Falsafah PSHT

Manusia dapat dihancurkan, Manusia dapat dimatikan,
tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu
masih Setia kepada dirinya sendiri atau ber-SH pada dirinya sendiri

Rabu, 22 Oktober 2014

Dinaning Wong Jawa

Miturut tiyang Jawi, dinten punika wonten 7 (pitu). Tembung pitu, ngemu teges bisa kanggo pitutur, pituduh, piwulang, pitulungan lan pitungkas.
Punika beberanipun:
1. Minggu utawi Ngahad. Minggirna barang kang ora guna utawi ala, lakonana tumindak kang utama kanggo gayuh rahmating Gusti kang akarya jagad. Jagading ati manungsa iku kudu dijaga, gampang mosik lan mobat-mabit. Njejege ati supaya tetep jejeg anggone nyembah mung mring Gusti Kang Maha Tunggal. Tan ana liya lan Tan kinaya ngapa. Sangkan Paraning Dumadi.

2. Senen. Aja bosen marang unen-unen Jawa kang ngemu pitutur tuntunaning urip. Tuntunan Urip iku ana 2 (loro) iyo iku Qur'an lan Hadits, aja mung diwaca lan diapalna. Nangging angen-angenen maknane, tancepke ning jero dhadha supaya paham syariat, haqiqat lan makrifate. Dienggo lelandesan tumindak lan ngibadah mring Gustine. Murakabi uripe mring masyarakat kiwo-tengene, urip iku urup.

3. Selasa. Selakna ngamal kang becik marang sapada-pada. Aja gawe lara atine liyan. Gawe seneng atine liyan luwih prayoga. Ngamal becik marang titahing Gusti dadiya laku utama. Jujur, prasaja, wicaksana, ngayemi, ngayomi dadiya sipat sesrawungan. Becik ketitik ala ketara.

4. Rebo. Tegese manungsa kudu duwe karep sinau kareben ora bodho. Amarga ilmu iku angel yen durung tinemu. Ngelmu iku ilmu kang wus manjing ing sajroning badanira. Ngaji Quran ora mung cukup apal maknane. Nanging kudu diangen-angen supaya bisa manjing ing jero dhadha, bisa mangerteni syariat, haqiqat lan makrifate. Kanggo mangerteni kalungguhane kawula mring Gustine. Nrima ing Pandum.

5. Kemis. Mingkem luwih becik tinimbang lamis. Aja rumangsa bisa lan waton sulaya, tundone mung lamis. Ngomong sing ora guna. Meper nafsu kumingsun luwih prayogi. Drengki, srei, ladak, gumede, adigang, adigung, adiguna iku sipat pun adohi. Aja dumeh.

6. Jemuah. Tegese jumbuhke lekakon, kekarepan kelawan pituah. Yen duwe karep kudu mantep, lan nglakoni kanthi sabar sarta aja lali nyuwun pituah (pitutur saking piyayi sepuh) kanggo janggkepe ikhtiyar mring Gusti. murih kasembadan gegayuhanne. Barakah hasile karana oleh rahmate saka Gustine. Ridhone Gusti Allah gumantung mring ridhone wongtuwane. Mikul dhuwur, mendem jero.

7. Setu. Tegesipun sak sapa'a wae kudu Insap marang barang kang wis kewetu. Tumindak ingkang sampun kaleksanan punika benjang bade dipun suwun tanggungjawabipun. Pramila sikap ingkang eling lan waspada punika kedah dipun ugemi. Eling mring Gustine, waspada mring tumindake. Lakune wong beja iku, ngati-ati lan tansah nyuwun pangayoman mring Gusti kang Murbehing Dumadi. Eling lan Waspada.

Makaten beberanipun, mugi andadosaken lodanging manah. Nyuwun pangapunten bilih woten klintunipun. Nuwun.

Jumat, 17 Oktober 2014

RUKUN DAN SYARAT PERNIKAHAN DALAM ISLAM

A. Rukun nikah
1. Pengantin lelaki (Suami)
2. Pengantin perempuan (Isteri)3. Wali
4. Dua orang saksi lelaki
5. Ijab dan kabul (akad nikah)
* singkatan SISWA.

B. Syarat Sah Nikah

Syarat bakal suami:
1. Islam
2. Lelaki yang tertentu
3. Bukan lelaki mahram dengan bakal isteri
4. Bukan dalam ihram haji atau umrah
5. Dengan kerelaan sendiri (bukan karena paksaan)
6. Mengetahui wali yang yang sah bagi akad nikah tersebut
7. Mengetahui bahwa perempuan yang hendak dinikahi adalah sah untuk dinikahi
8. Tidak mempunyai empat orang isteri yang sah dalam satu masa

Syarat bakal isteri:
1. Islam
2. Bukan seorang khunsa
3. Perempuan yang tertentu
4. Tidak dalam keadaan idah
5. Bukan dalam ihram haji atau umrah
6. Dengan rela hati (bukan karena dipaksa (kecuali anak gadis))
7. Bukan perempuan mahram dengan bakal suami
8. Bukan isteri orang atau masih ada suami
Syarat wali:
1. Adil
2. Islam
3. Baligh
4. Lelaki
5. Merdeka
6. Tidak fasik, kafir atau murtad
7. Bukan dalam ihram haji atau umrah
8. Waras – tidak cacat akal fikiran atau gila
9. Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
10. Tidak muflis atau ditahan kuasanya atas hartanya.
* Sebaiknya bakal isteri perlulah memastikan syarat WAJIB menjadi wali. Sekiranya syarat wali bercanggah seperti di atas maka tidak sahlah sebuah pernikahan itu. Sebagai seorang mukmin yang sejati, kita hendaklah menitik beratkan hal-hal yang wajib seperti ini. Jika tidak maka kita akan hidup di lembah zina selamanya.
Syarat-syarat saksi (Sekurang-kurangnya dua orang):
1. Islam
2. Berakal
3. Baligh
4. Laki-laki
5. Memahami kandungan lafaz ijab dan qabul
6. Dapat mendengar, melihat dan bercakap
7. Adil (Tidak melakukan dosa-dosa besar dan tidak berterusan melakukan dosa-dosa kecil)
8. Merdeka
Syarat Ijab:
1. Pernikahan nikah ini hendaklah tepat
2. Tidak boleh menggunakan perkataan sindiran
3. Diucapkan oleh wali atau wakilnya
4. Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mut'aah (nikah kontrak)
5.Tidak secara taklik (tiada sebutan prasyarat sewaktu ijab dilafadzkan)
* Contoh bacaan Ijab:Wali/wakil Wali berkata kepada bakal suami: "Aku nikahkan/kawinkan engkau dengan Diana Binti Daniel dengan mas kawinnya/bayaran perkawinannya sebanyak Rp. 50.000 tunai".
Syarat Qabul:
1. Ucapan mestilah sesuai dengan ucapan ijab
2. Tiada perkataan sindiran
3. Dilafadzkan oleh bakal suami atau wakilnya (atas sebab-sebab tertentu)
4. Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mu'taah (nikah kontrak)
5. Tidak secara taklik (tiada sebutan prasyarat sewaktu qabul dilafadzkan)
6. Menyebut nama bakal isteri
7. Tidak diselangi dengan perkataan lain
* Contoh sebutan qabul (akan dilafadzkan oleh bakal suami): "Aku terima nikah/perkawinanku dengan Diana Binti Daniel dengan mas kawinnya/bayaran perkawinannya sebanyak Rp. 50.000 tunai" ATAU "Aku terima Diana Binti Daniel sebagai isteriku".
Allahu A'lamu Bishshowab
Semoga Bermanfaat

Rabu, 08 Oktober 2014

Sebelum engkau halal bagiku


Aku tak pernah mengharapkan apa-apa darimu, karna aku tau bahwa dirimu belum tentu jadi milikku..
Sebelum engkau halal bagiku, aku tak pernah menyatakan cinta padamu, karna aku hanya akan mengungkapkan rasa cintaku pada Sang Maha Pemberi Cinta..

Sebelum engkau halal bagiku, aku tak pernah menyentuhmu, karena aku hanya akan menyentuh yang HALAL untukku..

Sebelum engkau halal bagiku, aku tak pernah merayu, karna aku hanya akan merayu pendamping hidupku kelak..

Sebelum engkau halal bagiku, mungkin aku hanya diam membisu seribu bahasa, tahukah kamu apa yang aku lakukan?. Sebenarnya aku sedang ISTIQOMAH memohon petunjuk-Nya di sujud sepertiga malamku, jika memang kita berjodoh agar didekatkan dengan jalan-Nya..

Sebelum engkau halal bagiku, mungkin aku banyak menyendiri, tahukah kamu apa yang aku lakukan, sebenarnya aku sedang melihat KESABARANMU, sejauh mana rasa keikhlasanmu menerima semua ini..

Sebelum engkau halal bagiku, aku tak berani menggodamu, karna aku tak ingin menimbulkan HARAPAN dibenakmu, jika suratan takdir-Nya berkata lain yang akan kau temui hanyalah penderitaan di hati, untuk itu mengertilah akan sikapku, aku tak ingin menodai hatimu..

Sebelum engkau halal bagiku, aku hanya menitipkan do’a di setiap sujudku, jika memang kita ditakdirkan untuk membina mahligai kehidupan yang SAKINAH MAWADDAH WARAHMAH pasti akan bersama dengan jalan-Nya yang indah,…Aamiin ya Robbal ’alamin.

Menikahlah Demi Menjaga Kesucian Diri

Setiap insan pasti ingin melengkapi hidupnya dengan menikah bersama orang yang dicintai, sungguh aneh jika ada orang yang tak ingin menikah. Namun sering kali banyak rintangan yang harus dihadapi ketika hendak menikah. Itu adalah ujian dari Allah.
Setiap orang pasti menghadapi ujian yang berbeda-beda. Ada yang masalahnya belum mampu secara materi, karena orangtua, pekerjaan, masih sekolah/kuliah, jodoh yang tak kunjung datang, dan sebagainya.

Munculnya keinginan untuk menikah adalah hal yang patut disyukuri, sebab dengan menikah hidup seseorang menjadi lebih lengkap dan tentunya menikah adalah sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat dianjurkan. Apatah lagi jika niatan menikah muncul karena ingin menjaga kesucian diri. Menikah adalah solusi terbaik untuk menyelamatkan diri dari hal-hal yang bisa menjerumuskan ke dalam perbuatan terlarang.
Namun kembali lagi, berbagai rintangan yang harus dihadapi ketika ingin melangkah ke jenjang pernikahan sering membuat seseorang menjadi gundah gulana.

Tetapi jangan sedih apalagi putus asa, ada janji yang indah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang disampaikan melalui lisan Rasul-Nya, bahwa Allah akan menolong mereka yang menikah demi menjaga kesucian dirinya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“…janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.” (Qs. Az-Zumar: 53)

Untuk itu, tetap berusaha dan jangan berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah. Berusaha dengan jalan-jalan yang halal, berusaha memperbaiki diri dan berusaha banyak melakukan amal shalih untuk mendekatkan diri kepada-Nya, karena ini adalah sebaik-baik jalan agar diberi pertolongan oleh Allah. Dan jangan lupa berdo’a kepada Allah dengan sungguh-sungguh dan berprasangka baik kepada-Nya bahwa Dia pasti akan mengabulkan do’a orang yang memohon kepada-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Qs. An-Nur: 32)

“Berdoalah kalian kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan permohonan kalian.” (Qs. Ghafir: 60)

Insya Allah, jika ikhlas berniat ingin menikah untuk menjaga kesucian diri, kita termasuk orang yang dijanjikan akan ditolong oleh Allah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga golongan manusia yang pasti ditolong oleh Allah: orang yang berjihad di jalan Allah, budak yang ingin menebus dirinya (dengan membayar uang kepada majikannya) dan orang yang menikah karena ingin menjaga kesucian dirinya.” (HR.at-Tirmidzi, no. 1655 dan an-Nasa-I, no. 3120, dinyatakan hasan oleh Imam at-Tirmidzi dan syaikh al-Albani).

