“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata: ‘Ya Rabbku, kembalikanlah aku (ke dunia), (QS. 23:99) agar aku berbuat amal yang shalih terhadap (apa) yang telah aku tinggalkan.’ Sekali-kali tidak, sesungguhnya itu adalah (hanya) perkataan yang diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitan. (QS. 23:100)” (al-Mu’minuun: 99-100)
Allah Ta’ala menceritakan tentang keadaan orang yang naza’ (sekarat)
pada saat menjelang kematian dari kalangan orang-orang kafir dan
orang-orang yang lengah terhadap perintah Allah Ta’ala, di mana Dia
berfirman: rabbir ji’uun. La’allii a’malu shaalihan fiimaa taraktu
kallaa (“Ya Rabbku, kembalikanlah aku [kedunia], agar aku berbuat amal
yang shalih terhadap [apa] yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali
tidak.”)
Sama seperti yang Dia firmankan: “Dan belanjakanlah sebagian dari apa
yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah
di antara kamu; lalu ia berkata: ‘Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak
menangguhkan (kematian)-ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku
dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orangyang shalih?’ Dan Allah
sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang
waktu kematiannya. Dan Allah Mahamengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Munaafiquun: 10-11).
Dan di sini, Dia berfirman: kallaa innaHaa kalimatun Huwa qaa-iluHaa
(“Sekali-kali tidak, sesungguhnya hal itu adalah [hanya] perkataan yang
diucapkan saja.”) Kallaa merupakan kata penolakan dan penghardikan.
Artinya, Kami tidak memenuhi apa yang dimintanya dan tidak pula menerima
apa yang berasal darinya. Firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya itu adalah
(hanya) perkataan yang diucapkan saja.”
`Abdurrahman bin Zaid bin Aslam mengemukakan: “Kata-kata itu
merupakan suatu keharusan untuk diucapkan oleh setiap orang dhalim yang
sedang berada dalam keadaan naza’. Mungkin saja hal itu merupakan `illat
bagi ucapannya, `kalla’. Dengan kata lain, karena kata-kata atau
permintaannya untuk kembali hidup agar bisa berbuat amal shalih tersebut
merupakan ucapan darinya, sekaligus sebagai ucapan yang tidak disertai
amalan. Kalau seandainya dia dikembalikan lagi ke dunia, niscaya dia
tidak akan berbuat amal shalih, dan dengan demikian dia telah berbohong
dalam ucapannya tersebut. Sebagaimana yang difirmankan-Nya: “Sekiranya
mereka dikembalikan kedunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang
mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah
pendusta-pendusta belaka.” (QS.Al-An’aam: 28).
Qatadah mengemukakan: “Demi Allah, dia tidak akan berharap untuk bisa
kembali kepada keluarga, kelompok, serta tidak juga keinginan untuk
mengumpulkan kekayaan dunia dan memenuhi hawa nafsu, tetapi dia hanya
akan berharap bisa kembali hidup dan berbuat taat kepada Allah.
Mudah-mudahan Allah merahmati seseorang yang mengerjakan apa yang
diharapkan orang kafir tersebut jika melihat adzab neraka.”
Lebih lanjut Qatadah juga mengemukakan: “Demi Allah, dia tidak akan
berangan-angan melainkan kembali hidup agar bisa berbuat taat
kepadaAllah. Oleh karena itu, perhatikanlah angan-angan orang-orang
kafir yang lengah tersebut, lalu kerjakanlah apa yang mereka angankan
itu. Dan tidak ada kekuatan melainkan hanya milik Allah. Wa miw
waraa-iHim barzakhun ilaa yaumi yub’atsuun (“Dan di hadapan mereka ada
dinding sampai hari mereka dibangkitan.”)
Mengenai firman Allah Ta’ala, “wa miw waraa-iHim” yakni di hadapan
mereka. Mujahid mengatakan: “Al-Barzakh berarti penghalang antara dunia
dan akhirat.” Sedangkan Muhammad bin Ka’ab mengemukakan: “Al-Barzakh
berarti keberadaan antara dunia dan akhirat, di mana penghuni dunia
tidak makan dan tidak minum, dan tidak pula kepada penghuni akhirat
diberikan balasan atas amal perbuatan mereka.”
Dalam firman Allah Ta’ala, “Dan di hadapan mereka ada dinding,” terdapat ancaman bagi orang-orang zhalim yang mengalami
naza’ berupa adzab alam barzakh. Sebagaimana yang difirmankan-Nya:”Dan di hadapan mereka ada jahannam. ”
naza’ berupa adzab alam barzakh. Sebagaimana yang difirmankan-Nya:”Dan di hadapan mereka ada jahannam. ”
Dan firman-Nya: ilaa yaumi yub’atsuun (“sampai hari mereka
dibangkitan.”) Yakni, adzab itu akan berlangsung terus padanya sehingga
datang hari kebangkitan.
Wallahu A'lam
Semoga Bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar