Falsafah PSHT

Manusia dapat dihancurkan, Manusia dapat dimatikan,
tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu
masih Setia kepada dirinya sendiri atau ber-SH pada dirinya sendiri

Jumat, 16 Desember 2016

Mengukur Kualitas Iman Kita

Iman adalah rasa percaya dan keyakinan hati terhadap wujud dan kebenaran (haq) serta eksisitensinya suatu Dzat yaitu Alah swt. Keimanan ini tidak hanya sebatas mempercayai dan menyakini adanya dzat Allah saja, tetapi mempercayai dan meyakini tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan keberadaan Allah itu sendiri.
Misalnya tentang keberadaan Malaikat, tentang firman-firman yang diturunkan melalui wahyu kepada para Rasul, yang sudah terhimpun dalam kitab, tentang para Rasul atau orang-orang yang diutus untuk menyampaikan firman-firman yang telah turun kepada sekelompok kaum, tentang kebenaran akan datangnya hari kiamat atau hari penghisaban, yang terakhir tentang ketentuan dan ketetapan Allah yang dinamakan takdir.

Iman ini sendiri terbagi menjadi lapisan-lapisan yang relatif tipis atau tebalnya antara satu orang dengan orang yang lain, tetapi secara garis besar lapisan atau tingkatan iman itu terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu, Ilmul Yakin, ainul yakin dan haqqul yakin.

Ilmul Yakin adalah kesadaran untuk meyakini tentang segala sesuatu khususnya tentang ketauhidan Allah dan segala yang berkaitan dengan sifat-sifatNya melalui orang lain, misalnya guru di sekolah, kyai atau para ustadz bahkan mungkin orang-orang yang dekat dengan kita yang bersedia untuk memberikan masukan tentang berbagai hal. Khususnya mengenai ilmu agama.

Ainul Yakin adalah suatu keyakinan yang tidak hanya di dapat dari seseorang, tetapi keyakinan yang terbangun karena suatu pencarian tentang bukti-bukti keberadaan Allah dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kekuasaan dan kemutlakan mengenai hukum-hukum alam yang telah diciptakannya. Pada tahap ini seseorang akan melihat sendiri dan bahkan akan mengalaminya sendiri proses-proses dari pembuktian akan kebenaran yang awalnya hanya berupa informasi-informasi yang bersifat tekstual.
Haqqul Yakin adalah keyakinan yang mutlak dan tidak akan tergoyahkan dari seseorang yang merasa bahwa dirinya hanyalah bagian yang sangat kecil dari sesuatu yang sangat-sangat besar dan diluar kemampuan logika berpikir manusia. Disini bukan hanya mata yang bisa melihat tetapi ada keterlibatan hati yang sangat dominan dalam keyakinan akan dzat Allah. Inilah Iman dengan sebenar-benarnya Iman.
Pada tingkatan ini seorang hamba akan secara otomatis melakukan perintah-perintah dari Tuhannya tanpa ada rasa keterpaksaan. Pada tingkatan ini pula akan timbul rasa kebutuhan yang sangat besat dari seseorang pada Tuhannya dan ada rasa ketergantungan yang sangat kepadaNya. Sehingga menimbulkan efek untuk selalu bisa berinteraksi kapan saja dan dimana saja dia berada.

Ujung dari perilaku seseorang yang sampai pada tingkatan ini adalah rasa ikhlas akan tindakan dan tingkah lakunya. Semua yang di lakukan hanya karena Allah semata. Bukan karena yang lain yang hanya merupakan sesuatu yang di ciptakan. Yang tidak akan bisa mempunyai kekuatan yang paling lemah sekalipun tanpa adanya keterlibatan Tuhannya yaitu Allah swt.

Dari adanya tingkatan-tingkatan inilah seseorang yang mengatakan dirinya beriman masih belum bisa dikatakan sebagai seorang yang beriman dengan sebenar-benarnya Iman. Sehingga Allah perlu memperjelas memberikan informasi kepada kita,

QS. Al Anfaal : 2 – 3.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. 

الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ 
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.

QS. An Naml : 3.
الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ بِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
(yaitu) orang-orang yang mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat.

QS. Al Ankabuut : 59.
الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
(yaitu) yang bersabar dan bertawakkal kepada Tuhannya.

QS. Al Hujuraat : 15.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.”

Iman yang sebenarnya adalah iman dengan amal shalih, yaitu Iman yang disertai dengan amal perbuatan seperti yang disebutkan di beberapa ayat dalam Al Qur`an. Amal perbuatan itu diantaranya adalah: yang mengerjakan shalat dengan ikhlas, yang menafkahkan hartanya yang telah di limpahkan kepadanya di jalan Allah yaitu memberikan kepada mereka yang berhak dan yang membutuhkan, yang bertawakal hanya kepada Allah, yang mampu bersabar meski dalam keadaan tertekan, yang begitu yakin akan kebenaran tentang kehidupan akhirat, yang jika di sebut nama Allah bergetar hatinya karena takut akan adzabnya, yang apabila di bacakan ayat-ayatnya imannya akan bertambah. Itulah orang yang beriman dengan sebenar-benarnya Iman, dan Allah menambahkan dalam satu Ayat,

QS. Al Anfaal : 4.
أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا ۚ لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.

Banyak dari diri kita yang menyatakan beriman tapi sedikit dari kita yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas keimanannya. Sebagian besar dari kita adalah beriman di level yang pertama, karena sesungguhnyalah keimanan yang kita akui itu tak lebih dari sekedar hanya pengakuan atas wujudnya Allah dan kebenaran agama saja. Bahwa Allah itu wujud memang benar adanya. Bahwa beragama itu suatu kewajiban yang harus menempel pada identitas kita, yang jika kita melalaikannya akan berakibat fatal, kita akan dituding sebagai pengikut aliran terlarang, akan dituding sebagai pengikut kepercayaan tertentu yang bukan merupakan suatu agama yang “resmi” dan diakui oleh penguasa atau pemerintah. Sehingga banyak pula dari kita yang beragama tanpa mengetahui apa makna dari beragama itu sendiri.
Dalam “diri” agama itu sendiri tersusun dari beberapa tingkatan. Dalam Agama Islam sebenarnya tingkatan itu tersusun menjadi 3 (tiga) level. Tingkatan yang pertama adalah Iman, yang kedua Taqwa dan yang ke tiga Islam.
Mungkin bagi sebagian orang susunan itu rancu atau kacau karena sebagian orang menempatkan taqwa sebagai tujuan terakhir dari tujuan beragama. Muttaqin menjadi tolok ukur diterima atau tidaknya diri kita oleh Allah untuk kembali kepadaNya. Hal ini memang benar adanya dan jangan pernah pula untuk dipungkiri. Tapi kalau di cermati susunan tingkatan diatas juga bisa diterima sepenuhnya oleh akal atau nalar kita.
Kata “Islam” jika di cermati dari arti kata-nya bisa berarti “Tunduk” atau“berserah diri” . Berserah diri disini tentunya hanya berserah diri kepada Allah. Itulah agama tauhid yang di bawa oleh Rasulullah saw. Muttaqiin yang sebenarnya bisa pula di identikkan dengan orang-orang yang “aslam” yang berarti tunduk, menyerahkan diri sepenuhnya hanya kepada Allah semata.
QS. Ali Imraan 83.
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ﴿٨٣﴾
“Afaghaira diinillahi yabghuuna wa lahu aslama man fiissamaawaati wal ardhi thau`an wa karhaan wa ilaihi yurja`uuna”
”Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan”.
Jika Islam di maknai sebagai penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah swt, memang harusnya berada di tingkatan akhir dari suatu proses beragama, tetapi jika “Islam” dimaknai sebagai suatu nama dari sebuah agama, maka makna Islam yang sebenarnya akan berada di balik bayang-bayang kebesaran agama Islam.
Kita semua mengetahui dan menyadari bahwa berapa banyak orang yang mengaku beragama Islam tetapi pengetahuan tentang Islamnya begitu minim sekali. Mending kalau masih disertai dengan kemauan belajar, kalau tidak ? Betapa menyedihkan sekali ! Kita hanya akan berada dipinggiran inti dari sebuah agama yang lurus yang terbungkus oleh tebalnya “ilmu”.
Inti agama tauhid yang terbungkus oleh dalam dan tebalnya ilmu bagaikan biji dalam buah semangka tanpa biji. “Biji” yang sepertinya tidak ada tetapi sebenarnya ada, dalam arti, inti dari sebuah proses ber-agama itu sebenarnya ada dan nyata, yaitu “Iman”. Tetapi tidak akan pernah kita temukan jika kita tidak pernah mengusahakannya.
“Iman” itu bisa diminta kepada Allah. Asal kita mau sedikit bersusah payah, niscaya Allah akan menurunkan sebuah “petunjuk” Nya. Nah “petunjuk” itulah yang akan kita gunakan untuk menelusuri “peta” inti dari sebuah pentingnya agama bagi kita.
Sebenarnya petunjuk itu sudah ada, yaitu Al Qur`an dan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah yang ada di alam semesta. Tetapi jika seseorang bersikat apatis terhadap Iman dan tauhid dia tidak akan pernah menghiraukan keduanya. Bahkan bersikap menjauhi keduanya. Sampai datangnya kesadaran spritual dalam qalbu atau hatinya. Pada saat datang kesadaran akan kebutuhan dan ketergantungan kepada Allah itulah seseorang akan mulai berpaling kepada “petunjuk” Allah tersebut.
Jika komitmennya kuat dan konsisten dalam memahaminya orang tersebut akan mendapat suatu pencerahan batin. Dimana akan timbul sikap untuk taat dalam menjalankan perintah-perintah agamanya.

QS. Al Isra: 36.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”

Allah memberikan kan kita pendengaran, penglihatan dan hati tak lain karena Allah menginginkan manusia memahami keberadaan Allah dengan segala sifat-sifatnya melalui ketiganya. Jika tidak, Allah sudah mempersiapkan diri dan jiwa kita untuk berhadapan dengan hukum Allah di akhirat yang pedihnya jauh melebihi siksa di dunia.

Uraian di atas untuk mengulas sedikit dari tingkatan iman. Sekarang kita coba untuk mengetahui sedikit tentang tingkatan dalam “ber-agama”. Yang pertama adalah komitmen ber-agama, yang kedua adalah buah dari komitmen beragama yaitu Iman, yang ketiga adalah taqwa, hasil dari masuknya Iman ke dalam hati yang disertai dengan amalan atau perbuatan-perbuatan yang baik, yang merupakan perwujudan dari iman itu sendiri.

Jika kita bisa melalui ketiga fase atau tingkatan tersebut, maka kita akan sampai pada esensi beragama yaitu “Islam” atau “penyerahan diri” sepenuhnya hanya kepada Allah. Dan itu semua adalah buah dari jerih payah atau usaha pencarian makna hidup dari keber-agama-an kita.

Komitmen beragama tidak boleh berhenti hanya sebatas persaksian melalui ucapan dua kalimat syahadat. Komitmen ber-agama harus berefek pada ketebalan Iman. Dengan apa ? Tentunya dengan “Ilmu” . Ilmu itulah nanti yang akan memberikan kita pemahaman akan arti pentingnya seseorang harus berkomitmen untuk ber-agama. Hanya dengan pemahaman tentang ayat-ayat Allah saja seseorang bisa menemukan sebuah contoh kebenaran. Baik itu ayat-ayat yang ada dalam Al Qur`an yang disebut ayat qauliyah maupun ayat-ayat yang ada di alam yang biasa disebut ayat kauniyah.

Kedua ayat tersebut hendaknya dipahami secara bersamaan, karena salah satunya merupakan penjelasan atau bukti dari yang lain, yaitu ayat-ayat Al Qur`an. khususnya untuk ayat-ayat yang berkaitan dengan peristiwa alam. Misalnya bergantinya siang dan malam, tentang turunnya hujan, tentang tanaman yang berbuah, semua itu adalah bukti-bukti keberadaan dan kekuasaan Allah swt.