Wallahu a’lam

Kamis, 02 Oktober 2014

Rahasia Hati



Begitu mudah putih berubah hitam..., karena debu yng berterbangan..atau karena hitamnya arang...sedikit demi sedikit putih berubah menjadi kelam.!! tak mudah membuat yang hitam menjadi putih ...maka jagalah putih walau setitik nila....kotoran bisa membuat yang baik menjadi jahat...hanya ke SETIA an pada HATI sendiri menjadi benteng yang kokoh tak goyah di hancurkan walau diterpa badai dan taufan!...HATI tempat bersarangnya sebuah ketulusan atas pengabdian kepada yang MAHA..HATI tempat bermukimnya bisikan bisikan wali dan rasul serta para orang suci..di HATI Tuhan menempatkan petunjuk !di HATI Tuhan juga memberikan cobaan !pilahlah ..mana cobaan mana Godaan..mana bisikan syetan ..mana petunjuk TUhan..setelah kau temukan ..lalu berpeganglah pada SETIA HATI mu.
“Ingatlah, bahwa didalam tubuh ada segumpal darah. Jika segumpal darah itu baik (sehat) seluiruh tubuhpun akan menjadi baik. Namun, jika segumpal darah itu sakit, seluruh tubuh pun akan menjadi sakit. Ketahuilah segumpal darah itu adalah hati,” (HR Bukhari).
Salah satu pokok pembahasan yang paling banyak mendapat perhatian dalam islam adalah pembahasan tentang hati (al-qalb). Penting dibahas mengingat dia selalu berjalan tak tentu arah (bolak-balik). Itulah rahasia ketika bahasa Arab menamakan segumpal daging itu bernama al-qalb. Karena secara etimologi, al-qalb berarti bolak-balik (qallaba).
Merangaki hati ternyata tidak mudah. Ia tidak mudah semudah membalikkan telapak tangan. Agar seseorang bias merangkai hatinya sdengan baik, dia perlu latihan, cobaan, dan kesabaran dalam waktu yang panjang.
Hati adalah anggota hati yang sangat unuk. Ia selalu berjalan tak tentu arah. Mengikuti gelombang yang selalu mengombang-ambingkannya. Suatau hari ia bias berjalan kea rah kebaikan , di hari yang lain ia bias berjalan ke arah kejelekan.
Hati butuh nakhoda yang mahir. Jika suatu saat hati diberi kesusahan, sang nakhoda tersebut harus mampu menyetir hatinya agar tidak tenggelam ke dalam lautan putus asa dan ratapan. Begitupun jika hati diberi kebahagiaan, sang nakhoda harus mampu sang nakhoda harus mampu mengendalikan hatinya agar tidak terjerumus kedalam jurang kemewahan, kealpaan, dan kesombongan.
Dalam bukunya yang berjudul ighatsah Al-lihfan, Ibnu Qayyim membagi hati kedalam tiga bagian: hati sehat (qalb shahih), hati mati (qalb mayyit), dan hati sakit (qalb maridh).
Hati yang sehat adalah hati yang bersih dari segala bentuk syahwat yang menyalahi perintah Allah, larangan-Nya, dan barang-barang syubhat. Hati seperti ini bersih dari setiap penyembaan kepada selain Allah, bersih untuk todak berhukum kepada Nabi, serta bersih untuk selalu mencintsi Allah dan berhukum kepada Nabi. Takut, harapan, pasrah, tawakkal, tunduk, ridha, dan amarahnya adalah untuk Allah saja.
Sedangkan hati mati adalah hati yang tidak hidup. Hati seperti ini tidak pernah mengenal dan menyembah Allah. Hati yang mati selalu berdiri disampaing syahwat dan dirinya sendiri. Hati yang mati tidak pernah peduli terhadap murka dan keridhoan Allah. Itu lantaran hati sudah dibelenggu oleh sesembahan selain Allah.
Adapun hati sakit adalah hati yang hidup tapi memiliki penyakit. Hati sakit memiliki dua sisi: iman kepada Allah dan cinta kepada syahwat. Iman kepada Allah adalah sisi yang bias menghidupkan hati. Sedangkan cinta kepada syahwat adalah sisi yang dapat mematikan hati, baik dalam benytuk dengki, sombong, mementingkan diri sendiri, cinta jabatan, ataupun membuat kerusakan di bumi.
Orang yang berhati bersih adalah orang yang akan memetik keuntungan. Baik keuntungan di dunia maupun di akhirat. Keuntungan di dunia berupa rasa kasih saying yang didapat dari sesamanya. Sedang keuntungan di akhirat berupa keridhoan, perlindungan dan kasih saying yang didapat dari Allah (QS. Al-Syu’ara:87-89)
Adapun orang yang berhati sakit atau mati adalah orang yang akan emndapatkan kerugian. Di dalam kehidupan di dunia, orang yang berhati mati atau sakit akan selalu dicerca, tidak disayangi, digunjing, dicurigai, dan dikucilkan oleh sesamanya. Sedangkan di akhirat nanti, orang yang berhati sakit atau mati akan mendapatkan murka dan siksaan abadi yang datang dari Allah.
Untuk menjaga agar hati senantiasa bersih, ia harus terus disiram dengan kebaikan, baik dalam bentuk zikir, menjaga amanat, membaca Qur’an, istigfar maupun menolong sesame. Sesuai dengan hadits Nabi di atas, jika hati seseorang selalu bersih, seluruh amal perbuatannya akan menjadi bersih, baik, dan terpuji. Sebaliknya, jika hatinya mati atau sakit, seluruh amal perbuatannya pun akan menjadi kotor, buruk, dan tercela.
Ada doa yang telah diajarkan pleh Nabi agar hati selalu berjalan di atas kebaikan. Doa itu adalah,”Wahai Yang Maha pembolak-balik hati, kukuhkan;lah hatiku diatas agama-Mu,” (HR Al-Tarmidzi dan Ahmad). Sebagaimana yang diterangkan Ummu Salamah, doa itu adalah doa yang paling sring dibaca oleh Nabi.
Semoga kita termasuk kedalam bagian orang yang memiliki hati bersih. Yaitu, hati yang selalu dibimbing oleh cahaya Islam. Wallahu a’lam bish-shawab.
05.11 | 0 Comments
Rahasia Syari'at Islam Di Balik Larangan Ikhtilath

Ikhtilath artinya bercampur~baur. Yang dimaksud di sini adalah bercampur-baurnya antara dua jenis kelamin; laki-laki dan perempuan yang bukan mahram di satu tempat tanpa mengindahkan adab-adab syar´i.

Dalam dunia pendidikan sekuler di negeri kita saat ini, hal itu sudah merupakan pemandangan yang lazim. Dalam satu kelas terdapat murid laki-laki dan perempuan. Justeru yang dirasakan aneh adalah apabila antara kedua jenis kelamin itu terpisah dalam ruang belajar masing-masing. Sistem pemisahan ini jarang ada, kecuali di lembaga-lembaga pendidikan yang menerapkan sistem pendidikan Islami.

