia. Begitu pula dalam dalam membantu manusia, mereka punya alasan yang berbeda-beda. Namun secara garis besar, ada 4 alasan mengapa jin mau membantu manusia.

1. Ingin menyesatkan manusia
Kelompok jin ini adalah tentara ilbis yang ditugaskan untuk membantu para tukang sihir dan penganut ilmu hitam. Orang yang ingin memiliki khodam jenis ini harus melakukan perbuatan atau ritual yang melanggar aturan Tuhan. Misalnya untuk medapatkan ilmu sihir mereka harus menyediakan sesaji, makan darah, membunuh, melakukan dosa besar dan sebagainya. Jin jenis ini sangat senang jika manusia yang didampinginya jauh dari agama.
Bukan hanya penganut ilmu hitam saja yang dibantu oleh jin tentara iblis ini. Para penganut thariqoh (orang yang menapaki jalan spiritual menuju Tuhan) dan orang soleh yang kurang waspada pun disesatkan oleh jin golongan ini.
Awalnya jin mengaku sebagai guru spiritual yang sudah meninggal atau malaikat yang akan membimbingnya dan membantu segala usahanya. Seketika seorang ahli thariqoh pun memiliki banyak “kesaktian”. Namun perlahan-lahan jin cerdas ini memperdaya ahli thariqoh hingga dia melanggar aturan agama.

2. Ingin mendapat keuntungan dari manusia
Khodam Jin jenis ini selalu meminta imbalan dalam bentuk sesaji, persembahan, korban, bahkan ada yang mengadakan perjanjian, jika sudah sampai waktu yang ditentukan pemilik ilmu bersedia menjadi budak/pengikut di alam jin. Orang yang menjadi budak jin, meniggalkan jasadnya, kemudian jiwanya dibawa ke alam jin. Sehingga dia tampak mati bagi orang awam, padahal dia sebetulnya belum mati. Nanti ketika sudah sampai batas usianya, malaikat maut baru menjemputnya untuk dihadapkan kepada Tuhan. Oleh karena itu jangan pernah berniat untuk mendapatkan pesugihan atau “harta gaib” yang datang tiba-tiba dengan bantuan jin.

Keadaan ini sesuai dengan Al-Quran surah Al-Jin ayat 6, yang terjemahnya:
"Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan".

3. Karena mencintai manusia
Kadang kami menemui ada jin yang mengikuti manusia dengan alasan cinta. Cinta yang kami maksud adalah seperti cinta pria kepada wanita. Umumnya jin yang seperti ini selalu berusaha membantu manusia yang dicintainya, sekaligus mengganggu. Bentuk bantuannya mampu berupa kemampuan mengobati, perlindungan dari kejahatan, kemampuan mengetahui rahasia orang dan sebagainya. Sedangkan gangguannya biasanya berupa: merasa diikuti seseorang, sulit mencintai, hubungan cinta selalu gagal, kesurupan/kerasukan dan sering mimpi bersetubuh. Bahkan kadang ada jin yang datang dalam wujud manusia untuk menyetubuhi manusia dalam keadaan sadar.

4. Persahabatan
Bagi sebagian orang yang memiliki ilmu spiritual tertentu, bersahabat dengan jin bukanlah hal mustahil. Idealnya hubungan persahabatan adalah saling membantu dan berbagi. Namun kenyataannya hubungan persahabatan dengan jin mampu menguntungkan atau merugikan Anda, bahkan kadang juga menyesatkan Anda. hal ini sama jika kita bersahabat dengan sesama manusia. Jika sahabat kita adalah orang baik, maka kita pun terbawa menjadi baik. Tapi jika kita berteman dengan penjahat, maka kita pun mampu dirugikan atau malah bergabung menjadi penjahat. Semua itu tergantung sifat dan kepribadian Anda. Hubungan persahabatan inilah yang menjadi dasar.

MENGENALI KHODAM
Setiap manusia sesungguhnya sudah dibekali Allah s.w.t dengan teman (qorin) dari golongan Jin, bahkan sejak manusia dilahirkan oleh ibunya.

Rasulullah s.a.w telah menegaskan hal itu dengan sabdanya:
“Tidaklah dari salah satu diantara kalian kecuali sesungguhnya Allah telah mewakilkan temannya dari jin, mereka bertanya: “Apakah engkau juga ya Rasulullah?”, Rasul s.a.w menjawab: “Dan juga kepadaku, hanya saja sesungguhnya Allah telah menolongku mengalahkannya, maka ia masuk Islam, maka ia tidak memerintah kepadaku kecuali dengan kebaikan”. (HR. Muslim)

Rasulullah s.a.w meskipun dibekali teman dari Jin, namun Allah memberikan pertolongan kepada Beliau sehingga Jin yang menyertai Nabi s.a.w masuk Islam. Dengan itu jin tersebut tidak memberikan bisikan kepada Baginda Nabi kecuali dalam kebaikan, demikianlah yang disampaikan dalam sabdanya di atas. Maka hadits ini menjadi bukti bahwa bagian dari fungsi khodam Jin itu adalah mempengaruhi manusia dengan perintahnya.

Hanya saja, oleh karena Allah s.w.t telah memberikan pertolongan kepada Baginda Nabi s.a.w, meskipun jin itu memberikan perintah, namun itu hanya dalam kebaikan. Melalui hadits ini juga terbukti, ternyata khodam yang baik itu tidak hanya dari golongan malaikat saja, akan tetapi juga ada yang dari golongan Jin.

Lebih jelas lagi dari apa yang telah disabdakan oleh Baginda Nabi s.a.w di dalam hadits yang lain:
“Aku diutamakan melebihi Adam dengan dua keadaan: pertama, sesungguhnya setanku adalah kafir, kemudian Allah memberi pertolongan kepadaku sehingga setanku masuk Islam, dan yang kedua, sesungguhnya adalah istri-istriku selalu menolong kepadaku di dalam kebaikan, sedangkan Adam, setannya adalah kafir dan istrinya adalah menolong kepada setannya”.

Walhasil, dari sekian uraian di atas, baik yang bersumber dari firman-firman Allah s.w.t maupun hadits-hadits Nabi s.a.w dapat diambil beberapa kesimpulan: Bahwa keberadaankhodam-khodam itu ternyata memang ada, bahkan ada yang yang sudah diikutkan manusia sejak dilahirkan oleh ibunya. Di antara khodam-khodam itu ada yang menguntungkan ada yang merugikan. Namun demikian, adanya khodam itu tidak didapatkan dengan cara diburu ke sana ke mari, melainkan didatangkan oleh Allah s.w.t sebagai bonus ibadah, baik secara langsung mengikuti hikmah yang dikehendaki-Nya atau melalui proses dan sebab-sebab yang berkaitan dengan ikhtiar serta amal ibadah.