Iman yang semakin “menebal” dikarenakan pemahaman akan lebih kuat melekatnya dari pada iman yang hanya sekedar “katanya”. Karena iman yang di dapat dari pemahaman ini akan berefek pada pembentukan karakter diri dengan keinginan yang datangnya dari hati untuk segera merealisasi perwujudan dari pada iman itu sendiri. Yaitu berupa amalan atau pembiasaan diri dalam tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku Rasulullah yang telah memberi contoh atau teladan yang baik.
Pembiasaan diri dalam bertingkah laku yang baik berdasarkan iman ini akan berefek pada taqwa. Dimana kata “taat” akan secara perlahan namun pasti akan melekat pada dirinya. Pada kondisi ini seseorang tidak boleh berhenti untuk selalu melakukan eksplorasi terhadap ayat-ayat Allah untuk mengasah kemampuan dalam memahaminya. Ayat-ayat Allah tersebar di seantero jagat raya, yang jika kita gunakan seluruh umur kita untuk mencoba memahaminya tidak akan habis kalimat-kalimat Allah.

Pemahaman harus selalu bertambah, kehidupan beragama kita harus dinamis. Hari ini haruslah lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Iman haruslah selalu bertambah selaras dengan pemahaman. Jika tidak berarti kita termasuk dalam kelompok orang yang merugi karena menyia-nyiakan waktu. Dan kita semua tahu bahwa waktu tidak akan berjalan mundur. Waktu akan terus berlalu seiring dengan bergesernya bumi yang kita tempati. Dan umur manusia akan selalu berkurang dari waktu ke waktu, sampai tiba waktu ajal yang telah di tentukan.

Lantas bagaimanakah dengan orang yang beriman tetapi tidak beramal shalih ? Allah berfirman :
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

”Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

dijelaskan di ayat tersebut bahwa mereka yang “ber-iman” mereka itu sudah berpegangan kepada buhul tali Allah yang sangat kuat dan tidak akan pernah putus. Buhul tali atau simpul tali atau ikatan tali yang kuat, lebih memberikan penjelasan tentang “tali” yang merupakan kabel atau penghubung atau jalan yang menghubungkan seorang hamba kepada Tuhannya. Iman yang diumpamakan tali tersebut tidak lain karena Iman adalah modal atau merupakan modal dalam menjalani amal perbuatan selanjutnya.

Ibarat sebuah bangunan “Iman” adalah pondasi. Tanpa pondasi akan sia-sia keberadaan sebuah bangunan, bahkan kemungkinan besar akan mencelakan bagian-bagian lain dari bangunan itu sendiri. Tetapi pondasi yang kuat akan mempertahankan sebuah bangunan sampai semua bagian dari bangunan itu perlahan lapuk atau dimakan usia. Dan pondasi saja masih belum cukup untuk menjadikan diri kita bagai sebuah bangunan yang sempurna. Kesempurnaan diri dan jiwa kita bisa terbangun apabila kita bisa membangun Amalan yang baik di atas pondasi iman kita.

Di ayat lain Allah juga menegaskan kalau amal perbuatan yang tidak dilandasi oleh iman adalah sesuatu yang sia-sia. Iman menjadi sesuatu yang paling utama dalam hidup. Tanpa Iman otomatis kita termasuk dalam golongan orang-orang yang ingkar kepada Allah. Padahal segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit dan di antara keduanya ini hanyalah milik Allah. Maka menjadi masuk akal jika seseorang yang melakukan segala aktifitas perbuatan yang menurut dirinya paling baik sekalipun akan sia-sia karena tertolak dikarenakan ke-kafiran-an yang melekat pada dirinya.

QS. An Nuur : 39.
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّىٰ إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ ۗ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ
”Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.”

QS. An Nuur : 40.
أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ سَحَابٌ ۚ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا ۗ وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ مِنْ نُورٍ
”Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.”

Untuk itulah kita harus “Istiqomah” dalam pemahaman tanda-tanda atau ayat-ayat Allah ini. Hingga semakin hari semakin bertambah Iman kita. Sejalan dengan berlalunya waktu semakin dekat pula ajal kita. Semakin dekat saatnya semakin kita kedinginan, tapi jika kita berjalan dengan berselimut “Iman”, jangan pernah khawatir dan merasa ketakutan. Sehingga nantinya kita bisa berharap untuk ditetapkannya mati dalam keadaan iman dan Islam.

Jika Iman sudah melekat pada diri dan hati kita secara alami kita akan berusaha untuk memenuhi segala efek dari Iman itu sendiri. Efek dari Iman adalah memenuhi segala yang di perintahkan oleh Allah swt. berupa amalan-amalan yang baik. Amalan-amalan yang baik inilah yang nantinya akan menjadi saksi perbuatan kita selama hidup dalam ke-Iman-an. Dan Iman dan amalan yang baik inilah yang nantinya akan memasukkan diri kita ke dalam golongan orang-orang yang benar. Dan orang-orang yang di kehendaki oleh surganya Allah swt.

Dan mudah-mudahan pula Allah akan memasukkan mereka yang “istiqamah” dalam pemahaman ketauhidan kedalam golongan orang-orang yang bertaqwa yang berbalut kain “keikhlasan”. Dan akan berakhir dengan keridhaan Allah dalam menerima kembalinya diri dan jiwa kita kepadaNya.

Kamis, 15 Desember 2016

DEFINISI KEIMANAN

Salah satu definisi iman adalah diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan. Adakah pertanyaan dalam diri kita, seberapa besarkah kadar keimanan yang kita miliki? dan terlebih lagi ada satu pertanyaan mendasar bahwa dapatkah keimanan itu diukur (dalam hal ini mengukur keimanan diri sendiri ataupun keimanan orang lain)? Bagaimana kita mengetahui kadar keimanan kita, sedangkan keimanan itu dapat diukur atau tidaknya saja kita tidak mengetahuinya.

Perbedaan pendapat dalam berbagai hal adalah hal yang biasa. Termasuk berbedaan pendapat dalam hal untuk menjawab pertanyaan apakah keimanan itu dapat diukur.

Beberapa di antara kita tentunya ada yang berpendapat bahwa tidaklah mungkin keimanan itu dapat diukur. Bentuk keimanan itu seperti apa saja kita tidak mengetahuinya, lantas bagaimana kita dapat mengukurnya?. Keimanan itu merupakan urusan antara makhluk dengan Tuhannya dan hanya merekalah yang mengetahuinya, sehingga bagaimana mungkin seseorang bisa mengukur kadar keimanan orang lain. Mengukur keimanan diri sendiri saja terkadang kita tidak bisa.

Pengukuran keimanan mungkin tidak dapat diterapkan secara keseluruhan. Kita hanya dapat mengukur keimanan ‘yang nampak’ dalam diri seseorang. Mungkin hanya sebagian kecil saja yang dapat kita ukur. Keimanan ‘yang nampak’?. Bisa saja kan seseorang memanipulasi keimanan ‘yang nampak’ itu agar dapat dikategorikan sebagai orang yang memiliki kadar keimanan ‘bagus’. Hal ini memang dapat atau bahkan sering terjadi disekitar kita. Berpura-pura rajin dalam beribadah hanya ingin dinilai sebagai orang yang memiliki kadar keimanan yang tinggi. Mungkin orang yang memiliki ‘kategori tersebut’ sering kita temukan disekitar kita.

Kita mungkin tidak dapat "meng-angkakan" berapa kadar keimanan kita, tetapi kita dapat menilai seberapa kadar keimanan kita.
Lalu apa jawaban dari pertanyaan diatas? dapatkah keimanan itu diukur?.

Kedua pendapat di atas adalah benar bahwa ada beberapa aspek keimanan yang tidak dapat diukur. Kita mungkin tidak dapat mengukur beberapa aspek keimanan di luar batas kemampuan kita. Di mana yang dapat mengetahui seberapa besar kadar aspek keimanan tersebut hanya kita dan Allah yang mengetahuinya, atau bahkan hanya Allah yang mengetahui. Tetapi kita juga tidak dapat menolak pendapat yang kedua bahwa keimanan itu dapat diukur. Tentunya tidak semua aspek keimanan itu dapat diukur, atau bahkan mungkin hanya sedikit aspek keimanan yang dapat diukur. Kita tidak dapat mengukur keimanan apabila aspek tersebut adalah urusan antara seseorang dengan Allah, dimana hanya orang tersebut dan Allah yang mengetahuinya.

Dalam Al-qur’an surat Al-Mumtahanah ayat 10 Allah berfiman:
Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Allah memberikan hak kepada manusia untuk mengukur kadar keimanan seseorang, tetapi masalah apakah ‘keakuratan’ dari hasil pengukuran kita mengenai benar tidaknya kadar keimanan yang dimiliki seseorang adalah urusan Allah.
Allah lah yang lebih mengetahui kadar keimanan seseorang dan mengetahui segala hal.
Wallahu a'lam...