Padahal, syariat kita melarang terjadinya Ikhtilath tersebut. Banyak sekali dalil yang mengindikasikan hal itu. Bila dalil-dalil itu sudah jelas, valid dan dapat dipertanggung-jawabkan, maka sikap seorang Muslim yang pertama-tama hanyalah Sam’an wa Thaa’atan (menerima dengan ketundukkan), terlepas apakah di balik itu ada rahasia (hikmah) ataukah tidak.!

Sekalipun begitu, tetap saja muncul keingintahuan untuk bertanya: Adakah rahasia di balik larangan syariat itu, khususnya dalam dunia pendidikan?. Dengan kata lain, adakah pengaruh pemisahan antara kedua jenis kelamin itu terhadap prestasi belajar siswa?. Bila ada, dapatkah dibuktikan secara ilmiah?. Pertanyaan-pertanyaan ini akan dijawab dalam buletin ini.

Dalil-Dalil Syariat tentang Larangan Ikhtilath

Allah Subhaanahu Wata’aala Yang Maha Bijaksana telah menetapkan hubungan antara kedua jenis kelamin tersebut, atau antara siswa dan siswi dalam pengajaran demi merealisasikan tujuan pengajaran dan menghindari berbagai problem dan dampak-dampak negatif dari Ikhtilath tersebut.

Berikut beberapa dari teks-teks al-Qur`an dan hadits nabawi yang dari sisi makna mengindikasikan.

Pengharaman atau pelarangan terhadap sebab-sebab Ikhtilath:

1. Hijab Wanita

Allah Subhaanahu Wata’aala berfirman, “Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (al-Ahzab:53) Ayat ini menunjukkan bahwa menurut hukum asal, wanita harus menutup dirinya dari pandangan laki-laki dan tidak melakukan Ikhtilath di lembaga-lembaga pendidikan.

2. Perintah Menundukan Pandangan.

Allah Subhaanahu Wata’aala memerintahkan kaum laki-laki agar menundukan pandangan, demikian juga kaum wanita. “Dan katakanlah kepada laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangan mereka…’” (an-Nur:30-31)

Hadits yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah radhiallahu `anhu, ia berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam tentang pandangan tak sengaja, lantas beliau memerintahkanku agar menundukan pandangan." (HR.Muslim).

Hadits yang diriwayatkan dari Ali radhiallahu `anhu bahwa Nabi shallallahu `alaihi wasallam berkata kepadanya, “Hai Ali, jangan kamu teruskan pandanganmu dengan pandangan yang lain, sebab pandangan yang pertama itu adalah milikmu (tidak apa-apa), sedangkan yang lainnya itu bukanlah untukmu (tidak dibolehkan).” (HR.al-Hakim, dihasankan oleh al-Albani) Dan hadits-hadits yang semakna dengan itu banyak sekali.

3. Larangan duduk-duduk di jalan-jalan.

Syariat Islam tidak memberikan dispensasi untuk duduk-duduk di jalan-jalan kecuali dengan memberikan hak orang yang berjalan, salah satunya menundukan pandangan, sebagaimana terdapat dalam hadits Abu Sa’id al-Khudri radhiallahu `anhu. Di dalamnya disebutkan bahwa Nabi shallallahu `alaihi wasallam bersabda, “Hindarilah duduk-duduk di jalan-jalan.” Mereka (para shahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, bukankah tidak ada salahnya kami berbincang-bincang di tempat-tempat duduk kami?" Beliau menjawab, “Bila memang tidak dapat menghindarkan tempat duduk tersebut, maka berilah jalan tersebut haknya." Mereka bertanya, “Apa gerangan hak jalan itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, “Menundukan pandangan, tidak mengganggu, membalas salam, Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar." (HR.al-Bukhari)

4. Larangan berkhalwat Dengan Wanita Asing (Bukan Mahram)

Dari Ibn ‘Abbas radhiallahu `anhu, bahwa Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda, “Janganlah salah seorang di antara kamu berberkhalwat (menyendiri) dengan seorang wanita kecuali bersama mahramnya." (HR.al-Bukhari dan Muslim) Dan dari Jabir secara Marfu’, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka janganlah ia menyendiri dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya, sebab yang ketiganya adalah syetan.” (HR.Ahmad, dishahihkan oleh al-Albani)

5. Diharamkan Menyentuh Wanita Asing (Bukan Mahram)

Dari Ma’qil bin Yasar radhiallahu `aanhu´ bahwa Nabi shallallahu `alaihi wasallam bersabda, “Sungguh, dilukainya kepala salah seorang di antara kamu dengan jarum besi adalah lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR.ath-Thabarani, dishahihkan oleh al-Albani)

Bukti Ilmiah

Sejumlah kajian dan penelitian kemanusiaan yang dilakukan berbagai peneliti di Eropa dan Amerika Serikat membuktikan bahwa kecerdasan akal siswa atau siswi terpengaruh secara negatif di ruangan belajar yang bercampur (baca: Ikhtilath). Sebagian penelitian itu menunjukkan, para pemudi memberikan hasil belajar yang lebih baik pada program-program di lingkungan khusus wanita (terpisah dari laki-laki).