Di antara khodam-khodam itu ternyata ada yang sudah diikutsertakan Allah kepada manusia sejak ia dilahirkan ibunya. Padahal dalam kenyataannya tidak semua orang dapat merasakan keberadaannya terlebih mengenalinya. Bagaimanakah yang demikian itu dapat dinalar secara rasional?

Manusia dengan khodamnya, ibarat manusia dengan bayang-bayangnya sendiri. Bayang-bayang itu menjadi ada, bukan karena ada dengan sendirinya, namun karena ada sinar yang menyinari manusia. Seperti malam ketika sedang berkabut hingga menjadi gelap gulita, jangankan bayang-bayang, gunung di pelupuk mata pun tidak tampak. Demikian itu karena tidak adanya sinar yang menerangi persada. Namun ketika matahari mulai memancarkan sinar, seiring fajar pagi kian terang, maka sedikit demi sedikit gunung yang tadinya tidak kelihatan mulai menampakkan diri. Yang asalnya seperti gundukan asap hitam, semakin lama menjadi semakin terang, dan ketika matahari semakin tinggi, tidak ada kabut dan mendung yang menghalangi, maka gunung itupun semakin menampakkan diri.

Ketika sinar matahari telah sempurna memancar pada titik kulminasi, maka gunung itu semakin kelihatan indah karena bayang-bayang pemisah antara dua celah yang semula tidak kelihatan kini ikut mempercantik wajahnya. Seperti itulah cara mengenali khodam. Artinya,khodam itu tidak harus dicari ke sana ke mari, melainkan didapatkan dengan jalan mendekatkan dirinya kepada titik pancaran sinar matahari. Yang dimaksud sinar matahari itu adalah Nur langit dan Nur bumi, yaitu Nur dan HidayahAllah s.w.t yang menerangi rongga dada seorang hamba sehingga matahati yang ada di dalamnya menjadi tembus pandang.

Maka mendekatkan diri kepada sinar matahari itu berarti mendekatkan diri kepada Allah s.w.t supaya dengan itu seorang hamba mendapatkan hidayah-Nya.

Supaya orang dapat sinar matahari, dia harus mendekatkan diri kepada sumber sinar, sekaligus menghilangkan sesuatu yang dapat menghalangi dirinya dari sinar tersebut. Seperti itulah cara orang mengenali khodam-khodamnya, di samping ia harus mendekatkan diri kepada Allah s.w.t, juga harus menghilangkan dan menghapus hijab-hijab yang menutupi matahatinya, sehingga mampu menangkap pancaran Nur danHidayah dengan sempurna. Dengan sinar hidayah itu alam yang semula gelap gulita menjadi terang benderang karena matahati seorang hamba menjadi tembus pandang. Hamparan dada yang semula sempit dan dangkal itu kini menjadi dalam dan luas karena bagian rahasia alam telah tersingkapkan. Dengan semakin luasnya ilmu dan pengenalan diri, baik kepada diri sendiri dan lingkungan, terlebih pemahaman akan rahasia urusan Tuhannya, maka dengan izin-Nya seorang hamba akan semakin mengenali apa-apa yang ada di sekelilingnya. Mereka dapat menngenali dimensi-dimensi lain yang ada di alam semesta, di antaranya adalah dimensi rahasia khodam-khodam yang menyertai hidupnya.

Ini adalah ‘kunci rahasia’ untuk membuka pintu rahasia yang selama ini seakan tertutup rapat itu. Merupakan password yang dapat menguak dimensi alam yang seakan terhalang. Kunci permasalahan yang dapat dijadikan dasar kajian sekaligus bekal utama supaya seorang hamba mampu mambangun amal untuk melatih diri membakarhijab dan menembus sekat yang menghalangi, mengadakan pengembaraan dan bermi’raj menuju dimensi yang diselimuti. Menyelesaikan tahapan, menempuh tanjakan, menyiasati jebakan dan menyingkirkan rintangan, supaya perjalanan tidak tersesat di tengah jalan, sehingga seorang pejalan mendapatkan apa-apa yang sudah disiapkan.

Jadi, berburu khodam itu tidak harus melakukan perjalanan pergi kesana-kemari, akan tetapi dengan gerakan diam. Artinya melakukan amal dalam pengabdian hakiki, baik dzikir dan wirid, maupun mujahadah dan riyadlah, semuanya itu dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Hal tersebut bisa dilakukan dimana saja, baik di dunia rame maupun sepi, asal hanya untuk mengharapkan ridla-Nya. Selanjutnya berserah diri kepada-Nya terhadap apa-apa yang yang diharapkan. Demikian itu, karena Allah tidakl jauh dari hamba-Nya. Allah sangat dekat dan bahkan lebih dekat dari urat lehernya. Allah adalah Dzat Yang Maha Mengetahui terhadap apa-apa yang dikerjakan hamba-Nya, baik dari perbuatan taat maupun maksiat dan Allah juga Maha Kuasa membalas amal ibadah yang dikerjakan hamba-hamba-Nya itu.

Terlebih urusan khodam yang hanya dapat dikenali dengan ilmu rasa. Padahal tidak ada jalan untuk menghasilkan ilmu rasa kecuali dengan amal (praktek), maka tidak mungkin uraian tentang khodam ini dapat diperpanjang lagi. Oleh karena itu, bagi para pembaca yang ingin melanjutkan pencarian, silahkan meneruskan sendiri semampu mungkin dengan mencari bahan tambahan, baik dari ayat-ayat al-Qur’an maupun Hadits-Hadits Nabi s.a.w yang tentunya harus didampingi para Ulama’ ahlinya sebagai guru dan pembimbing, sambil memohon petunjuk dan taufiq kepada Allah s.w.t agar kita semua terjaga dari segala tipudaya kehidupan.

