Falsafah PSHT

Manusia dapat dihancurkan, Manusia dapat dimatikan,
tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu
masih Setia kepada dirinya sendiri atau ber-SH pada dirinya sendiri

Selasa, 20 Juni 2017

Tuntunan Mengeluarkan Zakat Fitrah




1. Istighfar Sebelum Melafadzkan Niat:
 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ * اَشْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمَ ٣˟  اَلَّذِيْ لاَاِلٰهَ اِلاَّ هُوَالْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ *
 اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلٰهَ اِلاَّاللهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ * لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّتَ اِلاَّبِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ *
 بِسْمِ اللهِ وَعَلى مِلَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
2. Lafadz Niat Mengeluarkan Zakat Harta (Mall):
نَوَيْتُ اَنْ اُخْرِجَ زَكاَةَالْماَلِ فَرْضًا لِلّٰهِ تَعاَلَ
Sengaja saya mengeluarkan zakat harta saya, wajib karena Allah Ta’ala

3. Lafadz Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri:
نَوَيْتُ اَنْ اُخْرِجَ زَكاَةَ الْفِطْرِعَنْ نَفْسِيْ فَرْضًا لِلّٰهِ تَعاَلَى
Sengaja saya mengeluarkan zakat fitrah atas diri saya sendiri, wajib karena Allah Ta’ala.

4. Lafadz Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah untuk Istri:
نَوَيْتُ اَنْ اُخْرِجَ زَكاَةَ الْفِطْرِعَنْ زَوْجَتِيْ فَرْضًا لِلّٰهِ تَعاَلَى
Sengaja saya mengeluarkan zakat fitrah atas istri saya, wajib karena Allah Ta’ala.

5. Lafadz Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah untuk Anak Laki-laki atau Perempuan:
نَوَيْتُ اَنْ اُخْرِجَ زَكاَةَ الْفِطْرِعَنْ وَلَدِيْ ..... بِنْ/ بِنْتِى..... فَرْضًا لِلّٰهِ تَعاَلَى
Sengaja saya mengeluarkan zakat fitrah atas anak laki-laki saya (sebut namanya) / anak perempuan saya (sebut namanya), wajib karena Allah Ta’ala.

6. Lafadz Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah untuk Orang yang diwakili:
نَوَيْتُ اَنْ اُخْرِجَ زَكاَةَ الْفِطْرِعَنْ ..... فَرْضًا لِلّٰهِ تَعاَلَى
Sengaja saya mengeluarkan zakat fitrah atas ..... (sebut nama orangnya), wajib karena Allah Ta’ala.

7. Lafadz Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri dan Tanggungannya:
نَوَيْتُ اَنْ اُخْرِجَ زَكاَةَ الْفِطْرِعَنِّيْ وَعَنْ جَمِيْعِ ماَيَلْزَمُنِيْ نَفَقَاتُهُمْ شَرْعًا فَرْضًا لِلّٰهِ تَعاَلَى
Sengaja saya mengeluarkan zakat fitrah atas diri saya dan semua orang yang saya dilazimkan (diwajibkan) memberi nafkah pada mereka menurut Syari’at, wajib karena Allah Ta'ala.

8. Lafadz Do’a Sewaktu Menerimakan Zakat Fitrah/Zakat Harta (Mall):
آجَرَكَ اللهُ فِيْماَ اَعْطَيْتُمْ وَبَارَكَ اللهُ فِيَماَ اَبْقَيْتُمْ وَجَعَلَ اللهُ لَكُمْ طَهُوْرًا، اَللّٰهُمَّ ارْزُقْهُمْ رِزْقًا وَّاسِعًا حَلَالاً طَيِّبًا مُّبَارَكًا فِيْهِ وَشِفَاءً مِّنْ كُلِّ دَاءٍ وَّسَقَمٍ، رَبَّنَااٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعاَلَمِيْنَ
“Semoga Allah melimpahkan pahala kepada engkau, atas barang yang telah engkau berikan, dan semoga Allah memberikan keberkahan atas barang engkau yang masih tertinggal dan memberikan kesucian bagi engkau. Ya Allah berikanlah Rizqi yang berlimpah, halal, baik serta penuh barokah dan menjadi penyembuh dari segala macam penyakit ".