Semoga bermanfaat

Kata Mutiara Persaudaraan

Kejujuran adalah perhiasan jiwa yang lebih bercahaya daripada berlian
Belajar tanpa berpikir tidak ada gunanya, sedangkan berpikir tanpa belajar adalah berbahaya.
Cinta kepada Allah adalah puncaknya cinta. Lembahnya cinta adalah cinta kepada sesama.
Keluhuran budi pekerti akan tampak pada ucapan dan tindakan.
Orang yang berjiwa besar teguh pendiriannya, tetapi tidak keras kepala.
Ulurkan cintamu karena Tuhanmu dan tariklah cintamu karena Tuhanmu, anda tentu tak akan kecewa.
Cinta indah seperti bertepuk dua tangan, tak akan indah jika hanya sebelah saja.
Naluri berbicara kita akan mencintai yang memuja kita, tetapi tidak selalu mencintai yang kita puja.
Melihatlah ke atas untuk urusan akhiratmu dan melihatlah ke bawah untuk urusan duniamu maka hidup akan tenteram.
Seseorang yang oprimis akan melihat adanya kesempatan dalam setiap malapetaka, sedangkan orang pesimis melihat malapetaka dalam setiap kesempatan.
Ingatlah, boleh jadi manusia itu mencintai sesuatu yang membahayakan dirinya atau membenci sesuatu yang bermanfaat baginya. Mohonlah petunjuk-Nya.
Sahabat yang sejati adalah orang yang dapat berkata benar kepada anda, bukan orang yang hanya membenarkan kata-kata anda.
Bekerja atas dorongan cinta akan terasa senang tiada jemu dan lelah.
Orang besar menempuh jalan kearah tujuan melalui rintangan dan kesukaran yang hebat.
Berbuat baiklah kepada orang lain seperti berbuat baik kepada diri sendiri.
Orang besar bukan orang yang otaknya sempurna tetapi orang yang mengambil sebaik-baiknya dari otak yang tidak sempurna.
Memperbaiki diri adalah alat yang ampuh untuk memperbaiki orang lain.
Jika seseorang tidak mencintai anda janganlah dia anda benci, karena mungkin akan tumbuh benih cinta kembali.
Cinta akan menggilas setiap orang yang mengikuti geraknya, tetapi tanpa gilasan cinta, hidup tiada terasa indah.
Bukan kecerdasan anda, melainkan sikap andalah yang yang akan mengangkat anda dalam kehidupan.
Perjuangan seseorang akan banyak berarti jika mulai dari diri sendiri.
Jika rasa cinta terbalas, maka bersyukurlah karena Allah telah memberikan hidup lebih berharga dengan belas Kasih-Nya.
Dalam perkataan, tidak mengapa anda merendahkan diri, tetapi dalam aktivitas tunjukkan kemampuan Anda.
Tegas berbeda jauh dengan kejam. Tegas itu mantap dalam kebijaksana sedangkan kejam itu keras dalam kesewenang-wenangan.
Jika rasa cinta itu tak terbalas maka bersukurlah, karena anda akan dipilihkan Allah yang lebih baik.
Watak keras belum tentu bisa tegas, tetapi lemah lembut tak jarang bisa tegas.
Sifat orang yang berlilmu tinggi adalah merendahkan hari kepada manusia dan takut kepada Tuhan.
Contoh yang baik adalah nasehat terbaik.
Jika kita melayani, maka hidup akan lebih berari.
Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun.
Kita semua hidup dalam ketegangan, dari waktu ke waktu, serta dari hari ke hari; dengan kata lain, kita adalah pahlawan dari cerita kita sendiri.
Tiga sifat manusia yang merusak adalah, kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, serta sifat mengagumi diri sendiri yang berlebihan.
Apa yang nampak sebagai suatu kemurahan hati, sering sebenarnya tiada lain daripada ambisi yang terselubung, yang mengabaikan kepentingan-kepentingan kecil untuk mengejar kepentingan- kepentingan yang lebih besar.
Semua yang dimulai dengan rasa marah, akan berakhir dengan rasa malu.
Hati yang penuh syukur, bukan saja merupakan kebajikan yang terbesar, melainkan merupakan pula induk segala kebajikan yang lain.
Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan-kesalahan yang ia lakukan, dan akan mencoba kembali untuk melakukan dalam suatu cara yang berbeda.
Istilah tidak ada waktu, jarang sekali merupakan alasan yang jujur, karena pada dasarnya kita semuanya memiliki waktu 24 jam yang sama setiap harinya. Yang perlu ditingkatkan ialah membagi waktu dengan lebih cermat.
Ancaman nyata sebenarnya bukan pada saat komputer mulai bisa berpikir seperti manusia, tetapi ketika manusia mulai berpikir seperti komputer.
Pahlawan bukanlah orang yang berani menetakkan pedangnya ke pundak lawan, tetapi pahlawan sebenarnya ialah orang yang sanggup menguasai dirinya dikala ia marah.
Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Jika memulai sekarang, tahun depan Anda akan tahu banyak hal yang sekarang tidak diketahui, dan Anda tak akan mengetahui masa depan jika Anda menunggu-nunggu.
Dalam masalah hati nurani, pikiran pertamalah yang terbaik. Dalam masalah kebijaksanaan, pemikiran terakhirlah yang paling baik.
Belajarlah dari kesalahan orang lain. Anda tak dapat hidup cukup lama untuk melakukan semua kesalahan itu sendiri.
Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi.
Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak.
Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita capai.
Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.
Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.
Perbuatan-perbuatan salah adalah biasa bagi manusia, tetapi perbuatan pura-pura itulah sebenarnya yang menimbulkan permusuhan dan pengkhianatan.
Jika orang berpegang pada keyakinan, maka hilanglah kesangsian. Tetapi, jika orang sudah mulai berpegang pada kesangsian, maka hilanglah keyakinan.
Karena manusia cinta akan dirinya, tersembunyilah baginya aib dirinya; tidak kelihatan olehnya walaupun nyata. Kecil dipandangnya walaupun bagaimana besarnya.
Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putus-nya dipukul ombak. Ia tidak saja tetap berdiri kukuh, bahkan ia menenteramkan amarah ombak dan gelombang itu.
Kita melihat kebahagiaan itu seperti pelangi, tidak pernah berada di atas kepala kita sendiri, tetapi selalu berada di atas kepala orang lain.
Kaca, porselen dan nama baik, adalah sesuatu yang gampang sekali pecah, dan tak akan dapat direkatkan kembali tanpa meninggalkan bekas yang nampak.
Keramahtamahan dalam perkataan menciptakan keyakinan, keramahtamahan dalam pemikiran menciptakan kedamaian, keramahtamahan dalam memberi menciptakan kasih.
Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah.
Rahmat sering datang kepada kita dalam bentuk kesakitan, kehilangan dan kekecewaan; tetapi kalau kita sabar, kita segera akan melihat bentuk aslinya.
Bagian terbaik dari hidup seseorang adalah perbuatan-perbuatan baiknya dan kasihnya yang tidak diketahui orang lain.
Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah.
Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan, selama ia menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya.
Teman sejati adalah ia yang meraih tangan anda dan menyentuh hati anda.
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.
Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan; dan saya percaya pada diri saya sendiri.
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.
Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah.
Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum.
Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, seseorang tidak beriman hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
Jauhilah dengki, karena dengki memakan amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.
 
Yang terbaik di antara kalian adalah mereka yang berakhlak paling mulia.
Allah tidak melihat bentuk rupa dan harta benda kalian, tapi Dia melihat hati dan amal kalian.
Kecintaan kepada Allah melingkupi hati, kecintaan ini membimbing hati dan bahkan merambah ke segala hal.
Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar.
Setiap orang di dunia ini adalah seorang tamu, dan uangnya adalah pinjaman. Tamu itu pastilah akan pergi, cepat atau lambat, dan pinjaman itu haruslah dikembalikan.
Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak.
Sabar memiliki dua sisi, sisi yang satu adalah sabar, sisi yang lain adalah bersyukur kepada Allah.
Takutlah kamu akan perbuatan dosa di saat sendirian, di saat inilah saksimu adalah juga hakimmu.
Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku.
Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh karenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk.
Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar.
Dia yang menciptakan mata nyamuk adalah Dzat yang menciptakan matahari. ~ Bediuzzaman Said Nursi
Penderitaan jiwa mengarahkan keburukan. Putus asa adalah sumber kesesatan; dan kegelapan hati, pangkal penderitaan jiwa.
Kebersamaan dalam suatu masyarakat menghasilkan ketenangan dalam segala kegiatan masyarakat itu, sedangkan saling bermusuhan menyebabkan seluruh kegiatan itu mandeg.
Menghidupkan kembali agama berarti menghidupkan suatu bangsa. Hidupnya agama berarti cahaya kehidupan.
Seseorang yang melihat kebaikan dalam berbagai hal berarti memiliki pikiran yang baik. Dan seseoran yang memiliki pikiran yang baik mendapatkan kenikmatan dari hidup.
Pengetahuan tidaklah cukup; kita harus mengamalkannya. Niat tidaklah cukup; kita harus melakukannya.
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan.
Kearifan ditemukan hanya dalam kebenaran.
Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang.
Perdamaian tidak dapat dijaga dengan kekuatan. Hal itu hanya dapat diraih dengan pengertian.
Agama sejati adalah hidup yang sesungguhnya; hidup dengan seluruh jiwa seseorang, dengan seluruh kebaikan dan kebajikan seseorang.
Dua hal yang membangkitkan ketakjuban saya - langit bertaburkan bintang di atas dan alam semesta yang penuh hikmah di dalamnya.
Apa yang saya saksikan di Alam adalah sebuah tatanan agung yang tidak dapat kita pahami dengan sangat tidak menyeluruh, dan hal itu sudah semestinya menjadikan seseorang yang senantiasa berpikir dilingkupi perasaan rendah hati.
Sungguh sedikit mereka yang melihat dengan mata mereka sendiri dan merasakan dengan hati mereka sendiri.
Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna.
Tidak semua yang dapat menghitung dapat dihitung, dan tidak semua yang dapat dihitung dapat menghitung.
Tidak semua yang dapat menghitung dapat dihitung, dan tidak semua yang dapat dihitung dapat menghitung.
Benar, engkau adalah seorang raja penguasa dunia. Semua orang menunjukkan kesetiaannya padamu! Lalu bagaimana? Esok kamu akan dibaringkan di kubur sebagai rumahmu. Dan dari segala arah, orang-orang akan melemparkan debu ke tubuhmu untuk menutupimu.
Walaupun engkau dijadikan raja penguasa dunia, engkau tidak akan lari dari kematian, dan meninggalkan dunia untuk para musuhmu walaupun hari ini wajahmu tersenyum, esok hal itu pasti akan membuatmu bersedih. Aku melihat manusia datang ke dunia lalu pergi jauh, Dunia dan harta selalu berpindah, dengan sayap-sayap yang sama untuk terbang.
Dunia tidak tetap dengan seorang yang hidup di mana pun, juga tidak ada seorang pun yang hidup selamanya menikmati kesenangannya, kematian dan penderitaannya bagaikan dua ekor kuda yang berlari cepat ke arah manusia, untuk menginjak-injak mereka dan melahap mereka.
Hai bodoh, yang terpedaya oleh daya tarik dunia! Pikirkanlah dan ambillah sesuatu (kebaikan) dari dunia ini untuk menolongmu di akhirat.
Aku tersesat dalam kelalaian, sedang kematian bergerak ke arahku, semakin lama semakin mendekat. Jika aku tidak mati hari ini, aku pasti mati esok, lusa atau kapan pun.
Aku manjakan tubuhku dengan pakaian-pakaian halus dan mewah, sedikit berpikir bahwa itu akan membusuk dan hancur dalam kubur.
Aku bayangkan tubuhku remuk menjadi debu dalam lubang kubur, di bawah gundukan tanah. Keindahan tubuhku akan berangsur-angsur hilang, sedikit demi sedikit berkurang hingga tinggallah kerangka, tanpa kulit dan daging.
Aku melihat detik-detik kehidupan lambat laun habis, namun keinginan-keinginanku masih belum terpenuhi. Suatu perjalanan panjang terbentang di hadapanku, sedangkan aku tiada bekal untuk jalan itu.
Aku menentang Tuhanku, melanggar perintah-perintah-Nya terang-terangan, sementara Ia mengawasiku setiap saat.
Aduh! Aku memperturutkan hatiku dalam perbuatan-perbuatan yang memalukan!
Ah! Apapun yang telah terjadi tak dapat dihapuskan dan waktu bila telah berlalu tidak dapat ditarik kembali.
Ah! Aku berdosa secara rahasia, tidak pernah orang lain mengetahui dosa-dosaku yang mengerikan. Tetapi esok, rahasia dosa-dosaku ditampakkan dan dipertunjukkan kepada Tuhanku.
Ah! Aku berdosa terhadap-Nya, walaupun hati merasa takut, namun aku sangat mempercayai ampunan-Nya yang tak terbatas, aku berdosa dan tak tahu malu, dengan berani bergantung kepada ampunan-Nya yang tak terbatas.
Siapa lagi selain Dia, yang akan mengampuni dosa-dosaku. Sesungguhnya Ia patut bagi segala pujian! Seandainya tidak ada adzab setelah kematian, tiada janji akan surga, tiada ancaman akan neraka.

Kematian dan kebusukan cukup sebagai peringatan agar kita menjauhi kesia-siaan, namun akal kita bebal. Kita tidak mengambil peringatan apa pun. Sekarang tiada harapan lagi bagi kita, kecuali Yang Maha Pengampun mengampuni dosa-dosa kita, karena bila seorang hamba berbuat salah, hanyalah Tuhannya, tanpa seorang pun yang mengampuninya tak diragukan lagi aku adalah yang terburuk dari semua hamba-Nya.
Aku yang menghianati perjanjianku dengan Tuhanku yang dibuat di keabadian. Dan, adalah hamba yang cakap yang janji-janjinya tak berarti.