Wallahu A'lamu Bishshowab

(Baca Artikel saya berikutnya)
Semoga Bermanfaat

Selasa, 17 Mei 2016

Tradisi-tradisi yang dianggap lumrah tetapi sebenarnya menjerumuskan pelakunya pada kesyirikan

1. Tathayyur
Tathayyur adalah beranggapan sial dengan waktu tertentu, tempat tertentu, atau sesuatu yang dilihat, didengar, atau diketahui. (Al-Qaulul Mufid)
Di sebagian daerah, penduduk membangun rumah menghadap arah tertentu. Mereka juga memulai membangun dan menempatinya di hari tertentu, dengan keyakinan akan mendatangkan keberuntungan dan menjauhkan kesialan. Ada pula yang tidak mau berdagang di hari tertentu dan melarang pernikahan di bulan tertentu. Semua ini adalah bentuk tathayyur syirik, harus dijauhi oleh seorang muslim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:
“Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik.” (HR. Abu Dawud no. 3910, lihat al-Qaulul Mufid) 

2. Tamimah
Tamimah adalah sesuatu yang digantungkan pada seorang anak untuk menolak ‘ain atau musibah.
Sering kita melihat benda-benda yang digantungkan di rumah, mobil, toko, atau dipakaikan pada anak dengan niat menolak bala. Semua ini termasuk jenis tamimah yang syirik. Orang yang melakukannya terjatuh dalam kesyirikan. (Lihat al-Qaulul Mufid) 

3. Tiwalah
Ia adalah sesuatu yang dibuat untuk membuat suami/seorang lelaki mencintai istrinya/seorang wanita atau sebaliknya.
Adapun dublah (cincin yang dipakai oleh seseorang setelah menikah) dengan keyakinan bahwa selama cincin emas tersebut dipakai maka pernikahannya akan tetap langgeng, ini adalah keyakinan yang syirik, karena tidak ada yang bisa membolak-balikkan hati manusia selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Memakai cincin seperti ini minimal tasyabbuh (menyerupai) orang kafir, haram hukumnya. Bisa juga terjatuh dalam kesyirikan, jika dia berkeyakinan bahwa cincin itu bisa menjadi sebab langgengnya pernikahan. (Lihat al-Qaulul Mufid Syarah Kitabut Tauhid) 

4. Jampi-jampi/mantra
Yang dimaksud adalah ruqyah (bacaan-bacaan) yang syirik, yang mengandung permintaan bantuan kepada jin.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang tiga hal di atas dalam hadits beliau:
“Sesungguhnya jampi-jampi, tamimah, dan tiwalah adalah syirik.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud, dishahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani)
Adapun ruqyah yang dibenarkan oleh syariat adalah yang memenuhi tiga syarat berikut:
– Bacaan dari Al-Qur’an, As-Sunnah, dan doa-doa yang baik.
– Menggunakan bahasa Arab dan dimengerti maknanya.
– Diyakini hanya semata-mata sebagai sebab, tidak bisa berpengaruh selain dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Lihat Fathul Majid) 

5. Perdukunan
Ini adalah musibah yang melanda banyak kaum muslimin. Banyak orang menjadi pelanggan dukun dalam keadaan senang atau pun susah, padahal ancaman bagi dukun dan yang mendatanginya sangat besar. 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:
“Barangsiapa mendatangi dukun dan bertanya sesuatu, tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh malam.” (HR. Muslim)
Dalam hadits lain, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:
“Barangsiapa mendatangi dukun dan bertanya sesuatu kemudian membenarkannya, dia telah mengkufuri apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.”
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menegaskan bahwa mendatangi dukun ada beberapa rincian hukum,
1. Datang dan bertanya kepadanya, maka tidak diterima shalatnya empat puluh hari.
2. Datang, bertanya kepadanya, dan membenarkan ucapannya, maka ia telah ingkar kepada apa yang diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
3. Datang untuk membongkar kesesatannya, diperbolehkan. (Lihat al-Qaulul Mufid)

Adapun tentang kafirnya dukun, asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad al-Hakami menyebutkan sembilan alasan kafirnya dukun. Di antara yang beliau sebutkan adalah bahwa seorang dukun telah menjadi wali setan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya setan itu membisikkan kepada kawan-kawannya….” (Al-An’am: 121)

Padahal setan tidak akan menjadikam seorang menjadi wali selain seorang yang kafir. (Lihat Ma’arijul Qabul hlm. 423-424)

6. Sembelihan untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberitakan bahwa termasuk orang yang dilaknat adalah seorang yang melakukan sembelihan untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:
“Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah. Allah melaknat orang yang melaknat (mencerca) dua orang tuanya. Allah melaknat orang yang melindungi pelaku pelanggaran syar’i. Dan Allah melaknat orang yang mengubah-ubah batas tanah.” (HR. Muslim)

Di antara sembelihan yang dipersembahkan untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah berbagai bentuk sembelihan untuk jin.

a. Larung (sedekah laut)
Di antara sembelihan syirik adalah sembelihan tahunan yang dipersembahkan untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik untuk laut (sedekah laut), sungai, gunung, maupun yang lainnya.

b. Sembelihan untuk pengantin
Di sebagian tempat ada sebuah tradisi penyembelihan ketika ada pernikahan. Kedua mempelai diperintahkan untuk menginjakkan kedua kaki mereka di darah sembelihan tersebut sebelum memasuki rumahnya.

c. Sembelihan untuk rumah baru
Di sebagian daerah, ketika telah selesai membangun rumah, mereka menyembelih seekor hewan. Sebagian mereka bahkan menanam kepala hewan tersebut di rumah barunya. Ini juga termasuk sembelihan yang syirik.

d. Memenuhi keinginan jin yang masuk pada tubuh seseorang
Ketika ada orang kerasukan jin kemudian diruqyah, jin terkadang minta disembelihkan hewan untuk dirinya. Jika terjadi hal demikian, permintaan jin itu tidak boleh ditunaikan, karena hal tersebut adalah sembelihan untuk jin. (Lihat al-Qaulul Mufid, asy-Syaikh Muhammad al-Wushabi)

7. Kesyirikan di kuburan
Di antara perbuatan syirik yang dianggap biasa adalah perbuatan-perbuatan di pekuburan sebagai berikut:
a. Berdoa kepada penghuni kubur
b. Nadzar untuk penghuni kubur
c. Isti’anah, meminta tolong kepada penghuni kubur
d. Isti’adzah, meminta perlindungan kepada penghuni kubur
e. Istighatsah, meminta dihilangkan bencana kepada penghuni kubur

Ketahuilah, semua hal di atas adalah kemungkaran yang harus diingkari. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:
“Barangsiapa melihat kemungkaran hendaknya dia ubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, dengan lisannya. Jika tidak mampu juga maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim) (Lihat Ma’ariful Qabul, Ighatsatul Lahafan, Tahdzirul Muslimin)

8. Mencari berkah dari benda-benda tertentu
Sebagian orang mencari berkah kepada pohon, kuburan, atau benda-benda yang mereka miliki, seperti keris dan cincin.

Faedah
Tidak boleh bertabarruk (mencari berkah) dari diri seseorang, dengan tubuh atau bagian tubuh seseorang tertentu, selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Seorang muslim tidak boleh mencari berkah dengan diri seseorang yang dianggap shalih, baik ludah, rambut maupun bagian tubuh lainnya. Hal ini berdasarkan beberapa alasan.
a. Hal tersebut kekhususan bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
b. Tidak ada seorang pun setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat yang meminta berkah dengan bagian tubuh Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali bin Abi Thalib, dan sahabat lainnya. Seandainya hal tersebut dibolehkan, niscaya akan dilakukan oleh orang-orang di zaman mereka.
c. Akan menyebabkan fitnah dan ujub (bangga diri) dari orang yang dimintai berkah. (Lihat Taisir al-‘Azizil Hamid, hlm. 144-145)

9. Sihir
Sihir adalah satu amalan kufur yang harus dijauhi oleh seorang muslim. Seseorang yang belajar dan mengajarkan sihir telah terjatuh dalam kekufuran.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir). Hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manuria.” (Al-Baqarah: 102) (Lihat Ma’arijul Qabul hlm. 407-411)

10. Sedekah bumi
Sedekah bumi yaitu memberikan sesuguh/sesaji ketika hendak panen padi dan lainnya. Menurut mereka, sesaji itu dipersembahkan untuk Dewi Sri. Ini pun termasuk bentuk kesyirikan.

11. Sesajen
Yakni memberikan sesuguh untuk karuhun ketika hendak melaksanakan acara tertentu.

12. Memberikan penghormatan dengan membungkuk
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Membungkuk ketika memberikan penghormatan adalah perbuatan yang dilarang. Hal ini sebagaimana dalam riwayat at-Tirmidzi dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa mereka bertanya tentang seseorang yang berjumpa dengan temannya lalu membungkuk kepadanya. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Tidak boleh.”

Juga karena ruku dan sujud tidak boleh dilakukan selain untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, walaupun hal ini menjadi bentuk penghormatan pada syariat sebelum kita, sebagaimana dalam kisah Yusuf ‘alaihis salam:
“Dan ia menaikkan kedua ibu bapaknya ke atas singgasana. Mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Yusuf pun berkata, “Wahai ayahku, inilah ta’bir mimpiku yang dahulu itu.” (Yusuf: 100)
Adapun dalam syariat kita, bersujud tidak diperbolehkan selain untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Lihat Majmu’ al-Fatawa, 1/259)

Ketahuilah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati anda, apa yang kami sampaikan hanyalah sebagian amalan syirik yang ada di tengah-tengah masyarakat kita. Semuanya harus kita jauhi. Kita juga harus memperingatkan umat Islam untuk menjauhi amalan-amalan syirik.

Ketahuilah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati anda, segala adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat harus tunduk kepada syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An-Nisa: 65)

Janganlah kita seperti orang-orang jahiliyah yang tidak mau beriman kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam dengan alasan mengikuti nenek moyang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang keadaan kaum musyrikin:
Apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan oleh Allah,” mereka menjawab, “(Tidak), kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.” (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui sesuatu pun dan tidak mendapat petunjuk? (al-Baqarah: 170)

Seorang muslim harus mendahulukan syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala di atas segala hal. Dia harus mengutamakan syariat daripada hawa nafsu, adat-istiadat, dan pendapat akalnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mencela orang yang lebih mendahulukan hawa nafsunya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutupan atas penglihatannya? Siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (al-Jatsiyah: 23)

Mudah-mudahan tulisan yang ringkas ini bisa menjadi nasihat dan menjadi salah satu sebab musnahnya praktik-praktik kesyirikan yang telah menyebar di negeri kita ini, Aamiin,,,
[Faidah ini diambil dari tulisan Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak yang berjudul “Penyimpangan Akidah di Sekitar Kita” dalam majalah Asy Syariah no. 67/VI/1432 H/2010, hal. 48-53]

Allahu A'lamu Bishshowab


Semoga Bermanfaat

Tiga Perkara yang Diridhoi dan Dibenci Allah

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEwJ0kFUZF70ulDDhxAz-9KKZw9DMZrmrVDP-1-mYC1OlwMPD8FGbYBFpQpAeK3KdrY8JWg-GUMLNhb7bA9dCIl7rjIPHY820_XByP0w7LGKpao1zVYCANBg9kHyABQNnIn6JGkxC8Xi4/s1600/Tiga+Perkara+yang+Diridhai+dan+Tiga+Keadaan+yang+Dibenci+Allah.jpg

Kunci kemenangan perjuangan umat muslim adalah persatuan kaum muslimin itu sendiri. Meskipun kemenangan Islam ialah keniscayaan, maka harus ada upaya-upaya yang dilakukan untuk menjunjung kejayaan yang telah dijanjikan.
 
Tiga perkara yang diridhoi dan tiga keadaan yang dibenci Allah harus kita pelajari agar tidak terjerumus dalam perkara yang dibenci Allah. Dari ketiga hal yang diridhai kita dapat belajar untuk mengamalkannya agar semakin dekat dengan Allah. Oleh karena itu, pelajarilah mana hal yang baik dan mana yang buruk sebagai tanda orang yang bijak.
 
Terdapat cara-cara yang bisa kita lakukan untuk menjadi bagian dari perjuangan di jalan Allah. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui 3 hal yang disukai dan dibenci Allah.
 
Tiga Perkara Yang Diridhoi Allah
Allah SWT akan selalu meridhai setiap hamba-Nya yang mau berjuang di jalan-Nya dengan niat yang sungguh-sunggu untuk memenangkan Islam. Allah SWT akan membantu siapa saja yang membantu agama-Nya. Berdasarkan shahih Muslim, dijelaskan secara khusus tentang 3 sifat yang diridhai dan dibenci Allah dan ini adalah tiga hal yang dapat mengundang Ridho Allah, yakni:
 
1. Berpegang teguh kepada agama Allah
Bersatu akan mendatangkan ridho Allah. Berjamaah akan mendatangkan kemenangan dari Allah. Berpegang teguh kepada agama dan kitab-kitab-Nya akan menyelamatkan kita. Dalam perjuangan membela Islam, maka bersiaplah selalu dan surga akan disediakan pada kita. Sedangkan, perpecahan menyebabkan kebinasaan. Cerai-berai tidak memiliki manfaat sedikit pun. Banyak kerugian yang menjadi buah nyata dari perpecahan.
 
2. Tidak menyekutukan Allah
Kemurnian ibadah adalah ketauhidan pada Allah dengan penuh ketulusan hati. Tak ada Tuhan selain Allah sehingga hanya kepada-Nya lah kita harus menyembah. Apabila seseorang menyembah dengan sesembahan selain Allah maka ia telah melakukan dosa yang besar.
 
3. Setia pada pemimpin
Maksud dari pemimpin ini adalah ia yang dengan adil memperjuangkan Islam dan kaum-Nya. Ia akan bersedia mendoakan dan akan didoakan oleh kaum muslimin. Kalimat Allah akan ditegakkan tinggi di atas bumi pertiwi ini.
 