Dalam penelitian yang dilakukan majalah News Week, Amerika, sebagian statistik menguatkan bahwa ketika para siswa belajar secara terpisah, jauh dari lawan jenisnya, maka prestasi ilmiahnya dapat terealisasi. Sedangkan pada sistem pengajaran yang bercampur, para siswi gagal meraih prestasi di bidang matematika, sains, kimia, fisika, teknologi dan komputer. Manajemen pengajaran di distrik Newham, Amerika menguatkan fakta-fakta ini dalam sebuah kajian analisis.

Sebuah lembaga Amerika, pendukung Sistem Pengajaran Non Ikhtilath telah mengetengahkan penelitian yang diadakan Universitas Michigan, Amerika di beberapa sekolah swasta Katholik, yang mene-rapkan sistem pengajaran Ikhtilath dan Non Ikhtilath menyimpulkan, para siswa di sekolah-sekolah Non Ikhtilath unggul dalam kemampuan menulis dan bahasa.

Setelah mengadakan sejumlah penelitian, Peter Jones, kepala penelitian-penelitian edukatif menguatkan bahwa para siswi unggul atas para siswa di tingkat SD Non Ikhtilath dalam kebanyakan cabang ilmu. Lebih mampu menulis secara baik dan meraih hasil akhir yang lebih baik. Sementara prestasi di bidang yang sama menurun di kelas-kelas berikhtilath di mana para siswi gagal dalam membuktikan kematangannya secara dini dan merealisasikan kewanitaannya di hadapan lawan jenisnya.

Michel Vize, peneliti di pusat penelitian ilmiah nasional dan mantan penasehat menteri pemuda dan olahraga di Prancis menegaskan, anak-anak yang sudah memasuki usia pancaroba di kelas-kelas Non Ikhtilath kesulitan dalam membaca teks. Hal itu dihasilkan melalui analisis yang dilakukan Organisasi Perdagangan dan Pembangunan Ekonomi tahun 2000. Dalam rangka mendukung sistem pengajaran Non Ikhtilath, ia mengatakan, “Sesungguhnya memisahkan antara laki-laki dan perempuan dalam pengajaran memberikan kesempatan lebih besar kepada para pelajar untuk mengembangkan potensi dirinya. Oleh karena itu, kami menuntut diterapkannya sistem Non Ikhtilath demi menghasilkan hasil belajar yang lebih baik.”

Carlos Schuster, peneliti wanita yang juga ahli di bidang pendidikan Jerman menyebutkan, disatukannya sesama jenis di sekolah-sekolah; laki-laki di sekolah khusus laki-laki dan perempuan di sekolah khusus perempuan menyebabkan meningkatnya spirit bersaing di antara para murid, sedangkan Ikhtilath meniadakan motivasi tersebut.

Demikian sedikit uraian mengenai rahasia syariat di balik larangan Ikhtilath. Tampak sekali keunggulan syariat Islam dalam meletakkan sistem pendidikan yang berkualitas. Maha Suci Allah Subhaanahu Wata’aala Yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui.

(SUMBER: al-Fashl Baina al-Jinsain Fi asy-Syari’ah al-Islamiah, Majallatu al-Bayan, Tahun ke-22, Vol 240, Agustus 2007/ alsofwah)

Penyebab Matinya Hati


Sesungguhnya di dalam jasad manusia ada segumpal daging. Jika segumpal daging itu lurus, beres maka akan beres seluruh anggota tubuh. Dan apabila segumpal daging itu rusak, maka akan rusak seluruh jasadnya. Ingatlah, bahwa segumpal daging itu adalah hati.”

Saudaraku,

Kita semua sudah mengenal hadits Rasulullah di atas. Bahwa kelurusan hati akan menjamin lurus dan beresnya seluruh amal perbuatan dalam hidup kita. Dan kerusakan hati akan menjamin rusaknya seluruh amal dalam hidup. Kerusakan hatilah yang membuat seluruh amal tidak akan diterima. Tidak hanya amal bahkan sepotong doa kepada Allah pun tidak akan diterima.

Alangkah ngeri menjadi orang-orang yang rusak hati. Orang-orang yang hatinya mengeras seperti batu, sehingga hatinya mati rasa tidak mampu membedakan antara kebaikan dan keburukan, antara kebenaran dan kesalahan, antara amal shalih dan amal salah.

Ada sebuah fragmen menarik dikisahkan oleh Imam Al-Ghazali. Dialog antara Ibrahim bin Adham dengan beberapa orang muridnya.

Saat itu Ibrahim bin Adham ditanya,

“Kami selalu berdoa kepada Allah. Begitu banyak doa yang kami pinta tetapi tidak dikabulkan. Kami pernah mendengar sebuah ayat yang berbunyi ‘Berdo’alah kalian kepadaku, pasti aku akan kabulkan.” Bukankah setiap doa akan didengar dan dikabulkan? Lalu mengapa doa-doa kami itu tidak Allah kabulkan, apakah janji Allah dalam Al-Quran itu dusta?