Zakat Fitrah



Pada setiap Hari Raya Idul Fitri, setiap orang Islam, Laki-laki dan Perempuan, besar kecil, merdeka atau hamba, diwajibkan membayar zakat fitrah sebanyak satu Sho’ atau setara dengan 3,5 liter dari makanan yang mengenyangkan menurut tiap-tiap tempat (negeri)

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكاَةَالْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ عَلَى النَّاسِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ اَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ عَلٰى كُلِّ حُرٍّاَوْعَبْدٍ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Dari Ibnu Umar ia berkata, Rosululloh SAW mewajibkan zakat fitri pada bulan Romadhon sebanyak satu sho’ kurma atau satu sho’ gamdum atas semua orang muslim merdeka atau hamba, laki-laki atau perempuan.

Berdasarkan hadits di atas jelaslah bahwa yang dimaksudkan Rosululloh SAW banyaknya zakat fitrah itu ialah satu sho’. Menurut arti bahasa arab sho’ adalah nama ukuran sukatan (takaran). Jadi ukuran zakat fitrah ini adalah ukuran takaran bukan ukuran timbangan.

Syarat-syarat wajib zakat fitrah:
1.   Islam. Orang yang tidak beragama islam tidak wajib membayar zakat
2.   Lahir sebelum terbenam matahari pada hari penghabisan atau akhir bulan Romadhon,
3.   Mempunyai kelebihan harta dari keperluan makanan untuk dirinya sendiri dan untuk yang wajib dinafkahinya,

Hukum Waktu membayar zakat:
1.   Waktu yang diperbolehkan, yaitu awal Romadhon sampai hari penghabisan Romadhon,
2.   Waktu Wajib, yaitu mulai terbenam matahari pada penghabisan Romadhon,
3.   Waktu yang lebih baik (sunah) yaitu dibayar sesudah sholat shubuh sebelum pergi sholat hari raya,

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكاَةَالْفِطْرِ طُهْرَةً لِّلصَّائِمِ وَطُعْمَةً لِّلْمَسَاكِيْنِ. فَمَنْ اَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلَاةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُوْلَةٌ وَّمَنْ اَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلَاةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِّنَ الصَّدَقَاتِ (رواه أبو داود وابن ماجه)
Dari Ibnu Abbas r.a ia berkata, Telah diwajibkan oleh Rosululloh SAW zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dan memberi makan bagi orang miskin. Barang siapa yang menunaikannya sebelum sholat hari raya maka zakat itu diterima, dan barang siapa yang menunaikannya sesudah sholat hari raya maka zakat itu sebagai sedekah biasa (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
4.   Waktu makruh, yaitu membayar fitrah sesudah sholat hari raya, tetapi sebelum terbenam matahari pada hari raya,
5.   Waktu haram, lebih telah lagi yaitu dibayar sesudah terbenam matahari pada hari raya.




      Orang-orang yang berhak (Mustahiq) menerima Zakat adalah:

اِنَّمَاالصَّدَقٰتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْعٰمِلِيْنَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوْبُهُمْ وَفِى الرِّقَابِ وَالْغٰرِمِيْنَ وَفِى سَبِيْلِ اللهِ وَابْنِ السَّبِيْلِ فَرِيْضَةً مِّنَ اللهِ وَاللهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ
     Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat (amil), orang yang dilunakkan hatinya (muallaf), untuk memerdekakan hamba sahaya, untuk membebaskan orang yang berhutang, untuk orang yang berjuang di jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu kewajiban dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS. At Taubah: 60)