Tiga Perkara Yang Dibenci Allah
Abu Hurairah meriwayatkan tentang 3 hal yang diridhai dan dibenci Allah dan ini adalah tiga hal yang dibenci oleh Allah, yaitu:
 
1. Banyak bicara
Kita sering mendengar istilah diam adalah emas. Diam menjadi lebih baik jika berbicara hanya akan menjerumuskan kita pada perbuatan dosa. Semakin banyak bicara hal-hal yang tidak bermanfaat atau bahkan menyaakiti orang lain, maka semakin melimpah dosa kita.
 
2. Hamburkan harta
Harta yang paling baik adalah harta yang dimiliki oleh orang shaleh. Ia akan menggunakan harta tersebut untuk berjihad dan meninggikan kalimat Allah di dunia ini. Sedangkan, harta yang dimiliki orang kafir akan digunakan secara berlebih-lebihan sehingga dapat menjerumuskannya pada siksa api neraka.
 
3. Banyak bertanya
Apabila bertanya karena kita tidak mengerti akan suatu hal, maka ini adalah perbuatan baik. Namun, bertanya karena keras kepala hanya untuk meremehkan orang lain atau mempersulit diri sendiri maka inilah yang menjadikan kita dapat tergelincir seperti kaum terdahulu, yakni Bani Israil.
 
Sebagai seorang muslim, kita harus dapat membedakan antara tiga perkara yang disukai dan yang dibenci oleh Allah Swt. Segala hal yang menjerumuskan kita pada kemaksiatan maka akan mendatangkan adzab dari-Nya.
Allahu A'lamu Bishshowab,,,,,,,
 
Semoga Bermanfaat

Jumat, 13 Mei 2016

Tabayyun Terhadap Informasi

Oleh Abdurrahman Arrasyid

Umat manusia pada umumnya dan umat Islam khususnya, dalam era informasi dewasa ini, dihadapkan pada perubahan nilai bahwa seolah olah apa yang dikatakan atau dilaporkan media massa adalah benar.

Realitas sosial telah dipersempit maknanya menjadi “realitas media” atau realitas seperti apa yang tertera atau tersiar dalam media massa. Kecenderungan penyempitan makna informasi bukan hanya harus menjadi kesadaran bersama, tetapi juga semakin menambah besar tanggunjawab sosial media massa.

“Oleh karena itu, masyarakat harus cerdas dan selektif serta kritis terhadap informasi. Dalam Islam sesuai dengan ayat Al-Qur’an telah diingatkan untuk melakukan ‘tabayyun’ terhadap sesuatu fakta, informasi dan berita yang tidak jelas asal usulnya,” kata Menteri Agama Suryadharma Ali ketika membuka Konferensi Internasional tentang Media Islam ke-3 yang berlangsung di Jakarta dari 3 sampai 5 Desember, 2013.

Di sisi lain, orang orang beriman diingatkan agar selalu berkata benar dan menjauhi fitnah serta kebohongan. Namun demikian umat Islam sering menjadi korban pembentukan opini yang salah oleh media barat karena kita tidak menguasai media massa.

Oleh karena itu Konferensi Internasional tentang Media Islam yang dihadiri para sarjana dan pakar dari berbagai disiplin ilmu, baik dari dalam maupun luar negeri ini sanggat penting bagi kita semua, kata Suryadharma Ali di depan para wakil dari berbagai media Islam dari beberapa Negara termasuk peserta dari Mi’raj News Agency (MINA) yang merupakan kantor berita Islam internasional yang bekedudukan di Jakarta.

Konferensi Internasional tentang Media Islam ke-3 yang bertemakan: “Media and Social Responsibility” (Media dan Tanggungjawab Sosial) dan diselenggarakan atas kerjasama Rabithah Alam Islami (Liga Muslim Dunia) dan Kementerian Agama RI ini mengingatkan kita semua akan semakin besar dan kuatnya pengaruh media dalam kehidupan sosial-kemasyarakatan di dunia ini di masa kini dan masa depan.

Para pakar dan pengamat media mengemukakan bahwa pada abad ke-21 yang merupakan abad teknologi informasi ini, umat manusia memasuki “millenium informasi” dimana komunikasi dan informasi yang disebarkan luaskan melalui media massa akan secara siginifikan menentukan arah perkembangan masyarakat.

Apa arti ‘tabayyun’?
Kata tabayyun berasal dari akar kata dalam bahasa Arab: tabayyana – yatabayyanu - tabayyunan, yang berarti mencari kejelasan hakekat suatu fakta dan informasi atau kebenaran suatu fakta dan informasi dengan teliti, seksama dan hati-hati.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa tabayyun berarti pemahaman atau penjelasan. Dengan demikian, tabayyun adalah usaha untuk memastikan dan mencari kebenaran dari sebuah fakta dan informasi sehingga isinya dapat dipertanggungjawabkan.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi [berperang] di jalan Allah, maka lakukanlah tabayyun (telitilah) dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu: “Kamu bukan seorang mu’min” [lalu kamu membunuhnya], dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu lalu Allah menganugerahkan ni’mat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Qur’an, Surah An-Nisa, Ayat 94).

Pengertian tabayyun dalam ayat tersebut bisa dilihat antara lain dalam Tafsir Al-Qur’an Departemen Agama, 2004. Kata itu merupakan fiil amr untuk jamak, dari kata kerja tabayyana, masdarnya at-tabayyun, yang artinya adalah mencari kejelasan hakekat suatu fakta dan informasi atau kebenaran suatu fakta dan informasi dengan teliti, seksama dan hati-hati (tidak tergesa-gesa).

Perintah untuk tabayyun merupakan perintah yang sangat penting, terutama pada akhir-akhir ini di mana kehidupan antar sesama umat sering dihinggapi prasangka.

Allah SWT memerintahkan kita untuk bersikap hati-hati dan mengharuskan untuk mencari bukti yang terkait dengan isu mengenai suatu tuduhan atau yang menyangkut identifikasi seseorang.

Belakangan ini seringnya orang gampang atau suatu kelompok berprasangka negatif terhadap kelompok lain, atau menuduh sesat golongan lain, dan kadang disertai hujatan, penghakiman secara sepihak, dan sebagainya.

Berprasangka tanpa meneliti duduk perkaranya, merupakan perbuatan apriori atau masa bodoh. Mensikapi orang lain hanya berdasar pada sangkaan-sangkaan negatif atau isu-isu yang beredar atau bisikan orang lain merupakan sikap yang tidak tabayyun, atau tidak mau tahu terhadap apa yang sebenarnya terjadi.

Perintah tabayyun atau mendalami masalah, merupakan peringatan, jangan sampai umat Islam melakukan tindakan yang menimbulkan dosa dan penyesalan akibat keputusannya yang tidak adil atau merugikan pihak lain.

Di dalam Al-Qur’an, perintah tabayyun juga terdapat pada Surah Al-Hujarat 49:6: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Dalam ayat ayat Al-Qur’an tersebut, tersirat suatu perintah Allah, bahwa setiap mukmin, yang sedang berjihad fi sabilillah hendaknya bersikap hati-hati dan teliti terhadap orang lain.