Tuhanku, akan bagaimanakah nasibku, ketika api membakar tubuhku? Api yang melelehkan batu yang paling keras!
Ah! Aku sendiri ketika dibangkitkan dari kubur (tanpa seorangpun yang menolongku pada hari itu). Wahai Engkau, Yang Maha Esa yang tiada sekutu terhadap keagungan-Mu. Belas kasihanilah kesendirianku, karena ditinggalkan oleh segalanya.
Sungguh jalanan paling licin yang bahkan kaki ulama pun tergelincir di atasnya adalah ketamakan.
Tiada yang lebih baik dari dua kebaikan: Beriman kepada Allah dan bermanfaat bagi manusia. Tiada yang lebih buruk dari dua kejahatan: Syirik pada Allah dan merugikan manusia.
Tiga tanda kesempurnaan iman: Kalau marah, marahnya tidak keluar dari kebenaran. Kalau senang, senangnya tidak membawanya pada kebatilan. Ketika mampu membalas, ia memafkan.
Tertipulah yang melakukan tiga perkara: Membenarkan apa yang tak terjadi, mengandalkan orang yang tidak dipercaya, dan menghasratkan apa yang tak dimiliki.
Dengannya Allah kuburkan kedengkian; Dengannya Allah padamkan permusuhan; Melaluinya diikat persaudaraan; Yang hina dimulyakan. Yang tinggi direndahkan.
Berbagi rezeki dengan tulus, berbakti pada orang tua, berbuat baik pada sesama, mengubah duka menjadi bahagia dan menambah usia.
Semua ilmu ada pokok bahasannya. Pokok bahasan ilmu para Nabi adalah manusia... Mereka datang untuk mendidik manusia.
Orang paling baik adalah orang yang kita harapkan kebaikannya dan kita terlindung dari keburukannya.
Jika orang dapat empat hal, ia dapat kebaikan dunia akhirat: Hati yang bersyukur, lidah yang berzikir, badan yang tabah pada cobaan, dan pasangan yang setia menjaga dirinya dan hartanya.
Nabi ditanya bermanfaatkah kebajikan setelah dosa? Ia menjawab: Taubat membersihkan dosa, kebaikan menghapuskan keburukan.
Manusia Paling baik adalah orang yang dermawan dan bersyukur dalam kelapangan, yang mendahulukan orang lain, bersabar dalam kesulitan.
Tiga manusia tidak akan dilawan kecuali oleh orang yang hina: orang yang berilmu yang mengamalkan ilmunya, orang cerdas cendikia dan imam yang adil.
Tiada musibah yang lebih besar daripada meremehkan dosa-odsamu dan merasa ridho dengan keadaan rohaniahmu sekarang ini.
Hati Adalah Ladang. Sesungguhnya setengah perkataan itu ada yang lebih keras dari batu, lebih tajam dari tusukan jarum, lebih pahit daripada jadam, dan lebih panas daripada bara. Sesungguhnya hati adalah ladang, maka tanamlah ia dengan perkataan yang baik, karena jika tidak tumbuh semuanya (perkataan yang tidak baik), niscaya tumbuh sebahagiannya.
Sesungguhnya seorang hamba itu bila merasa ujub kerana suatu perhiasan dunia, niscaya Allah akan murka kepadanya hingga dia melepaskan perhiasan itu.
Orang yang bakhil itu tidak akan terlepas daripada salah satu daripada 4 sifat yang membinasakan iaitu: Ia akan mati dan hartanya akan diambil oleh warisnya, lalu dibelanjakan bukan pada tempatnya atau; hartanya akan diambil secara paksa oleh penguasa yang zalim atau; hartanya menjadi rebutan orang-orang jahat dan akan dipergunakan untuk kejahatan pula atau; adakalanya harta itu akan dicuri dan dipergunakan secara berfoya-foya pada jalan yang tidak berguna.
Barangsiapa takut kepada Allah SWT nescaya tidak akan dapat dilihat kemarahannya. Dan barangsiapa takut pada Allah, tidak sia-sia apa yang dia kehendaki.
Orang yang banyak ketawa itu kurang wibawanya. Orang yang suka menghina orang lain, dia juga akan dihina. Orang yang menyintai akhirat, dunia pasti menyertainya. Barangsiapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga.
Hendaklah kamu lebih memperhatikan tentang bagaimana amalan itu diterima daripada banyak beramal, kerana sesungguhnya terlalu sedikit amalan yang disertai takwa. Bagaimanakah amalan itu hendak diterima?.
Janganlah seseorang hamba itu mengharap selain kepada Tuhannya dan janganlah dia takut selain kepada dosanya.
Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak ada ilmunya dan tidak ada kebaikan ilmu yang tidak difahami dan tidak ada kebaikan bacaan kalau tidak ada perhatian untuknya.
Tiada solat yang sempurna tanpa jiwa yang khusyu'. Tiada puasa yang sempurna tanpa mencegah diri daripada perbuatan yang sia-sia. Tiada kebaikan bagi pembaca al-Qur'an tanpa mengambil pangajaran daripadanya. Tiada kebaikan bagi orang yang berilmu tanpa memiliki sifat wara'. Tiada kebaikan mengambil teman tanpa saling sayang-menyayangi. Nikmat yang paling baik ialah nikmat yang kekal dimiliki. Doa yang paling sempurna ialah doa yang dilandasi keikhlasan. Barangsiapa yang banyak bicara, maka banyak pula salahnya, siapa yang banyak salahnya, maka hilanglah harga dirinya, siapa yang hilang harga dirinya, bererti dia tidak wara', sedang orang yang tidak wara' itu bererti hatinya mati.
Antara tanda-tanda orang yang bijaksana itu ialah: Hatinya selalu berniat suci. Lidahnya selalu basah dengan dzikrullah. Kedua matanya menangis kerana penyesalan (terhadap dosa). Segala perkara dihadapaiya dengan sabar dan tabah. Mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia.

Semoga Bermanfaat...

Jumat, 02 Desember 2016

Nihil

Qori Dunia

Qori Dunia
Syaikh Abdurrahman As-Sudais
 sheikh-sudeis-big
Salah satu qari’ (pembaca qur’an) yang terkenal di Indonesia adalah Syaikh Abdurrahman As Sudais. Beliau merupakah seorang qari’ yang memiliki suara sangat khas, juga merupakan seorang Imam dan khatid di masjid yang paling mulia di dunia, Masjidil Haram Makkah.
Syaikh menghafal al-Qur’an sejak kecil, belajar dari banyak ulama di berbagai tempat, dan terkenal dengan akhlaknya yang mulia. Beliau menolak radikalisme Islam dan juga menolak pelemahan aqidah ummat Islam. Salah satu yang tidak disukai dari beliau oleh musuh-musuhnya adalah pembelaannya terhadap muslim Palestina yang diserang oleh Yahudi, sebaliknya beliau dicintai oleh ummat Islam karena banyaknya jasa yang beliau sumbangkan untuk ummat ini.
Sebagai Imam Masjidil Haram, beliau memegang posisi penting dalam dakwah Islam. Beliau juga pernah mengunjungi berbagai negara dalam rangka melakukan dakwah Islam dan menguatkan silaturahmi antar muslim, di antaranya India, Pakistan, Malaysia Inggris. Indonesia? Ya tentu saja beliau pernah datang ke Indonesia bahkan menjadi imam shalat di Masjid Istiqlal, Jakarta.
Suara tilawah dari Syaikh Abdurrohman as Sudais dikenal cukup cepat. Jadi jika Anda ingin menghafal al-Qur’an dengan mengikuti suara/lantunan beliau, maka kelebihannya adalah Anda akan bisa membaca ayat cukup banyak (ayat panjang) dalam shalat tanpa memakan waktu yang lama. Dengan catatan, tetap perhatikan adab dan tajwid membaca al-Qur’an

Sumber: https://islamdownload.net/124129-download-murottal-mp3-abdurrahman-as-sudais.html






Syaikh Sa’ad al Ghamidi
30-03-2013-Syaih-Al-Ghamidi-10

Syaikh Sa’ad al Ghamidi adalah salah seorang qari yang terkenal dari Saudi Arabia. Beliau menghafal al-Qur’an secara penuh pada usia yang terbilang masih muda, yakni usia 22 tahun. Suaranya lembut dan tenang, juga dikenal sebagai seorang qari’ yang memiliki tajwid yang baik. Sama seperti wajahnya yang rupawan, suara lantunan al-Qur’an yang dialunkannya pun sangat menawan.
Syaikh Sa’ad al-Ghamidi lahir di Dammam, Sauri Arabia, dan mendalami ilmu syari’ah sebagai ilmu yang diperlukan oleh seorang muslim.
Tahun 2012 beliau ditunjuk sebagai imam di Masjid Kanoo, Dammam, Saudi Arabia. Pada tahun 2009 beliau ditunjuk menjadi imam di Masjid Nabawi, Madinah.
Lantunan suara Syaikh Sa’ad al Ghamidi yang lambat dan tartil, menurut hemat kami menjadikannya sangat cocok untuk dijadikan panduan dalam menghafal al-Qur’an.

Sumber: https://islamdownload.net/124315-murattal-saad-al-ghamidi.html


Disalin dari www.al-aziziyah.org

Rabu, 23 November 2016

Peningkatan Kualitas Kepemimpinan Kepala Desa.


Upaya peningkatan kinerja Pemerintah Desa merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan guna dapat mewujudkan kualitas pelayanan publik, yang dimaksudkan untuk melestarikan kepercayaan masyarakat kepada pemerintahnya. Bagi aparat pemerintah desa perlu memahami dengan pasti apa perannya dalam pelayanan publik, bagaimana mewujudkan kualitas layanan yang memuaskan bagi masyarakat sebagai penerima pelayanan publik, dan bagaimana seharusnya aparat pemerintah desa akan mampu melayani dengan baik.

Keberhasilan Pemerintah Desa ditandai dengan keberhasilan para penyelenggara pemerintah desa termasuk aparat pemerintah desa dalam pelaksanaan tanggungjawabnya yang esensinya adalah sebagai penyelenggaraan fungsi pelayanan.

Salah satu sorotan yang menghambat kinerja pelayanan publik di daerah pedesaan disebabkan karena kurangnya pemahaman dan kesadaran aparat pemerintah desa terhadap bidang pelayanan tersebut antara lain rendahnya kualitas aparat sehingga mempengaruhi sistem pelayanan yang maksimal. Sistem pelayanan yang maksimal dapat terukur dan teraplikasikan dengan baik apabila didukung dengan perangkat sebagai pelaksana yang mampu memahami tugas-tugasnya.

Banyak kendala yang dihadapi oleh pemerintah desa dalam proses pelayanan antara lain keluhan masyarakat dengan cara pelayanan yang diberikan oleh aparat pemerintah desa mulai dari system pelayanan yang sangat lamban, biaya administrasi yang berlebihan, tidak transparan, tidak tepat waktu, memberi janji yang tidak pasti, mengutamakan sistem pelayanan yang tidak sesuai seperti sistem antrian lebih mengutamakan teman sejawat, saudara, atau karena faktor tertentu seperti ada uang pelicin. Cara pemberian pelayanan seperti ini turut menghambat kinerja pelayanan, sehingga target yang dicapai dalam kinerja pelayanan publik kurang maksimal.

Rendahnya kinerja pelayanan publik ada hubungannya dengan tingkat pengetahuan aparat Desa terhadap kegiatan pelayanan, rendahnya disiplin kerja serta kurangnya kesadaran dan tanggungjawab dalam melaksanakan tugas. Pemberdayaan aparat pemerintah Desa akan bertumpu pada kemampuan mengelola potensi sumberdaya atau modal social masyarakat secara optimal.

Salah satu unsur kekuatan efektif di dalam menjalankan roda pemerintahan di daerah pedesaan akan tergantung pada efektifitas kepemimpinan Kepala Desa. Sebab Kepala Desa sebagai unsur dari aparat pemerintah desa juga melekat padanya sebagai seorang pemimpin yang memiliki tugas dan tanggungjawab yang cukup besar. Karena itu Kepala Desa memiliki posisi yang sangat strategis di dalam masyarakat. Kepala Desa di samping sebagai pemimpin juga memiliki fungsi sebagai seorang manager tentu dituntut harus memiliki kapasitas, kapabilitas, proaktif, memiliki kemampuan untuk mengatur suatu organisasi. Organisasi pemerintahan desa dapat berfungsi manakala seorang Kepala Desa memiliki kemampuan untuk mengatur dan memiliki kemampuan menjalankan pola kepemimpinannya dengan baik.