Ibrahim bin Adham menjawab, “Salah satu penyebab terhalangnya pengabulan doa adalah karena matinya hati.”

Mereka bertanya, “Apa yang menyebabkan matinya hati?”

Ada delapan yang menjadi sebab

1. Kalian tahu hak Allah, tapi tidak kalian tunaikan

Dalam sebuah hadits Rasulullah menyatakan bahwa hak Allah dari hamba-hamba-Nya adalah untuk disembah dengan semurni-murninya penghambaan. Penghambaan atau ibadah yang tidak disertai dengan benalu-benalu kemusyrikan, takhayul, khurafat dan bid’ah. Serta ibadah dari hamba yang tidak dibarengi motivasi ingin dilihat, dipuji orang-orang serta berorientasi keduniaan semata.

Kemusyrikan adalah kesesatan yang sangat jauh. (Q.S. An-Nisa 116)

Kemusyrikan akan mengharamkan seseorang masuk surga. (Q.S. Al-Maidah 71)

Kemusyrikan adalah dosa yang sangat besar. (Q.S. An-Nisa 48)

Meski, seluruh dosa memiliki kemungkinan untuk Allah ampuni, tetapi kemusyrikan adalah dosa yang tidak pernah akan Allah ampuni. (Q.S. An-Nisa 48)

Maka sebaik apa pun ibadah jika dibarengi ketidakikhlasan, amal itu tidak akan diterima,

“Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang di dalamnya ada perbuatan syirik kepadaku, maka Aku akan meninggalkan amal itu bersama kemusyrikannya.” (H.R. Muslim)

Alangkah jelek orang-orang yang beribadah disertai kemusyrikan. Dan alangkah jelek pula orang-orang yang meninggalkan ibadah kepada-Nya.

Orang-orang yang sibuk mengejar keduniaan serta melupakan ibadah kepada Allah.

Orang-orang yang terombang-ambing dalam arus hedonisme (pencarian kesenangan sementara) dan lupa kesenangan abadi.

2. Kalian membaca al-Quran, tapi tidak kalian amalkan ajaran-ajarannya.

Membaca Quran bukanlah melafalkan huruf-hurufnya saja. Tetapi mencoba mewujudkannya dalam keseharian dan kehidupan, dalam ucapan dan perbuatan. Seperti jawaban Aisyah r.a. saat ditanya tentang akhlak Rasul. Jawaban beliau, akhlak Rasul itu adalah Al-Quran.

Imam Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa orang-orang yang meninggalkan Al-Quran (Q.S. Fathir 30-31) bisa bermacam-macam jenis, diantaranya

- Orang yang tidak mau mendengar lafadz-lafadznya.

- Orang yang tidak mau membaca dan memahaminya.

- Orang yang tidak mau mengamalkannya.

- Orang yang tidak mau menjadikannya hukum dalam kehidupan.

- Orang yang tidak mau menjadikannya obat bagi penyakit-penyakit hati.

3. Kalian katakan cinta rasul, tapi tidak amalkan sunahnya.

Mengikuti Rasulullah adalah sebuah kewajiban. Sebab seluruh sisi kehidupan beliau adalah uswah hasanah (teladan yang baik) untuk diikuti. Bahkan kesesuaian ibadah dengan contoh Rasulullah adalah syarat kedua bagi diterimanya amal shalih sesudah ikhlas.

Bukti kecintaan seorang mukmin kepada Allah adalah mengikuti utusan-Nya. (Q.S. Ali Imran 31) Tidak akan diterima kecintaan hamba kepada Allah, jika tidak mengikuti Rasulullah saw.

Banyak di antara kita terlibat dalam upacara-upacara yang tidak dicontohkan Rasulullah dengan dalih kecintaan kepada Allah dan berdzikir kepada-Nya.

Banyak di antara kita yang terlibat dalam perdebatan tentang sunah atau bid’ahnya suatu amalan, tetapi sedikit sekali yang terlibat dalam amalan-amalan yang sudah jelas sunnah. Seakan sunnah Rasul hanyalah materi diskusi dan bukan afiliasi dalam amal jama’i (beramal bersama-sama).

4. Kalian katakan takut mati, tapi kalian tidak bersiap-siap untuk menghadapinya.

Kematian adalah sebuah kemestian. Sebab kehidupan dunia hanyalah sementara, kehidupan yang abadi ada di akhirat nanti. Ada sebuah pintu yang memisahkan kehidupan dunia dan akhirat, pintu adalah mati.

Merasa takut terhadap kematian adalah sesuatu yang wajar. Tetapi hanya mengingat dan tidak bersiap-siap untuk menghadapinya adalah sebuah perbuatan bodoh. Ibarat orang yang hendak bepergian ke tempat yang jauh tetapi tidak mempersiapkan bekal apa pun untuk hidup di sana.