Jangan tergesa-gesa menuduh orang lain, apalagi tuduhan itu diikuti dengan tindakan yang bersifat merusak atau kekerasan. Terhadap mereka yang mengucap ”Assalamu’alaikum” atau ”la ilaha illallah”, misalnya, yaitu ucapan yang lazim dalam Islam, terhadap orang tersebut tidak boleh dituduh ”kafir”, sekalipun ucapan itu hanya dhahirnya. Ini hanya sekedar contoh, di mana kita tidak boleh gegabah dalam mensikapi orang lain.

Pengertian mendalam dari tabayyun

Pengertian lebih mendalam dari tabayyun adalah melakukan penelitian secara ilmiah atau berupaya mendalami dan memecahkan suatu persoalan dengan menggunakan metode ilmu pengetahuan. Ciri metodologi yang lazim dalam dunia ilmu pengetahuan meliputi antara lain:

1. Rasional; berpijak pada cara berpikir rasional.
2. Obyektif; apapun yang ditelaah atau dikaji harus sesuai dengan objeknya.
3. Empiris; obyek yang dikaji merupakan realitas atau kenyataan yang dialami manusia.
4. Kebenaran atau kesimpulannya bisa diuji. Bahwa kebenaran teori-teori atau hukum yang diperoleh melalui proses analisa, harus sanggup diuji oleh siapa saja.
5 .Sistematis, semua unsur dalam proses kajian harus menjadi kebulatan yang konsisten.
6. Bebas; dalam penganalisaan fakta-fakta, seseorang harus dalam keadaan bebas dari segala tekanan dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan pihak tertentu.
7. Berasas manfaaf; kesimpulannya harus bersifat umum dan bisa dimanfaatkan oleh siapa saja yang berkepentingan dalam dakwah.
8. Relatif; apa yang ditemukan atau yang disimpulkan tidak dimutlakkan kebenarannya, dalam arti memungkinkan untuk diuji oleh temuan berikutnya atau temuan orang lain

Melakukan tabayyun dalam arti penelitian tersebut sudah lama melekat dalam tradisi keilmuan Islam. Sejarah kebudayaan Islam, yang diwarnai oleh temuan para sarjana-sarjana muslim seperti Al Faraby, Al Khawarizmi, Ibn Khaldun, Imam Gazali, dan banyak lagi para ilmuwan abad pertengahan, telah mengembangkan model-model riset seperti itu.

Ibnu Khaldun adalah yang kemudian membagi model-model riset menurut Islam, seperti berikut:

1. Riset Bayani; yakni penelitian yang ditujukan untuk mengenali gejala alam dengan segala gerak-gerik dan prosesnya. Misalnya, mengenai kenapa kupu-kupu berwarna-warni; kenapa ikan terdiri bergaman jenis dan bagaimana cara hidup dan pola makananya.

2. Riset Istiqra’i: Yaitu penelitian yang ditujukan untuk mencari kejelasan pola-pola kebudayaan dan kehidupan sosial manusia. Ini yang kemudian berkembang menjadi riset ilmu sosial.

3. Riset Jadali: yakni riset yang dimaksudkan untuk mencari hakekat atau kebenaran yang didasarkan oleh cara berpikir rasional (rasionale exercise). Di sana biasa digunakan ilmu mantiq dan filsafat.

4. Riset Burhani: yakni riset untuk tujuan eksperiman. Misalnya atas temuan obat tertentu, dilakukan tes di laboratorium. Contoh lain, mencobakan metode baru dalam pembelajaran terhadap siswa-siswa sekolah.

5. Riset Irfani: riset yang secara spesifik menjelajah hakekat ajaran Islam. Pada gilirannya menghasilkan ilmu tasawuf.

Mirip dengan istilah tabayyun, dalam Al-Qur’an adalah apa yang disebut nazhara, yang fiil amr-nya adalah unzhur, yang artinya: lihatlah, amatilah. Ilmu pengetahuan diperoleh melalui proses yang disebut intizhar, yaitu dimulai dari pengamatan terhadap kenyataan (realitas) atau pengumpulan data, kemudian dilakukan analisa, dan menarik kesimpulan.

Istilah tersebut ada hubungannya dengan nazhar, dalam bahasa Indonesia berkembang menjadi kata nalar. Perintah melakukan intizhar dalam firman Allah biasanya dalam rangka mengenal lebih jauh ke-mahabesaran Allah atau untuk dapat mengenal sesuatu gejala secara mendalam.

Katakanlah: “Ber-Intizharlah kamu terhadap segala macam gejala di langit dan di bumi. (Bila tidak demikian) tidaklah memberi manfaat sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah untuk orang-orang yang tidak beriman.” (Al-Qur’an,.Surah Yunus 10: 101).

Ada beberapa hikmah lain dari tabayyun atau intizhar, yang bisa dipetik:

- Memperluas wawasan. Karena salah satu aspek dalam tabayyun adalah melakukan telaah dengan membandingkan suatu data dengan data yang lain, dan mengkaitkan dengan sekian banyak referensi. Sebelum akhirnya menarik kesimpulan;

- Mengusung pendalaman pengetahuan. Mengetahi secara mendalam atas sesuatu masalah akan menumbuhkan kearifan tersendiri dalam bertindak;

- Pengujian atas kebenaran informasi. Terlebih lagi, informasi yang hanya berdasar isu, sudah seharusnya dikonfirmasi, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman; Adakalanya juga suatu informasi sudah diyakini kebenarannya, namun tidak tersedia data yang lengkap dan akurat untuk membuktikan kebenaran itu. Maka melalui tabayyun, akan memperkuat keyakinan akan kebenaran informasi tersebut.

Tabayyun yang berhasil adalah apabila mampu mengungkapkan fakta yang bisa dijamin akurasinya, dan analisis yang jernih. Kejernihan berpikir dalam menghadapi suatu fakta akan membangun kearifan dalam bertindak.

Termasuk kearifan dalam berdakwah. Kebenaran-kebenaran informasi yang dihasilkan melalui proses yang obyektif, diharapkan juga akan membangun sikap toleran terhadap orang lain, yang sama-sama menjunjung tinggi obyektivitas.

Dalam kaitan dengan aktivitas dakwah juga, tabayyun membantu ketepatan dalam memilih sasaran dakwah. Pengetahuan yang benar yang diperoleh dari hasil penelitian, terutama menyangkut masyarakat yang akan dijadikan sasaran dakwah, akan sangat membantu ketepatan dalam memilih metode berdakwah.

Rumusan Komprehensif

Suryadharma Ali mengatakan konferensi ini membahas sejumlah sub topik antara lain “The World Media and Value-Based and Ethical Dimensions”, “Towards Islamic Vision of Relationship between Media and Society”, “Media in Muslim Society: Prospect and Challenges”, dan “Media in the Muslim World” (Examples and Applications).