Inti dari keberhasilan Kepala Desa dalam menjalankan kepemimpinannya akan tergantung pada integritas para perangkat desa dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanan masyarakat serta dukungan dari seluruh lapisan masyarakat itu sendiri. Karena tanpa adanya dukungan dari masyarakat, maka Kepala Desa tidak akan dapat menjalankan program-programnya secara optimal.

Seorang Kepala Desa tentu juga harus memiliki kemampuan antara lain:
1. Mampu membangkitkan kepercayaan masyarakat dan loyalitas aparatur pemerintah desa terhadap pelayanan publik.
2. Seorang Kepala Desa juga harus memiliki kemampuan dalam memberdayakan berbagai potensi yang dimiliki masyarakat serta memberikan motivasi kepada seluruh lapisan masyarakatnya.

Semoga Bermanfaat.

#SalamPersaudaraan

Senin, 21 November 2016

Pengertian Fardhu 'Ain dan Fardhu Kifayah

Fardhu adalah kata dari bahasa Arab. Fardhu artinya adalah apa yang Pembuat Hukum haruskan untuk dikerjakan dan yang sifat wajibnya dibuktikan dengan bukti yang definitif.
Kewajiban yang dituntut oleh Allah kepada manusia ada dua macam; kewajiban individual dan kolektif. Macam yang pertama disebut dengan Fardlu ‘Ain dan yang kedua disebut dengan Fardlu Kifāyah.
Dua macam ini merupakan pembagian hukum wajib dilihat dari segi siapa yang dikenai tuntutan untuk mengerjakannya.

Perbuatan yang Fardlu ‘ain adalah perbuatan yang dituntut oleh syariat kepada tiap-tiap orang mukallaf agar dikerjakan. Setiap orang mukallaf dibebani perbuatan tersebut tanpa bisa digantikan oleh yang lain. Termasuk kategori perbuatan ini adalah mengerjakan shalat lima waktu, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadlan, dan lain sebagainya.

Sedangkan perbuatan yang fardlu kifayah adalah perbuatan yang dituntut oleh syariat kepada orang-orang mukallaf secara kolektif. Artinya, jika ada salah seorang yang mengerjakan perbuatan tersebut, maka gugurlah kewajiban bagi yang lain. Namun, jika sama sekali tidak ada yang mengerjakan, maka berdosalah seluruhnya. Termasuk kategori perbuatan ini adalah merawat mayyit (tajhīz al-mayyit), melaksanakan jihad, melakukan amar makruf nahi mungkar, membangun sekolah atau rumah sakit, menjabat sebagai presiden, dan lain sebagainya.

Apa yang membedakan antara perbuatan yang fardlu ‘ain dan fardlu kifayah?
Pertama, dari sisi kepada siapa perintah perbuatan tersebut ditujukan. Perintah untuk melaksanakan perbuatan yang fardlu ‘ain ditujukan kepada tiap-tiap orang mukallaf (al-kully al-afrādy). Perintah Allah kepada manusia untuk melakukan shalat lima waktu, misalnya, ditujukan kepada tiap-tiap orang mukallaf. Setiap orang mukallaf dibebani untuk melaksanakannya tanpa bisa digantikan oleh yang lain. Sedangkan perintah untuk melaksanakan perbuatan yang fardlu kifayah tidak ditujukan kepada masing-masing orang mukallaf, melainkan keseluruhannya (al-kully al-majmū’iy/al-hai’ah al-ijtimā’iyah).

Perintah syariat agar ada pemimpin bagi suatu daerah tidak ditujukan kepada tiap-tiap orang yang ada di daerah tersebut, melainkan secara keseluruhan. Artinya, tidak setiap orang di daerah tersebut harus menjadi pemimpin. Jika ada salah seorang di antara mereka yang dipilih menjadi pemimpin, maka gugurlah kewajiban bagi yang lain.
Namun demikian, sebenarnya ulama berdebat mengenai kepada siapa tuntutan untuk melakukan perbuatan fardlu kifayah. Dalam contoh kewajiban merawat mayyit, misalnya, kepada siapa tuntutan kewajiban untuk melaksanakannya ditujukan?

Pertama, tuntutan kewajiban itu ditujukan kepada sebagian orang saja. Sebagian orang ini adalah mereka yang menduga bahwa orang lain tidak mengerjakan perbuatan tersebut. Jadi, yang dikenai kewajiban untuk merawat mayyit, misalnya, adalah orang yang menduga bahwa orang lain tidak mengerjakannya. Jika ia menduga sudah ada orang lain yang mengerjakan, maka ia tidak dikenai kewajiban. Soal siapa sebagian itu, pendapat ini masih terbelah menjadi tiga kubu. Ada yang mengatakan bahwa sebagian itu tidak tertentu atau mubham.
Ada pula yang mengatakan bahwa yang sebagian itu sudah ditentukan oleh Allah. Sedangkan yang lain menyatakan bahwa yang sebagian itu adalah orang yang telah melaksanakannya. Kelompok ini beralasan, perintah-perintah syariat yang menuntut untuk melakukan perbuatan fardlu kifayah tidak ditujukan kepada seluruh manusia, melainkan sebagian saja. 
Sebagaimana firman Allah,
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (104)
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imrān [3]: 104)

Ayat di atas menuntut pelaksanaan amar makruf nahi mungkar. Tuntutan kewajiban yang ada pada ayat tersebut ditujukan kepada sebagian umat saja, tidak seluruhnya. Hal tersebut terbukti dengan adanya kata مِنْكُمْ . Kata min tersebut memberi pengertian tab’īdl, yaitu sebagian. Di samping itu, kelompok ini juga beralasan, oleh karena kewajiban fardlu kifayah ini gugur jika ada sebagian orang yang mengerjakannya maka yang wajib mengerjakan hanya sebagian saja.

Kedua, kewajiban itu adalah untuk tiap-tiap orang (al-kully al-afrādy) sebagaimana fardlu ‘ain, namun gugur bila ada sebagian yang mengerjakannya. Pendapat ini berargumen dengan dua alasan: Pertama, perintah yang menuntut untuk melakukan perbuatan yang fardlu kifayah seringkali berbentuk umum. Sebagaimana firman Allah,
وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (190)
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-Baqarah [2]: 190)

Perbuatan jihad yang diperintahkan oleh ayat di atas adalah perbuatan fardlu kifayah. Perintah dalam ayat tersebut bersifat umum, mencakup kepada tiap-tiap orang mukallaf. Di samping itu, argumen kedua dari kelompok ini adalah, bahwa apabila perintah untuk melaksanakan perbuatan fardlu kifayah diabaikan, maka semua orang berdosa. Ini menunjukkan, bahwa kewajiban untuk melakukan perbuatan yang fardlu kifayah ditujukan kepada setiap orang mukallaf.

Ketiga, kewajiban itu ditujukan kepada keseluruhan orang mukallaf (al-kully al-majmū’iy/al-ha’iah al-ijtimā’iyah) dan gugur bila ada sebagian yang mengerjakannya. Mengapa demikian? sebab jika kewajiban itu ditujukan kepada tiap-tiap orang sebagaimana pendapat sebelumnya, berarti itu sama dengan menghapus kewajiban yang telah ditetapkan. Menghapus kewajiban itu hanya bisa dilakukan dengan dalil yang menghapus (nasakh) kewajiban tersebut. Sedangkan kewajiban fardlu kifayah ini sama sekali bukan menasakh suatu kewajiban.

Ketiga pendapat di atas memiliki argumen yang kuat dan benar menurut masing-masing. Namun demikian, semuanya sepakat, bahwa perbuatan fardlu kifayah, apabila dikerjakan oleh sebagian orang  maka gugurlah kewajiban bagi yang lain. Dan jika tidak ada seorang pun yang mengerjakannya, maka berdosalah seluruhnya.

Perbedaan fardlu ‘ain dan fardlu kifayah yang kedua adalah, dalam perbuatan yang fardlu ‘ain, ada dua hal yang diperhatikan, yaitu siapa yang mengerjakan dan ketercapaian maksud perbuatannya. Sedangkan dalam fardlu kifayah, siapa yang mengerjakan tidak menjadi perhatian utama, yang penting maksud dari perbuatan yang diperintahkan bisa tercapai. Perbedaan ini dapat dilihat dari pengertian, bahwa fardlu kifayah adalah,
مُهِمٌ يُقْصَدُ حُصُوْلُهُ مِنْ غَيْرِ نَظْرٍ بِالذّاتِ اِلى فَاعِلِهِ
“Perbuatan penting yang ingin dicapai (tujuannya) tanpa memperhatikan secara terutama terhadap pelakunya.”

Membangun rumah sakit di sebuah daerah, misalnya, adalah perbuatan yang fardlu kifayah. Tujuannya adalah agar orang-orang dapat berobat ketika sakit. Untuk mencapai tujuan ini, tidak menjadi soal utama siapa yang mengerjakannya. Yang penting tujuan bisa tercapai. Berbeda dengan shalat lima waktu. Tujuannya adalah tercapainya kekhusyu’an sebagai bentuk ketundukan dan ketakwaan kepada Allah. Dalam shalat ini, siapa pelakunya menjadi perhatian utama.
Perbedaan yang ketiga adalah dari sisi maslahat yang dicapai. Maslahat yang dicapai dalam mengerjakan perbuatan fardlu ‘ain bersifat individual, artinya, ketika perbuatan tersebut dikerjakan, yang selamat dari dosa hanyalah orang yang mengerjakannya saja. Berbeda dengan perbuatan fardlu kifayah, yang selamat dari dosa tidak hanya orang yang mengerjakan saja. 

Dari sini, muncul perdebatan di kalangan pakar ushul fiqh, soal lebih utama mana antara fardlu ‘ain dan fardlu kifayah. Sebagian mengatakan lebih utama fardlu ‘ain, sebab dari saking pentingnya, syariat mewajibkan kepada setiap orang mukallaf untuk mengerjakannya. Sementara sebagian yang lain mengatakan lebih utama fardlu kifayah, sebab jika perintahnya dilaksanakan oleh sebagian orang, itu bisa menyelamatkan sebagian lain yang tidak megerjakan dari dosa.

Selanjutnya, perbuatan yang fardlu kifayah dapat berubah menjadi fardlu ‘ain. Hal tersebut disebabkan oleh dua hal:
Pertama, ketika yang mampu melaksanakan perbuatan fardlu kifayah hanya satu orang. Misalnya, jika ada orang tenggelam, dan hanya seorang yang mampu menyelamatkannya, maka ia hukumnya fardlu ‘ain untuk menyelamatkan orang yang tenggelam itu.
Kedua, ketika perbuatan fardlu kifayah itu telah dikerjakan. Jika telah mengerjakan perbuatan yang fardlu kifayah, maka itu sama dengan fardlu ‘ain, artinya sama-sama harus diselesaikan.

Di samping fardlu ‘ain dan fardlu kifayah, ada juga yang disebut dengan sunnah ‘ain dan sunnah kifayah. Perbedaannya dengan fardlu adalah ketegasan perintahnya. Jika perintah fardlu ‘ain dan kifayah bersifat tegas, sementara sunnah ‘ain dan sunnah kifayah bersifat tidak tegas. Perbuatan sunnah ‘ain seperti shalat dhuha. Sedangkan perbuatan yang sunnah kifayah seperti mendo'akan orang yang bersin (tasymīt).  
Wallahu a’lamu bisshowab

Semoga Bermanfaat

4 Pemahaman Yang Salah Kaprah Atas Islam

Islam adalah agama yang Rahmatan Lil-Alamin.

Permasalahan muncul ketika orang-orang menafsirkan ayat tentang ini secara serampangan, bermodal pemahaman bahasa dan logika yang dangkal. Atau berusaha memaksakan makna ayat agar sesuai dengan hawa nafsunya.