Kehidupan yang hakiki di akhirat nanti adalah hasil dari apa yang ditanam di dunia ini. Apa yang dilakukan di dunia akan menjadi hasil panen yang didapatkan nanti di akhirat.

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Hasyr 18)

5. Kalian katakan musuh kepada setan, tapi kalian berkelompok dengan mereka.

Allah memerintahkan kita untuk menjadikan setan sebagai musuh.

“Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak hizib-nya (partainya/golongannya) agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Q.S. Fathir 6)

Banyak di antara kita yang yakin bahwa setan adalah musuh, tetapi banyak pula yang memperlakukannya sebagai teman keseharian.

Saat asupan makanan kita tidak dibatasi, maka setan ada di sana.

Saat doa-doa pengiring amal kita lupakan dari perbuatan keseharian, maka setan ada di sana bahkan kita telah memperkuat mereka.

Saat kita gunakan bagian kiri tubuh kita dalam cara kita makan, minum, berpakaian, beralas kaki dan lain lain, maka setan ada di sana.

Saat kita tutup hati kita dari kebenaran, hanya karena kebenaran itu datang dari orang yang lebih rendah derajatnya dari kita, maka setan ada di sana.

Setan selalu memperkuat sisi hawa nafsu kita dibandingkan nurani. Maka perbanyaklah asupan makanan nurani daripada makanan jasmani. Biarkanlah tubuh kita lelah dalam beribadah dan berjihad. Jangan biarkan tubuh kita lelah dan malas karena makanan yang terlalu banyak kita masukan ke dalam perut kita.

Hanya ada dua partai di dunia ini, partai Allah dan partai setan. Maka di manakah kita tergabung? Partai yang diridloi Allah ataukah partai setan yang dimurkai-Nya?

6. Kalian katakan takut neraka, tapi kalian aniaya badan kalian di dalamnya.

Setiap kita tidak mau masuk neraka. Sebuah tempat yang sangat mengerikan, yang siksa paling ringannya adalah memakai sandal yang mampu membuat otak hancur bergolak karena panasnya.

Namun, banyak di antara kita yang sejak di dunia sudah menyiksa diri dalam siksaannya. Kita menciptakan neraka kita sendiri melalui dosa-dosa yang kita lakukan. Kita zalimi diri kita sendiri dengan merusak alam yang Allah ciptakan untuk kita manfaatkan sebaik-baiknya. Dan akibatnya kita rasakan sendiri.

Sungguh celaka orang-orang yang mencipta nerakanya di dunia. Tidak hanya di dunia, ia akan mendapatkan neraka yang sebenarnya nanti di akhirat.

Maka, jauhilah dosa-dosa dan perusakan diri serta alam dunia.

7. Kalian katakan cinta surga, tapi kalian tidak beramal untuk mendapatkannya.

Dunia adalah tempat beramal shalih. Dan surga adalah hasil yang akan didapatkan dari amal shalih itu. Mencapai surga tidak bisa dilakukan bersantai dan berleha-leha. Menuju surga adalah perlombaan untuk memacu diri mengoptimalkan seluruh potensi dalam bentuk amal kebaikan.

“Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Tuhan kalian dan kepada surga yang luasnya adalah seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Orang-orang yang berinfaq baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang menahan amarahnya, dan yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Ali Imran 133-134)

8. Apabila kalian bangun tidur, kalian lemparkan aib kalian sendiri ke belakang punggung kalian dan kalian bentangkan aib orang lain di hadapan kalian. Lantas kalian membuat kemurkaan Allah.

Seringkali mata kita begitu terbuka terhadap kesalahan-kesalahan orang lain. Bahkan sekecil apapun kata yang salah tergelincir dari lisan saudara kita, telinga kita begitu peka terhadapnya. Padahal begitu banyak aib-aib kita yang Allah tutupi. Cara tidur kita, tidakkah di sana ada aib? Cara berjalan kita tidakkah di sana ada aib? Cara bicara kita, tidakkah di sana ada aib? Cara makan kita, tidakkah di sana ada aib? Dalam sikap hidup kita sehari-hari, tidakkah ada aib yang kita miliki?

Sungguh jika semua itu orang lain ketahui, betapa besar rasa malu yang harus kita tanggung.

Saudaraku,

Banyak doa yang sudah kita panjatkan. Untuk kesejahteraan diri dan keluarga kita sendiri. Untuk perbaikan bangsa dan negara kita. Sampai saat ini, doa-doa itu sepertinya belum terkabulkan. Maka pertanyaan Ibrahim bin Adham di akhir cerita ini, mudah-mudahan bisa menggugah kesadaran kita.

“Jika salah satu dari delapan hal di atas ada pada diri kalian, bagaimana mungkin Allah kabulkan doa kalian?”(insan Muhammadi)