Menag sangat mengapresiasi bahwa konferensi internasional ini akan menyoroti aspek-aspek penting yang berkaitan dengan masalah tanggung jawab sosial media massa. Menurut dia, pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan bercorak multidisiplin.

“Sehingga, dapat menghasilkan rumusan yang komprehensif dan memberikan sumbangan berarti pada tingkat akademik maupun pada perumusan regulasi akan pemanfaatan media bagi pembangunan di negara-negara muslim,” katanya yang dalam acara pembukaan konferensi tersebut didampingi oleh Sekretaris Jenderal Rabithah Alam Islami Abdullah bin Abdul Mohsen Al-Turki dan Sekretaris Jenderal Kemenag Bahrul Hayat.

Menag berharap, dengan diselenggarakannya konferensi ini terbuka peluang bagi para peserta untuk membangun silaturrahim dan jejaring komunikasi, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk melakukan berbagai kerja sama yang bermanfaat bagi penguatan “ukhuwwah Islamiyah” dan kerja sama global.

Berdasarkan catatan, konferensi internasional ini merupakan yang ketiga. Sebelumnya, konferensi internasional serupa diadakan pada 1980. Sementara, yang kedua pada 2011.

Islam ajarkan kedamaian dan anti kekerasan

Selain sebagai pemberi informasi kepada masyarakat, media juga mengemban tanggung jawab mendakwahkan Islam kepada umat manusia sebagai wujud tanggung jawab sosial media Islam.

“Media perlu menyebarkan nilai-nilai keadilan, kedamaian, dan kerjasama kemanusiaan untuk meningkatkan kepedulian terhadap perbaikan nasib sebagian umat Islam,” kata Suryadharma Ali.

Selain itu, media mempunyai tanggung jawab sosial dalam mencitrakan Islam. “Umat Muslim sering jadi korban opini yang salah, karena tidak menguasai media,” kata Suryadharma.

Media berperan mengubah opini masyarakat terhadap nilai agama.Pengaruh media di masa kini dan masa depan sehingga media menentukan arah masyarakat.

“Mari kita manfaatkan pertemuan ini untuk berdiskusi tentang peran media Islam dalam perkembangan akhir akhir ini,” imbau Menag.

Sementara itu, Sekjen Rabithah Alam Islami Abdullah bin Abdul Mohsin At-Turki menegaskan, agama Islam mengajarkan kedamaian dan anti kekerasan, memerangi terorisme, serta menjauhi intoleransi.

Abdullah mengatakan, agama Islam sangat mengedepankan kedamaian, sangat anti kekerasan, termasuk memerangi terorisme.

Dia mengharapkan para tokoh Islam dapat memberi pencerahan kepada umat manusia melalui media massa. Media memiliki peran penting, pengaruh, dan karenanya dapat mendorong umat Islam patuh akan perintah Allah.

“Meski media memiliki sisi negatif, tetapi dapat diarahkan lebih baik agar umat dapat meningkatkan ketakwaannya terhadap perintah Allah. Untuk itu, kerja sama dengan media massa sangat penting, mengingat opini yang dibangun dapat membawa ke arah positif,” kata Sekjen Abdullah. (HSH)

Wallahu A'lamu Bishshowab

Pembentukan Moral Anak Diawali dari Orangtua

Dunia anak-anak sarat dengan pembelajaran. Tidak heran jika mereka berperilaku salah.

Tugas orangtua adalah membimbing dan mengingatkan. Hal itu juga terkait dengan pembentukan moral dalam diri anak.

Bisa saja anak sudah memahami prilaku yang benar, namun belum tentu dia akan berperilaku sesuai pemahamannya itu. Sebab, mengetahui dan berperilaku benar, bagi anak merupakan dua hal yang berbeda.

Pertama mengenali prilaku tertentu itu salah, dan yang kedua adalah pengendalian diri untuk tidak melakukan hal yang salah.

“Moral merupakan sesuatu hal yang bisa diajarkan. Moral membantu memilih bukan hanya yang benar tetapi yang baik".

Moral berkembang juga dari logika dan penalaran. Sehingga penjelasan mengenai mengapa dan kenapa, diskusi serta keterbukaan terhadap berbagai pandangan sangat berperan dalam pembentukan moral.

“Faktor yang mempengaruhi pembentukan moral, ialah pola pengasuhan orangtua, norma dan budaya, pendidikan, pergaulan dan kepribadian".

Norma sosial yang pertama kali dikenal anak yaitu melalui orangtua. Oleh karena itu, sangat penting dalam perkembangan moral anak, belajar alasan dari hal-hal yang boleh atau tidak dan hal yang baik atau buruk.

“Kemudian, semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi juga kemungkinan pemahaman terhadap moralitas. Walaupun, tidak otomatis menjamin terjadinya perilaku bermoral".

Anak yang memiliki kepribadian terbuka dan fleksibel, umumnya akan lebih mudah bersosialisasi sehingga semakin banyak pengalaman sosial yang dialami yang semakin mengasah moralnya.

Melalui pergaulan dengan lingkungan sekelilingnya, misalnya memiliki teman dekat dan sering terlibat dalam obrolan dan diskusi dengan teman akan membuka pandangan sehingga anak makin terasah moralnya.

Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa praktek pengasuhan anak dalam lingkungan yang kondusif dan gaya orang tua sebagai pendidik moral memberi peran penting dalam menumbuhkan perilaku etis.

Perilaku orang tua sehari-hari terhadap tetangga, pembantu rumah tangga, binatang peliharaan, pilihan bacaan, pilihan tayangan televisi, dan tanggapan orangtua terhadap masalah moral seperti anak berbohong pada teman, diperhatikan dan dipelajari anak dengan sungguh-sungguh.
Wallahu A'lamu Bishshowab,,,,

Semoga Bermanfaat

Rabu, 11 Mei 2016

SYEKH MUHAMMAD SYARWANI ABDAN ALBANJARI (GURU BANGIL)




Syekh Syarwani atau yang lebih dikenal dengan guru bangil, nama lengkapnya adalah al-'Alim al-Fadhil Syekh Muhammad Syarwani bin 'Abdan bin Yusuf bin Ahmad bin Sholih bin Thohir bin Syamsuddin bin Sa'idah binti Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari.
Ibunya bernama Hj. Ulik binti H Abdul Ghoni bin H Abdul Rahim bin H Abu Su'ud bin Syekh Badruddin bin Syekh Kamaluddin.