Diantaranya pemahaman tersebut adalah:

1. Berkasih sayang dalam kemungkaran
Sebagian kaum muslimin membiarkan orang-orang meninggalkan shalat, membiarkan pelacuran merajalela, membiarkan wanita membuka aurat mereka di depan umum bahkan membiarkan praktek-praktek kemusyrikan dan enggan menasehati mereka karena khawatir para pelaku maksiat tersinggung hatinya jika dinasehati, kemudian berkata:

"Islam kan rahmatan lil’alamin, penuh kasih sayang."

Sungguh aneh....

Padahal bukanlah demikian tafsir surat Al Anbiya ayat 107 ini.
Islam sebagai rahmat Allah bukanlah bermakna berbelas kasihan kepada pelaku kemungkaran dan membiarkan mereka dalam kemungkarannya. Sebagaiman dijelaskan Ath Thabari dalam tafsirnya di atas, "Rahmat bagi orang mu’min yaitu Allah memberinya petunjuk dengan sebab diutusnya Rasulullah SAW. Beliau Rasulullah SAW memasukkan orang-orang beriman ke dalam surga dengan iman dan amal mereka terhadap ajaran Allah."

Maka bentuk kasih sayang Allah terhadap orang mu’min adalah dengan memberi mereka petunjuk untuk menjalankan perinta-perintah Allah dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah, sehingga mereka menggapai jannah.

Dengan kata lain, jika kita juga merasa cinta dan sayang kepada saudara kita yang melakukan maksiat, sepatutnya kita menasehatinya dan mengingkari maksiat yang dilakukannya dan mengarahkannya untuk melakukan amal kebaikan.

Dan sikap rahmat pun diperlukan dalam mengingkari maksiat. Sepatutnya pengingkaran terhadap maksiat mendahulukan sikap lembut dan penuh kasih sayang, bukan mendahulukan sikap kasar dan keras. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam bersabda:

إن الرفق لا يكون في شيء إلا زانه . ولا ينزع من شيء إلا شانه

"Tidaklah kelembutan itu ada pada sesuatu, kecuali akan menghiasnya. Tidaklah kelembutan itu hilang dari sesuatu, kecuali akan memperburuknya."
(HR. Muslim no. 2594)

2. Berkasih sayang dengan orang kafir
Sebagian orang mengajak untuk berkasih sayang kepada orang kafir, tidak perlu membenci mereka, mengikuti acara-acara mereka, enggan menyebut mereka kafir, atau bahkan menyerukan bahwa semua agama sama dan benar, dengan berdalil dengan ayat:

وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ

"Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi alam semesta."
(QS. Al Anbiya: 107)

Padahal bukan demikian tafsiran dari ayat ini. Allah Ta’ala menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh manusia, namun bentuk rahmat bagi orang kafir bukanlah dengan berkasih sayang kepada mereka. Bahkan telah dijelaskan oleh para ahli tafsir, bahwa bentuk rahmat bagi mereka adalah dengan tidak ditimpa musibah besar yang menimpa umat terdahulu.

Inilah bentuk kasih sayang Allah terhadap orang kafir, dari penjelasan sahabat Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu.

Bahkan konsekuensi dari keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah membenci segala bentuk penyembahan kepada selain Allah, membenci bentuk-bentuk penentangan terhadap ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam, serta membenci orang-orang yang melakukannya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

لاَ تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ

"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka." (QS. Al-Mujadalah: 22)

Menjadikan surat Al Anbiya ayat 107 sebagai dalil pluralisme agama juga merupakan pemahaman yang menyimpang.

Karena ayat-ayat Al Qur’an tidak mungkin saling bertentangan. Bukankah Allah Ta’ala sendiri yang berfirman:

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإِسْلامُ

"Agama yang diridhai oleh Allah adalah Islam."

(QS. Al Imran: 19)


Juga firman Allah Ta’ala:

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi."  (QS. Al Imran: 85)

Orang yang mengusung isu pluralisme mungkin menafsirkan "Islam" dalam ayat-ayat ini dengan "berserah diri". Jadi semua agama benar asalkan berserah diri kepada Tuhan, kata mereka.

Cukuplah kita jawab bualan mereka dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam:

الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وتقيم الصلاة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا

"Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, engkau mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya."
(HR. Muslim no.8)

Justru surat Al Anbiya ayat 107 ini adalah bantahan telak terhadap pluralisme agama. Karena ayat ini adalah dalil bahwa semua manusia di muka bumi wajib memeluk agama Islam. Karena Islam itu "lil 'alamiin", diperuntukkan bagi seluruh manusia di muka bumi.

Sebagaimana dijelaskan Imam Ibnul Qayyim di atas: “Islam adalah rahmat bagi setiap manusia, namun orang yang beriman menerima rahmat ini dan mendapatkan manfaat di dunia dan di akhirat. Sedangkan orang kafir menolaknya”.
Wallahu A'lamu Bishshowab
Semoga Bermanfaat

Kamis, 17 November 2016

Pahlawan Nasional

1. Pahlawan Nasional Aceh
Achmad Soebardjo, pejuang kemerdekaan Indonesia, menteri luar negeri
Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (lahir di Karawang, Jawa Barat, 23 Maret 1896 – meninggal 15 Desember 1978 pada umur 82 tahun) adalah tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, diplomat, dan seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama. Achmad Soebardjo memiliki gelar Meester in de Rechten, yang diperoleh di Universitas Leiden Belanda pada tahun 1933.

Cut Nyak Dhien, pejuang perang Aceh
 
Cut Nyak Dhien (ejaan lama: Tjoet Nja' Dhien, Lampadang, Kerajaan Aceh, 1848 – Sumedang, Jawa Barat, 6 November 1908; dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh. Setelah wilayah VI Mukim diserang, ia mengungsi, sementara suaminya Ibrahim Lamnga bertempur melawan Belanda. Ibrahim Lamnga tewas di Gle Tarum pada tanggal 29 Juni 1878 yang menyebabkan Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah hendak menghancurkan Belanda.

Cut Nyak Meutia, pejuang perang Aceh
Tjoet Nyak Meutia (Keureutoe, Pirak, Aceh Utara, 1870 - Alue Kurieng, Aceh, 24 Oktober 1910) adalah pahlawan nasional Indonesia dari daerah Aceh. Ia dimakamkan di Alue Kurieng, Aceh. Ia menjadi pahlawan nasional Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 107/1964 pada tahun 1964.

Iskandar Muda, Sultan Aceh
Sultan Iskandar Muda (Aceh, Banda Aceh, 1593 atau 1590 – Banda Aceh, Aceh, 27 September 1636) merupakan sultan yang paling besar dalam masa Kesultanan Aceh, yang berkuasa dari tahun 1607 sampai 1636. Aceh mencapai kejayaannya pada masa kepemimpinan Iskandar Muda, di mana daerah kekuasaannya yang semakin besar dan reputasi internasional sebagai pusat dari perdagangan dan pembelajaran tentang Islam. Namanya kini diabadikan di Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda di Aceh.

Panglima Polem, pejuang perang Aceh
Panglima Polem bernama lengkap Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa Muhammad Daud adalah seorang panglima Aceh. Sampai saat ini belum ditemukan keterangan yang jelas mengenai tanggal dan tahun kelahiran Panglima Polem, yang jelas ia berasal dari keturunan kaum bangsawan Aceh. Ayahnya bernama Panglima Polem VIII Raja Kuala anak dari Teuku Panglima Polem Sri Imam Muda Mahmud Arifin yang juga terkenal dengan Cut Banta (Panglima Polem VII (1845-1879). Mahmud Arifin merupakan Panglima Sagoe XXII Mukim Aceh Besar.

Teuku Muhammad Hasan, pejuang kemerdekaan Indonesia, gubernur Sumatera
Teuku Muhammad Hasan adalah Gubernur Wilayah Sumatera Pertama setelah Indonesia merdeka, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 1948 hingga tahun 1949 dalam Kabinet Darurat. Selain itu ia adalah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia.

Teuku Nyak Arif, pejuang kemerdekaan Indonesia, gubernur Aceh pertama
Teuku Nyak Arif adalah Pahlawan Nasional Indonesia. Ia juga merupakan Residen/Gubernur Aceh yang pertama periode 1945–1946. Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, saat Volksraad (parlemen) dibentuk, Teuku Nyak Arif terpilih sebagai wakil pertama dari Aceh.

Teuku Umar, pejuang perang Aceh

Teuku Umar (Meulaboh, 1854 - Meulaboh, 11 Februari 1899) adalah pahlawan kemerdekaan Indonesia yang berjuang dengan cara berpura-pura bekerjasama dengan Belanda. Ia melawan Belanda ketika telah mengumpulkan senjata dan uang yang cukup banyak.

Teungku Chik di Tiro, pejuang perang Aceh
Teungku Chik di Tiro Muhammad Saman (Tiro, Pidie, 1836 – Aneuk Galong, Aceh Besar, Januari 1891) adalah seorang pahlawan nasional dari Aceh.

2. Pahlawan Nasional Bali 

I Gusti Ngurah Rai - kolonel (anumerta), Pahlawan Nasional Indonesia

Kolonel TNI Anumerta I Gusti Ngurah Rai (lahir di Desa Carangsari, Petang, Kabupaten Badung, Bali, Hindia Belanda, 30 Januari 1917 – meninggal di Marga, Tabanan, Bali, Indonesia, 20 November 1946 pada umur 29 tahun) adalah seorang pahlawan Indonesia dari Kabupaten Badung, Bali.
I Gusti Ketut Pudja - gubernur Sunda Kecil, Pahlawan Nasional Indonesia
Ide Anak Agung Gde Agung - menteri Indonesia, Pahlawan Nasional Indonesia
Untung Suropati - Pahlawan Nasional Indonesia


I Gusti Ketut Pudja

I Gusti Ketut Pudja (lahir 19 Mei 1908 – meninggal 4 Mei 1977 pada umur 68 tahun) adalah pahlawan nasional Indonesia. Ia ikut serta dalam perumusan negara Indonesia melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mewakili Sunda Kecil (saat ini Bali dan Nusa Tenggara).

I Gusti Ketut Pudja juga hadir dalam perumusan naskah teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Ia kemudian diangkat Soekarno sebagai Gubernur Sunda Kecil.Pada tahun 2011, I Gusti Ketut Pudja ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai pahlawan nasional bersama 6 orang lainnya
 
Ida Anak Agung Gde Agung


Dr. Ida Anak Agung Gde Agung (lahir di Gianyar, Bali, 24 Juli 1921 – meninggal 22 April 1999 pada umur 77 tahun) adalah ahli sejarah dan tokoh politik Indonesia. Di Bali ia juga berposisi sebagai raja Gianyar, menggantikan ayahnya Anak Agung Ngurah Agung. Anaknya, Anak Agung Gde Agung, adalah Menteri Masalah-masalah Kemasyarakatan pada Kabinet Persatuan Nasional.

Untung Suropati

Untung Surapati (Bahasa Jawa: Untung Suropati) (terlahir Surawiroaji, lahir di Bali, 1660 – meninggal dunia di Bangil, Jawa Timur, 5 Desember 1706 pada umur 45/46 tahun) adalah seorang tokoh dalam sejarah Nusantara yang dicatat dalam Babad Tanah Jawi. Kisahnya menjadi legendaris karena mengisahkan seorang anak rakyat jelata dan budak VOC yang menjadi seorang bangsawan dan Tumenggung (Bupati) Pasuruan.

Kisah Untung Surapati yang legendaris dan perjuangannya melawan kolonialisme VOC di Pulau Jawa membuatnya dikenal sebagai pahlawan nasional Indonesia. Ia telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.

3. Pahlawan Nasional Banten

Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa (Banten, 1631 – 1683) adalah putra Sultan Abdul Ma'ali Ahmad dan Ratu Martakusuma yang menjadi Sultan Banten periode 1640-1650. Ketika kecil, ia bergelar Pangeran Surya. Ketika ayahnya wafat, ia diangkat menjadi Sultan Muda yang bergelar Pangeran Ratu atau Pangeran Dipati. Setelah kakeknya meninggal dunia, ia diangkat sebagai sultan dengan gelar Sultan Abdul Fathi Abdul Fattah.

MR. Syafrudin Prawiranegara 

Mr. Syafruddin Prawiranegara lahir di Serang Banten pada tanggal 28 Februari 1911 dan meninggal di Jakarta 15 Februari 1989 pada umur 77 tahun, adalah pejuang pada masa kemerdekaan Republik Indonesia yang juga pernah menjabat sebagai Presiden/Ketua PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia) ketika pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda saat Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948.
Syafruddin Prawiranegara telah berhasil menyelamatkan eksistensi Republik Indonesia pada waktu Belanda melancarkan agresi militer kedua. Ketika Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Hatta serta sebagian pejabat negara ditawan Belanda pada tanggal 19 Desember 1948, Syafruddin yang saat itu menjabat Menteri Kemakmuran sedang berada di Bukittinggi, Sumatera Barat. Bersama dengan Teuku Muhammad Hasan dan Kolonel Hidayat, ia mengambil inisiatif untuk membentuk Pemerintahan Darurat.

4. Pahlawan Nasional Bengkulu

Hj. Fatmawati Soekarno
Ayah bernama Hassan Din dan ibunya bernama Siti Chadijah, keduanya  merupakan keturunan Putri Indrapura, salah seorang keluarga raja dari Kesultanan Indrapura, Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Ayahnya merupakan salah seorang tokoh Muhammadiyah di Bengkulu.
Beliau adalah istri dari Presiden Indonesia pertama Soekarno (menikah 01-06-1943). Ia menjadi Ibu Negara Indonesia pertama dari tahun 1945 hingga tahun 1967 dan merupakan istri ke-3 dari Presiden Pertama Indonesia, Soekarno. Ia juga dikenal akan jasanya dalam menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang turut dikibarkan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945.

Prof. Dr. Hazairin


 
Prof. Dr. Hazairin (lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 28 November 1906 – meninggal di Jakarta, 11 Desember 1975 pada umur 69 tahun) adalah seorang pakar hukum adat. Ia menjabat Menteri Dalam Negeri dalam Kabinet Ali Sastroamidjojo I.

5.  Pahlawan Nasional Gorontalo
 
Nani Wartabone


Nani Wartabone, (lahir 30 Januari 1907 – meninggal di Suwawa, Gorontalo, 3 Januari 1986 pada umur 78 tahun), yang dianugerahi gelar "Pahlawan Nasional Indonesia" pada tahun 2003, adalah putra Gorontalo dan tokoh perjuangan dari provinsi Gorontalo. Perjuangannya dimulai ketika ia mendirikan dan menjadi sekretaris Jong Gorontalo di Surabaya pada 1923. Lima tahun kemudian, ia menjadi Ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) Cabang Gorontalo



6.  Pahlawan Nasional Jakarta

Ismail Marzuki
 
Ismail Marzuki (lahir di Kwitang, Senen, Batavia, 11 Mei 1914 – meninggal di Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta, 25 Mei 1958 pada umur 44 tahun) adalah salah seorang komponis besar Indonesia. Namanya sekarang diabadikan sebagai suatu pusat seni di Jakarta yaitu Taman Ismail Marzuki (TIM) di kawasan Salemba, Jakarta Pusat.

Mohammad Husni Thamrin

Mohammad Husni Thamrin (lahir di Weltevreden, Batavia, 16 Februari 1894 – meninggal di Senen, Batavia, 11 Januari 1941 pada umur 46 tahun) adalah seorang politisi era Hindia Belanda yang kemudian dianugerahi gelar pahlawan nasional Indonesia.

Kiai Haji Noer Alie

Kiai Haji Noer Alie (lahir di Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 15 Juli 1914; meninggal di Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 29 Januari 1992) Adalah pahlawan nasional Indonesia Dengan SK Presiden : Keppres No. 085/TK/2006, Tgl. 3 November 2006, beliau berasal dari Jawa Barat dan juga seorang ulama.Ia adalah putera dari Anwar bin Layu dan Maimunah binti Tarbin. Ia mendapatkan pendidika agama dari beberapa guru agama di sekitar Bekasi. Pada tahun 1934, ia menunaikan ibadah haji dan memperdalam ilmu agama di Mekkah dan selama 6 tahun bermukim di sana.


7.  Pahlawan Nasional Jambi
 
Thaha Syaifuddin

Sultan Thaha Syaifuddin (Jambi, 1816 - Betung, 26 April 1904) adalah seorang sultan terakhir dari Kesultanan Jambi. Dilahirkan di Keraton Tanah pilih Jambi pada pertengahan tahun 1816. Ketika kecil ia biasa dipanggil Raden Thaha Ningrat dan bersikap sebagai seorang bangsawan yang rendah hati dan suka bergaul dengan rakyat biasa.

8.  Pahlawan Nasional Jawa Barat
Raden Dewi Sartika

Raden Dewi Sartika (lahir di Bandung, 4 Desember 1884 – meninggal di Tasikmalaya, 11 September 1947 pada umur 62 tahun) adalah tokoh perintis pendidikan untuk kaum wanita, diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia tahun 1966. Dewi Sartika adalah puteri dari suami-istri Raden Somanagara dan Raden Ayu Rajapermas. Waktu menjadi patih di Bandung, Somanegara pernah menentang Pemerintah Hindia-Belanda. Karena itu istrinya dibuang di Ternate. Dewi Sartika dititipkan pada pamannya, Patih Arya Cicalengka.

Djoeanda Kartawidjaja


Ir. Raden Haji Djoeanda Kartawidjaja (ejaan baru: Juanda Kartawijaya) lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 14 Januari 1911 – meninggal di Jakarta, 7 November 1963 pada umur 52 tahun adalah Perdana Menteri Indonesia ke-10 sekaligus yang terakhir. Ia menjabat dari 9 April 1957 hingga 9 Juli 1959. Setelah itu ia menjabat sebagai Menteri Keuangan dalam Kabinet Kerja I.

Iwa Koesoemasoemantri

Iwa Koesoemasoemantri (lahir di Ciamis, 31 Mei 1899 – meninggal 27 November 1971 pada umur 72 tahun) atau Iwa Kusumasumantri (Ejaan Soewandi), adalah seorang politikus Indonesia. Iwa lulus dari sekolah hukum di Hindia Belanda (sekarang Indonesia) dan Belanda sebelum menghabiskan waktu di sebuah sekolah di Uni Soviet.

Oto Iskandar di Nata

Raden Otto Iskandardinata (lahir di Bandung, Jawa Barat, 31 Maret 1897 – meninggal di Mauk, Tangerang, Banten, 20 Desember 1945 pada umur 48 tahun) adalah salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Ia mendapat nama julukan si Jalak Harupat.

Mr. Syafruddin Prawiranegara
 
Mr. Syafruddin Prawiranegara atau juga ditulis Sjafruddin Prawiranegara (lahir di Serang, Banten, 28 Februari 1911 – meninggal di Jakarta, 15 Februari 1989 pada umur 77 tahun) adalah seorang pejuang kemerdekaan, Menteri, Gubernur Bank Indonesia, Wakil Perdana Menteri dan pernah menjabat sebagai Ketua (setingkat presiden) Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). Ia menerima mandat dari presiden Sukarno ketika pemerintahan Republik Indonesia yang kala itu beribukota di Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda akibat Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948.[1][2][3] Ia kemudian menjadi Perdana Menteri bagi kabinet tandingan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera Tengah tahun 1958.

9.  Pahlawan Nasional Jawa Tengah

Soedirman 
 
Jenderal Besar Raden Soedirman (EYD: Sudirman; lahir 24 Januari 1916 – meninggal 29 Januari 1950 pada umur 34 tahun adalah seorang perwira tinggi Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Menjadi panglima besar Tentara Nasional Indonesia pertama, ia secara luas terus dihormati di Indonesia. Terlahir dari pasangan rakyat biasa di Purbalingga, Hindia Belanda, Soedirman diadopsi oleh pamannya yang seorang priyayi. Setelah keluarganya pindah ke Cilacap pada tahun 1916, Soedirman tumbuh menjadi seorang siswa rajin; ia sangat aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler, termasuk mengikuti program kepanduan yang dijalankan oleh organisasi Islam Muhammadiyah. Saat di sekolah menengah, Soedirman mulai menunjukkan kemampuannya dalam memimpin dan berorganisasi, dan dihormati oleh masyarakat karena ketaatannya pada Islam.

Nyi Ageng Serang
 
Nyi Ageng Serang bernama asli Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi (Serang, Purwodadi, Jawa Tengah, 1752 - Yogyakarta, 1828) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah anak Pangeran Natapraja yang menguasai wilayah terpencil dari kerajaan Mataram tepatnya di Serang yang sekarang wilayah perbatasan Grobogan-Sragen. Setelah ayahnya wafat Nyi Ageng Serang menggantikan kedudukan ayahnya. Nyi Ageng Serang adalah salah satu keturunan Sunan Kalijaga, ia juga mempunyai keturunan seorang Pahlawan nasional yaitu Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar Dewantara.

Kartini
 
Raden Adjeng Kartini (lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 – meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun) atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini adalah seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.

Yos Sudarso
 
 
Laksamana Madya TNI (Ant) Yosaphat Soedarso (lahir di Salatiga, Jawa Tengah, 24 November 1925 – meninggal di Laut Aru, 15 Januari 1962 pada umur 36 tahun) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Ia gugur di atas KRI Macan Tutul dalam peristiwa pertempuran Laut Aru setelah ditembak oleh kapal patroli Hr. Ms. Eversten milik armada Belanda pada masa kampanye Trikora. Namanya kini diabadikan menjadi nama KRI dan pulau.

Soepomo

Prof. Mr. Dr. Soepomo (Ejaan Soewandi: Supomo; lahir di Sukoharjo, Jawa Tengah, 22 Januari 1903 – meninggal di Jakarta, 12 September 1958 pada umur 55 tahun) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Soepomo dikenal sebagai arsitek Undang-undang Dasar 1945, bersama dengan Muhammad Yamin dan Soekarno

Diponegoro

Bendara Pangeran Harya Dipanegara (lebih dikenal dengan nama Diponegoro, lahir di Ngayogyakarta Hadiningrat, 11 November 1785 – meninggal di Makassar, Hindia Belanda, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun) adalah salah seorang pahlawan nasional Republik Indonesia. Pangeran Diponegoro terkenal karena memimpin Perang Diponegoro/Perang Jawa (1825-1830) melawan pemerintah Hindia Belanda. Perang tersebut tercatat sebagai perang dengan korban paling besar dalam sejarah Indonesia.


10.  Pahlawan Nasional Jawa Timur

Soetomo

Dr. Soetomo (lahir di Ngepeh, Loceret, Nganjuk, Jawa Timur, 30 Juli 1888 – meninggal di Surabaya, Jawa Timur, 30 Mei 1938 pada umur 49 tahun) adalah tokoh pendiri Budi Utomo, organisasi pergerakan yang pertama di Indonesia.

Soeroso

Raden Pandji Soeroso (EYD: Suroso, lahir di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, 3 November 1893 – meninggal di Indonesia, 16 Mei 1981 pada umur 87 tahun) adalah mantan Gubernur Jawa Tengah, mantan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia, dan mantan anggota BPUPKI/PPKI. Ia juga bertugas sebagai wakil ketua BPUPKI yang dipimpin oleh K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat.