Beliau lahir tahun 1915 M/ 1334 H. di kampung melayu ilir Martapura, guru beliau di Martapura, antara lain:
1.       KH. Muhammad Kasyful Anwar Al Banjari (paman beliau sendiri),
2.       Al-Qodhi H Muhammad Thoha, dan
3.       KH Ismail Khatib dalam Pagar.
Pendiri pondok pesantren datu kalampayan Bangil ini, pada usia mudanya setelah mendalami ilmu agama di pondok pesantren Darussalam Martapura pimpinan syekh Kasyful Anwar Al Banjari, kemudian beliau bermukim di Bangil untuk menuntut ilmu kepada ulama-ulama besar seperti KH. Muhdor gondang, KH. Bajuri bangil, KH. Ahmad Jufri Pasuruan, dan KH. Abu Hasan wetan alun Bangil.

Pada usia 16 tahun, beliau berama sepupunya Syekh al-Mufassir walmuhaddits Anang Sya’roni arif pergi ke tanah suci untuk menuntut ilmu agama kepada ulama besar di sana dalam pengawasan dan bimbingan penuh syekh Muhammad Kasyful Anwar Al Banjari.

Di sana beliau berguru dengan sejumlah ulama besar antara lain: Assayyid Muhammad Amin Kutbi al-Hasaniy al-Madani, Sayyid Alwi bin Abbas al-Maliki al-Hasani al-Makki, Syekh Umar Hamdan al-Mahrusiy al-Madaniy, Syekh Muhammad 'Arobiy. Syekh Hasan Masysyath, syekh Abdullah al-Bukhori, syekh saifullah al-Dagistaniy, syekh syafi'i al-Qodahiy, Syekh Sulaiman Ambon serta Syekh Muhammad Ahyad al-Buguri al-Batawi.

Lebih dari 10 tahun beliau mengaji di tanah suci Makkah al-Mukarromah ini. Beliau dikenal oleh para kawan-kawan ngaji dan guru-gurunya sebagai santri yang cerdas dan tawadhu'. Beliau dan KH Sya'roni Arif disebut dengan DUA MUTIARA dari Banjar.

Beliau mendapat kepercayaan untuk mengajar di Masjidil Haram beberapa tahun lamanya. Di Makkah beliau mendapat Ijazah Thoriqot Annaqsyabandiyah dari Syekh Umar Hamdan, dan thoriqot al-Sammaniyyah dari syekh Ali bin Abdullah al-Banjari. Setelah mengaji di Mekkah beliau pulang kampung dan membuka majlis di rumah dan mengajar di almamaternya yaitu PP. Darussalam Martapura pimpinan Syekh Muhammad Kasyful Anwar al-Banjari, paman beliau sendiri.

Pada tanggal 27 Rajab 1390H/ bulan September 1970 beliau mendirikan PP. Datu Kalampaian di Bangil, salah satu santri pertamanya adalah Syekh Muhamad As’ad bin Syekh Muhammad ‘Arfan al-Banjari. Beliau wafat pada hari senin malam selasa tanggal 13 Shofar 1410/ 11 September 1989, sekitar jam 19.00 di usia 74 tahun. Dan dimakamkan di pemakaman Al Haddad Dawur Bangil, dekat Qubah Makam habib Muhammad bin Ja’far al-Haddad.

Menurut pengakuan abah guru sekumpul, guru bangil mempunyai kepribadian yang sangat sederhana dalam kehidupan sehari-harinya. Sehingga tidak banyak yang tau bahwa beliau adalah seorang ulama besar. Berpakaian sangat sederhana, bahkan beliau tidak mempunyai lemari pakaian khusus dan ranjang di kamarnya, pakaian beliau hanya numpang di bagian lemari kitabnya. Beliau ulama yang telah mengambil jalan Khumul, yaitu menjauh dari keramaian, tidak suka dan berharap kepada kemasyhuran/ketenaran. Sampai-sampai Syekh KH Abdul Hamid Pasuruan mengatakan: “Saya ingin sekali seperti KH Syarwani, dia itu 'alim tapi Mastur (tertutup/tersembunyi), tidak Masyhur. Kalau saya sudah terlanjur masyhur, jadi saya sering kerepotan karena harus melayani banyak orang/tamu. Menjadi masyhur itu tidak mudah, bebannya berat. Kalau KH Syarwani itu enak, jadinya tidak banyak didatangi orang”.

Pernah Suatu ketika sekelompok ulama/Kiyai berkumpul dan hendak memperdalam ilmu agama kepada KH Abdul Hamid, lalu beliau menolak dan menganjurkan untuk bertemu dengan KH Bangil, akhirnya mereka berangkat menuju rumah Kiyai Bangil dengan mempersiapkan sejumlah pertanyaan untuk mengetahui seberapa dalam kah ilmu guru Bangil itu. Ketika mereka sampai di rumah guru Bangil, sang guru sedang duduk sambil membaca sebuah kitab. Di awal pembicaraan dan sebelum mereka mengajukan pertanyaan, guru bertanya lerlebih dahulu: ”Kalian ke sini ingin bertanya ini dan itu kan???????” sambil menunjuk kitab yang masih dibukanya itu.

Kejadian itu membuat kaget sekelompok kiai itu dan mereka yakin bahwa guru bangil di samping mempunyai ilmu agama yang luas juga mempunyai mata batin/kasyaf yang kuat. Setelah itu mereka meminta guru untuk membuka majlis bagi mereka, namun beliau tidak langsung meng-iya-kannya, tetapi menanyakannya kepada KH Abdul Hamid dan setelah KH Abdul Hamid menyetujuinya, baru guru Bangil memenuhi permintaan mereka untuk membuka majlis.

Karya tulis beliau sangat banyak, antara lain adalah kitab al-Dakhirotuts-Tsaminah li ahlil Istiqomah, isinya membahas seputar amaliayah ahlussunah waljamaah seperti masalah talqin, tahlil dan tawassul.
Murid-murid beliau sangat banyak, antara lain:
1.       KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghoni/guru sekumpul
2.       KH Muhammad As’ad bin Muhammad Arfan al-Banjari
3.       KH Muhammad Syukri Unus al-Nahwiy al-Banjari
4.       KH Prof DR. A. Syarwani Zuhri Balikpapan, dll

Demikian sekilas sejarah hidup Syekh Muhammad Syarwani Abdan al-Banjari, yang dengan mengingatnya fa insya Allah akan turun banyak rahmat kepada kita semua, dan semoga kisah sejarah ini menggugah hati kita untuk semakin bersemangat untuk mencari ilmu-ilmunya Allah, rajin beribadah, mengaji, istiqomah dalam mengaji, patuh dan berbakti kepada kepada orangtua dan guru , dan semakin cinta kita kepada Allah dan Rasulullah saw, hingga demikian kita akan mendapatkan keberkahan hidup di dunia dan di akhirat, Aamiin.

SUMBER: RAUDHATUL MUHIBBIN