Sutomo
 
Sutomo (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 3 Oktober 1920 – meninggal di Padang Arafah, Arab Saudi, 7 Oktober 1981 pada umur 61 tahun) lebih dikenal dengan sapaan akrab oleh rakyat sebagai Bung Tomo, adalah pahlawan yang terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA, yang berakhir dengan pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Wahid Hasjim


Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim (lahir di Jombang, Jawa Timur, 1 Juni 1914 – meninggal di Cimahi, Jawa Barat, 19 April 1953 pada umur 38 tahun) adalah pahlawan nasional Indonesia dan menteri negara dalam kabinet pertama Indonesia. Ia adalah ayah dari presiden keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid dan anak dari Hasyim Asy'arie, salah satu pahlawan nasional Indonesia. Wahid Hasjim dimakamkan di Tebuireng, Jombang

Hasjim Asy'ari


Kyai Haji Mohammad Hasjim Asy'arie bagian belakangnya juga sering dieja Asy'ari atau Ashari (lahir di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, 10 April 1875 – meninggal di Jombang, Jawa Timur, 25 Juli 1947 pada umur 72 tahun; 4 Jumadil Awwal 1292 H- 6 Ramadhan 1366 H; dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang) adalah salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia


11.  Pahlawan Nasional Kalimantan Barat

Abdul Kadir Gelar Raden Temenggung Setia Pahlawan

Abdul Kadir Gelar Raden Temenggung Setia Pahlawan (lahir: Sintang, Kalimantan Barat, 1771 - wafat: Tanjung Suka Dua, Melawi, 1875) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia dari Melawi. Pada tahun 1845, ia diangkat sebagai Kepala Pemerintahan Melawi yang merupakan bagian dari Kerajaan Sintang. Sebagai pejabat kerajaan ai mendapat gelar Raden temenggung. Ia berhasil mengembangkan potensi perekonomian wilayah ini dan mempersatukan suku Dayak dengan Melayu.

 12.  Pahlawan Nasional Kalimantan Selatan

Hasan Basry 

Brigjen Hasan Basry (lahir di Kandangan, Hulu Sungai Selatan, 17 Juni 1923 – meninggal di Jakarta, 15 Juli 1984 pada umur 61 tahun) adalah seorang tokoh militer dan Pahlawan nasional Indonesia. Ia dimakamkan di Simpang Empat, Liang Anggang, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Dianugerahi gelar Pahlawan nasional Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 110/TK/2001 tanggal 3 November 2001

13.  Pahlawan Nasional Kalimantan Tengah

Tjilik Riwut


Marsekal Pertama TNI (Anumerta) Tjilik Riwut (lahir di Kasongan, 2 Februari 1918 – meninggal di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 17 Agustus 1987 pada umur 69 tahun) adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia dan Gubernur Kalimantan Tengah.


14.  Pahlawan Nasional Kalimantan Timur

Sultan Aji Muhammad Idris

Sultan Aji Muhammad Idris adalah Sultan ke-14 dari Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura yang memerintah mulai tahun 1735 hingga tahun 1778. Sultan Aji Muhammad Idris adalah sultan pertama yang menggunakan nama Islam semenjak masuknya agama Islam di Kesultanan Kutai Kartanegara pada abad ke-17.

15.  Pahlawan Nasional Kalimantan Utara
Not Found
16.  Pahlawan Nasional Kepulauan Bangka Belitung
Not Found
 
17.  Pahlawan Nasional Kepulauan Riau

Raja Haji Fisabilillah

Raja Haji Fisabilillah (lahir di Kota Lama, Ulusungai, Riau, 1725 – meninggal di Kampung Ketapang, Melaka, Malaysia, 18 Juni 1784) adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia. Ia dimakamkan di Pulau Penyengat Inderasakti, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Raja Haji Fisabililah merupakan adik dari Sultan Selangor pertama, Sultan Salehuddin dan paman sultan Selangor kedua, Sultan Ibrahim. Namanya diabadikan dalam nama bandar udara di Tanjung Pinang, Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah.



18.  Pahlawan Nasional Lampung

Radin Inten II

Radin Inten II (Lampung, 1834 - Lampung, 5 Oktober 1858) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Namanya diabadikan sebagai sebuah Bandara Radin Inten II dan perguruan tinggi IAIN Raden Intan di Lampung. Berdasarkan penelitian, Radin Inten II gelar Kesuma Ratu masih keturunan Fatahillah yang dikenal sebagai Sunan Gunung Jati dari perkawinannya dengan Putri Sinar Alam, seorang putri dari Minak Raja Jalan Ratu dari Keratuan Pugung, cikal-bakal pemegang kekuasaan di keratuan tersebut.

19. Pahlawan Nasional Maluku

Pattimura

Pattimura (Thomas Matulessy) (lahir di Haria, pulau Saparua, Maluku, 8 Juni 1783 – meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun), juga dikenal dengan nama Kapitan Pattimura adalah pahlawan Maluku dan merupakan Pahlawan nasional Indonesia.

20. Pahlawan Nasional Maluku Utara

Nuku Muhammad Amiruddin

Muhammad Amiruddin atau lebih dikenal dengan nama Sultan Nuku (Soasiu, Tidore, 1738 - Tidore, 14 November 1805) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Dia merupakan sultan dari Kesultanan Tidore yang dinobatkan pada tanggal 13 April 1779, dengan gelar “Sri Paduka Maha Tuan Sultan Saidul Jehad el Ma’bus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan”.

21. Pahlawan Nasional Nusa Tenggara Barat
Not Found
 
 
22. Pahlawan Nasional Nusa Tenggara Timur

 Herman Johannes

Prof. Dr. Ir. Herman Johannes, sering juga ditulis sebagai Herman Yohannes atau Herman Yohanes (lahir di Rote, NTT, 28 Mei 1912 – meninggal di Yogyakarta, 17 Oktober 1992 pada umur 80 tahun) adalah cendekiawan, politikus, ilmuwan Indonesia, guru besar Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Pahlawan Nasional Indonesia. Ia pernah menjabat Rektor UGM (1961-1966), Koordinator Perguruan Tinggi (Koperti) tahun 1966-1979, anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) RI (1968-1978), dan Menteri Pekerjaan Umum (1950-1951). 


23. Pahlawan Nasional Papua

Frans Kaisiepo 

Frans Kaisiepo (lahir di Wardo, Biak, Papua, 10 Oktober 1921 – meninggal di Jayapura, Papua, 10 April 1979 pada umur 57 tahun) adalah pahlawan nasional Indonesia dari Papua.


24. Pahlawan Nasional Papua Barat

Silas Papare


Beliau dilahirkan pada tanggal 18 Desember 1918 di Serui, Irian Jaya. Ia telah berjuang untuk mempengaruhi masyarakat agar bersatu merebut kembali tanah Papua dari tangan penjajah dan telah bergabung dalam Batalyon Papua pada bulan Desember 1945 untuk melancarkan pemberontakan terhadap Belanda yang menjajah tanah Papua. Pada bulan Nopember 1946, ia membentuk Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII), kemudian pada bulan Oktober 1949, ia juga membentuk Badan Perjuangan Irian (BPI) dengan tujuan untuk membantu pemerintah Indonesia membebaskan Irian Barat dari tangan Belanda sekaligus menyatukannya dengan NKRI.

25. Pahlawan Nasional Riau

Tuanku Tambusai

Tuanku Tambusai (lahir di Tambusai, Rokan Hulu, Riau, 5 November 1784 – meninggal di Negeri Sembilan, Malaya Briania, 12 November 1882 pada umur 98 tahun) adalah salah seorang tokoh Paderi terkemuka.

26. Pahlawan Nasional Sulawesi Barat
Not Found
 
 
27. Pahlawan Nasional Sulawesi Selatan

Sultan Hasanuddin

Sultan Hasanuddin (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39 tahun) adalah Raja Gowa ke-15 dan pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape sebagai nama pemberian dari Qadi Islam Kesultanan Gowa yakni Syeikh Sayyid Jalaludin bin Muhammad Bafaqih Al-Aidid, seorang mursyid tarekat Baharunnur Baalwy Sulawesi Selatan sekaligus guru tarekat dari Syeikh Yusuf dan Sultan Hasanuddin. Setelah menaiki Tahta sebagai Sultan, ia mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin saja. Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het Osten oleh Belanda yang artinya Ayam Jantan/Jago dari Timur. Ia dimakamkan di Katangka, Kabupaten Gowa. Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973, tanggal 6 November 1973. Nominal seratus repes


28. Pahlawan Nasional Sulawesi Tengah
Not Found
29. Pahlawan Nasional Sulawesi Tenggara
Not Found
 
 
30. Pahlawan Nasional Sulawesi Utara

Robert Wolter Monginsidi

Robert Wolter Monginsidi (lahir di Malalayang, Manado, Sulawesi Utara, 14 Februari 1925 – meninggal di Pacinang, Makassar, Sulawesi Selatan, 5 September 1949 pada umur 24 tahun) adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia sekaligus pahlawan nasional Indonesia. 

31. Pahlawan Nasional Sumatera Barat

 TUANKU IMAM BONJOL

Wafat dalam pengasingan dan dimakamkan di Lotak, Pineleng, Minahasa, 6 November 1864), adalah salah seorang ulama, pemimpin dan pejuang yang berperang melawan Belanda dalam peperangan yang dikenal dengan nama Perang Padri pada tahun 1803-1838.Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973.
SK Pres: 087/TK/1973 bertanggal 6-11-1973

DR.H.MOHAMMAD HATTA

Dr.(HC) Drs. H. Mohammad Hatta (lahir dengan nama Mohammad Athar, populer sebagai Bung Hatta; lahir di Fort de Kock (sekarang Bukittinggi, Sumatera Barat), Hindia Belanda, 12 Agustus 1902 – meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur 77 tahun) adalah pejuang, negarawan, ekonom, dan juga Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Ia bersama Soekarno memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda sekaligus memproklamirkannya pada 17 Agustus 1945. Ia juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet Hatta I, Hatta II, dan RIS. Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Hatta juga dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia.

PROF.DR.BUYA HAMKA / Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah

Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah, pemilik nama pena Hamka (lahir di Nagari Sungai Batang, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 – meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 pada umur 73 tahun) adalah seorang ulama dan sastrawan Indonesia. Ia melewatkan waktunya sebagai wartawan, penulis, dan pengajar. Ia terjun dalam politik melalui Masyumi sampai partai tersebut dibubarkan, menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama, dan aktif dalam Muhammadiyah sampai akhir hayatnya. Universitas al-Azhar dan Universitas Nasional Malaysia menganugerahkannya gelar doktor kehormatan, sementara Universitas Moestopo, Jakarta mengukuhkan Hamka sebagai guru besar. Namanya disematkan untuk Universitas Hamka milik Muhammadiyah dan masuk dalam daftar Pahlawan Nasional Indonesia.

32. Pahlawan Nasional Sumatera Selatan

Sultan Mahmud Badaruddin II

Sultan Mahmud Badaruddin II (l: Palembang, 1767, w: Ternate, 26 September 1852) adalah pemimpin kesultanan Palembang-Darussalam selama dua periode (1803-1813, 1818-1821), setelah masa pemerintahan ayahnya, Sultan Muhammad Bahauddin (1776-1803). Nama aslinya sebelum menjadi Sultan adalah Raden Hasan Pangeran Ratu.


33. Pahlawan Nasional Sumatera Utara

K.H. Zainul Arifin

Zainul Arifin atau lengkapnya Kiai Haji Zainul Arifin Pohan (lahir di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, 2 September 1909 – meninggal di Jakarta, 2 Maret 1963 pada umur 53 tahun) adalah seorang wakil perdana menteri Indonesia, ketua DPR-GR, dan politisi Nahdlatul Ulama (NU).

34. Pahlawan Nasional Daerah Istimewa Yogyakarta

K.H. Ahmad Dahlan


Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis (lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 – meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54 tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu.