1. Pahlawan Nasional Aceh
Achmad Soebardjo, pejuang kemerdekaan Indonesia, menteri luar negeri
Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (lahir di Karawang, Jawa
Barat, 23 Maret 1896 – meninggal 15 Desember 1978 pada umur 82 tahun)
adalah tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, diplomat, dan seorang
Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah Menteri Luar Negeri Indonesia
yang pertama. Achmad Soebardjo memiliki gelar Meester in de Rechten,
yang diperoleh di Universitas Leiden Belanda pada tahun 1933.
Cut Nyak Dhien, pejuang perang Aceh
Cut Nyak Dhien (ejaan lama: Tjoet Nja' Dhien, Lampadang, Kerajaan Aceh,
1848 – Sumedang, Jawa Barat, 6 November 1908; dimakamkan di Gunung
Puyuh, Sumedang) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia dari Aceh
yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh. Setelah wilayah VI
Mukim diserang, ia mengungsi, sementara suaminya Ibrahim Lamnga
bertempur melawan Belanda. Ibrahim Lamnga tewas di Gle Tarum pada
tanggal 29 Juni 1878 yang menyebabkan Cut Nyak Dhien sangat marah dan
bersumpah hendak menghancurkan Belanda.
Cut Nyak Meutia, pejuang perang Aceh
Tjoet Nyak Meutia (Keureutoe, Pirak, Aceh Utara, 1870 - Alue Kurieng,
Aceh, 24 Oktober 1910) adalah pahlawan nasional Indonesia dari daerah
Aceh. Ia dimakamkan di Alue Kurieng, Aceh. Ia menjadi pahlawan nasional
Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 107/1964 pada tahun
1964.
Iskandar Muda, Sultan Aceh
Sultan Iskandar Muda (Aceh, Banda Aceh, 1593 atau 1590 – Banda Aceh,
Aceh, 27 September 1636) merupakan sultan yang paling besar dalam masa
Kesultanan Aceh, yang berkuasa dari tahun 1607 sampai 1636. Aceh
mencapai kejayaannya pada masa kepemimpinan Iskandar Muda, di mana daerah
kekuasaannya yang semakin besar dan reputasi internasional sebagai
pusat dari perdagangan dan pembelajaran tentang Islam. Namanya kini
diabadikan di Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda di Aceh.
Panglima Polem, pejuang perang Aceh
Panglima Polem bernama lengkap Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa
Muhammad Daud adalah seorang panglima Aceh. Sampai saat ini belum
ditemukan keterangan yang jelas mengenai tanggal dan tahun kelahiran
Panglima Polem, yang jelas ia berasal dari keturunan kaum bangsawan
Aceh. Ayahnya bernama Panglima Polem VIII Raja Kuala anak dari Teuku
Panglima Polem Sri Imam Muda Mahmud Arifin yang juga terkenal dengan Cut
Banta (Panglima Polem VII (1845-1879). Mahmud Arifin merupakan Panglima
Sagoe XXII Mukim Aceh Besar.
Teuku Muhammad Hasan, pejuang kemerdekaan Indonesia, gubernur Sumatera
Teuku Muhammad Hasan adalah Gubernur Wilayah Sumatera Pertama setelah
Indonesia merdeka, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada
tahun 1948 hingga tahun 1949 dalam Kabinet Darurat. Selain itu ia adalah
seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia.
Teuku Nyak Arif, pejuang kemerdekaan Indonesia, gubernur Aceh pertama
Teuku Nyak Arif adalah Pahlawan Nasional Indonesia. Ia juga merupakan
Residen/Gubernur Aceh yang pertama periode 1945–1946. Pada masa
perjuangan kemerdekaan Indonesia, saat Volksraad (parlemen) dibentuk,
Teuku Nyak Arif terpilih sebagai wakil pertama dari Aceh.
Teuku Umar, pejuang perang Aceh
Teuku Umar (Meulaboh, 1854 - Meulaboh, 11 Februari 1899) adalah pahlawan
kemerdekaan Indonesia yang berjuang dengan cara berpura-pura
bekerjasama dengan Belanda. Ia melawan Belanda ketika telah mengumpulkan
senjata dan uang yang cukup banyak.
Teungku Chik di Tiro, pejuang perang Aceh
Teungku Chik di Tiro Muhammad Saman (Tiro, Pidie, 1836 – Aneuk Galong,
Aceh Besar, Januari 1891) adalah seorang pahlawan nasional dari Aceh.
2. Pahlawan Nasional Bali
I Gusti Ngurah Rai - kolonel (anumerta), Pahlawan Nasional Indonesia
Kolonel TNI Anumerta I Gusti Ngurah Rai (lahir di Desa Carangsari,
Petang, Kabupaten Badung, Bali, Hindia Belanda, 30 Januari 1917 –
meninggal di Marga, Tabanan, Bali, Indonesia, 20 November 1946 pada umur
29 tahun) adalah seorang pahlawan Indonesia dari Kabupaten Badung,
Bali.
I Gusti Ketut Pudja - gubernur Sunda Kecil, Pahlawan Nasional Indonesia
Ide Anak Agung Gde Agung - menteri Indonesia, Pahlawan Nasional Indonesia
Untung Suropati - Pahlawan Nasional Indonesia
I Gusti Ketut Pudja - gubernur Sunda Kecil, Pahlawan Nasional Indonesia
Ide Anak Agung Gde Agung - menteri Indonesia, Pahlawan Nasional Indonesia
Untung Suropati - Pahlawan Nasional Indonesia
I Gusti Ketut Pudja
I Gusti Ketut Pudja (lahir 19 Mei 1908 – meninggal 4 Mei
1977 pada umur 68 tahun) adalah pahlawan nasional Indonesia. Ia ikut
serta dalam perumusan negara Indonesia melalui Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia mewakili Sunda Kecil (saat ini Bali dan Nusa
Tenggara).
I Gusti Ketut Pudja juga hadir dalam perumusan naskah teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Ia kemudian diangkat Soekarno sebagai Gubernur Sunda Kecil.Pada tahun 2011, I Gusti Ketut Pudja ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai pahlawan nasional bersama 6 orang lainnya
Ida Anak Agung Gde AgungI Gusti Ketut Pudja juga hadir dalam perumusan naskah teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Ia kemudian diangkat Soekarno sebagai Gubernur Sunda Kecil.Pada tahun 2011, I Gusti Ketut Pudja ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai pahlawan nasional bersama 6 orang lainnya
Dr. Ida Anak Agung Gde Agung (lahir di Gianyar, Bali, 24 Juli 1921 –
meninggal 22 April 1999 pada umur 77 tahun) adalah ahli sejarah dan
tokoh politik Indonesia. Di Bali ia juga berposisi sebagai raja Gianyar,
menggantikan ayahnya Anak Agung Ngurah Agung. Anaknya, Anak Agung Gde
Agung, adalah Menteri Masalah-masalah Kemasyarakatan pada Kabinet
Persatuan Nasional.
Untung Suropati
Untung Surapati (Bahasa Jawa: Untung Suropati) (terlahir
Surawiroaji, lahir di Bali, 1660 – meninggal dunia di Bangil, Jawa
Timur, 5 Desember 1706 pada umur 45/46 tahun) adalah seorang tokoh dalam
sejarah Nusantara yang dicatat dalam Babad Tanah Jawi. Kisahnya menjadi
legendaris karena mengisahkan seorang anak rakyat jelata dan budak VOC
yang menjadi seorang bangsawan dan Tumenggung (Bupati) Pasuruan.
Kisah Untung Surapati yang legendaris dan perjuangannya melawan kolonialisme VOC di Pulau Jawa membuatnya dikenal sebagai pahlawan nasional Indonesia. Ia telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.
Kisah Untung Surapati yang legendaris dan perjuangannya melawan kolonialisme VOC di Pulau Jawa membuatnya dikenal sebagai pahlawan nasional Indonesia. Ia telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.
3. Pahlawan Nasional Banten
Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa (Banten, 1631 – 1683) adalah putra Sultan Abdul
Ma'ali Ahmad dan Ratu Martakusuma yang menjadi Sultan Banten periode
1640-1650. Ketika kecil, ia bergelar Pangeran Surya. Ketika ayahnya
wafat, ia diangkat menjadi Sultan Muda yang bergelar Pangeran Ratu atau
Pangeran Dipati. Setelah kakeknya meninggal dunia, ia diangkat sebagai
sultan dengan gelar Sultan Abdul Fathi Abdul Fattah.
MR. Syafrudin Prawiranegara
Mr. Syafruddin Prawiranegara lahir di Serang Banten pada tanggal 28
Februari 1911 dan meninggal di Jakarta 15 Februari 1989 pada umur 77
tahun, adalah pejuang pada masa kemerdekaan Republik Indonesia yang juga
pernah menjabat sebagai Presiden/Ketua PDRI (Pemerintah Darurat
Republik Indonesia) ketika pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta
jatuh ke tangan Belanda saat Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19
Desember 1948.
Syafruddin Prawiranegara telah berhasil menyelamatkan eksistensi Republik Indonesia pada waktu Belanda melancarkan agresi militer kedua. Ketika Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Hatta serta sebagian pejabat negara ditawan Belanda pada tanggal 19 Desember 1948, Syafruddin yang saat itu menjabat Menteri Kemakmuran sedang berada di Bukittinggi, Sumatera Barat. Bersama dengan Teuku Muhammad Hasan dan Kolonel Hidayat, ia mengambil inisiatif untuk membentuk Pemerintahan Darurat.
Syafruddin Prawiranegara telah berhasil menyelamatkan eksistensi Republik Indonesia pada waktu Belanda melancarkan agresi militer kedua. Ketika Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Hatta serta sebagian pejabat negara ditawan Belanda pada tanggal 19 Desember 1948, Syafruddin yang saat itu menjabat Menteri Kemakmuran sedang berada di Bukittinggi, Sumatera Barat. Bersama dengan Teuku Muhammad Hasan dan Kolonel Hidayat, ia mengambil inisiatif untuk membentuk Pemerintahan Darurat.
4. Pahlawan Nasional Bengkulu
Hj. Fatmawati Soekarno
Ayah bernama Hassan Din dan ibunya bernama Siti Chadijah, keduanya
merupakan keturunan Putri Indrapura, salah seorang keluarga raja dari
Kesultanan Indrapura, Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Ayahnya merupakan
salah seorang tokoh Muhammadiyah di Bengkulu.
Beliau adalah istri dari Presiden Indonesia pertama Soekarno (menikah 01-06-1943). Ia menjadi Ibu Negara Indonesia pertama dari tahun 1945 hingga tahun 1967 dan merupakan istri ke-3 dari Presiden Pertama Indonesia, Soekarno. Ia juga dikenal akan jasanya dalam menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang turut dikibarkan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945.
Beliau adalah istri dari Presiden Indonesia pertama Soekarno (menikah 01-06-1943). Ia menjadi Ibu Negara Indonesia pertama dari tahun 1945 hingga tahun 1967 dan merupakan istri ke-3 dari Presiden Pertama Indonesia, Soekarno. Ia juga dikenal akan jasanya dalam menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang turut dikibarkan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945.
Prof. Dr. Hazairin
Prof. Dr. Hazairin (lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 28 November
1906 – meninggal di Jakarta, 11 Desember 1975 pada umur 69 tahun) adalah
seorang pakar hukum adat. Ia menjabat Menteri Dalam Negeri dalam
Kabinet Ali Sastroamidjojo I.
5. Pahlawan Nasional Gorontalo
Nani Wartabone
Nani Wartabone, (lahir 30 Januari 1907 – meninggal di Suwawa, Gorontalo,
3 Januari 1986 pada umur 78 tahun), yang dianugerahi gelar "Pahlawan
Nasional Indonesia" pada tahun 2003, adalah putra Gorontalo dan tokoh
perjuangan dari provinsi Gorontalo. Perjuangannya dimulai ketika ia
mendirikan dan menjadi sekretaris Jong Gorontalo di Surabaya pada 1923.
Lima tahun kemudian, ia menjadi Ketua Partai Nasional Indonesia (PNI)
Cabang Gorontalo
6. Pahlawan Nasional Jakarta
Ismail Marzuki
Ismail Marzuki (lahir di Kwitang, Senen, Batavia, 11 Mei 1914 –
meninggal di Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta, 25 Mei 1958 pada umur
44 tahun) adalah salah seorang komponis besar Indonesia. Namanya
sekarang diabadikan sebagai suatu pusat seni di Jakarta yaitu Taman
Ismail Marzuki (TIM) di kawasan Salemba, Jakarta Pusat.
Mohammad Husni Thamrin
Mohammad Husni Thamrin (lahir di Weltevreden, Batavia, 16 Februari 1894 –
meninggal di Senen, Batavia, 11 Januari 1941 pada umur 46 tahun) adalah
seorang politisi era Hindia Belanda yang kemudian dianugerahi gelar pahlawan nasional Indonesia.
Kiai Haji Noer Alie
Kiai Haji Noer Alie (lahir di Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 15 Juli
1914; meninggal di Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 29 Januari 1992)
Adalah pahlawan nasional Indonesia Dengan SK Presiden : Keppres No.
085/TK/2006, Tgl. 3 November 2006, beliau berasal dari Jawa Barat dan
juga seorang ulama.Ia adalah putera dari Anwar bin Layu dan Maimunah
binti Tarbin. Ia mendapatkan pendidika agama dari beberapa guru agama di
sekitar Bekasi. Pada tahun 1934, ia menunaikan ibadah haji dan
memperdalam ilmu agama di Mekkah dan selama 6 tahun bermukim di sana.
7. Pahlawan Nasional Jambi
Thaha Syaifuddin
Sultan Thaha Syaifuddin (Jambi, 1816 - Betung, 26 April 1904) adalah
seorang sultan terakhir dari Kesultanan Jambi. Dilahirkan di Keraton
Tanah pilih Jambi pada pertengahan tahun 1816. Ketika kecil ia biasa
dipanggil Raden Thaha Ningrat dan bersikap sebagai seorang bangsawan
yang rendah hati dan suka bergaul dengan rakyat biasa.
8. Pahlawan Nasional Jawa Barat
Raden Dewi Sartika
Raden Dewi Sartika (lahir di Bandung, 4 Desember 1884 – meninggal di
Tasikmalaya, 11 September 1947 pada umur 62 tahun) adalah tokoh perintis
pendidikan untuk kaum wanita, diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh
Pemerintah Indonesia tahun 1966. Dewi Sartika adalah puteri dari
suami-istri Raden Somanagara dan Raden Ayu Rajapermas. Waktu menjadi
patih di Bandung, Somanegara pernah menentang Pemerintah Hindia-Belanda.
Karena itu istrinya dibuang di Ternate. Dewi Sartika dititipkan pada
pamannya, Patih Arya Cicalengka.
Djoeanda Kartawidjaja
Ir. Raden Haji Djoeanda Kartawidjaja (ejaan baru: Juanda Kartawijaya)
lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 14 Januari 1911 – meninggal di
Jakarta, 7 November 1963 pada umur 52 tahun adalah Perdana Menteri
Indonesia ke-10 sekaligus yang terakhir. Ia menjabat dari 9 April 1957
hingga 9 Juli 1959. Setelah itu ia menjabat sebagai Menteri Keuangan
dalam Kabinet Kerja I.
Iwa Koesoemasoemantri
Iwa Koesoemasoemantri (lahir di Ciamis, 31 Mei 1899 – meninggal 27
November 1971 pada umur 72 tahun) atau Iwa Kusumasumantri (Ejaan
Soewandi), adalah seorang politikus Indonesia. Iwa lulus dari sekolah
hukum di Hindia Belanda (sekarang Indonesia) dan Belanda sebelum
menghabiskan waktu di sebuah sekolah di Uni Soviet.
Oto Iskandar di Nata
Raden Otto Iskandardinata (lahir di Bandung, Jawa Barat, 31 Maret 1897 –
meninggal di Mauk, Tangerang, Banten, 20 Desember 1945 pada umur 48
tahun) adalah salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Ia mendapat nama
julukan si Jalak Harupat.
Mr. Syafruddin Prawiranegara
Mr. Syafruddin Prawiranegara atau juga ditulis Sjafruddin Prawiranegara
(lahir di Serang, Banten, 28 Februari 1911 – meninggal di Jakarta, 15
Februari 1989 pada umur 77 tahun) adalah seorang pejuang kemerdekaan,
Menteri, Gubernur Bank Indonesia, Wakil Perdana Menteri dan pernah
menjabat sebagai Ketua (setingkat presiden) Pemerintah Darurat Republik
Indonesia (PDRI). Ia menerima mandat dari presiden Sukarno ketika
pemerintahan Republik Indonesia yang kala itu beribukota di Yogyakarta
jatuh ke tangan Belanda akibat Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19
Desember 1948.[1][2][3] Ia kemudian menjadi Perdana Menteri bagi
kabinet tandingan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di
Sumatera Tengah tahun 1958.
9. Pahlawan Nasional Jawa Tengah
Soedirman
Jenderal Besar Raden Soedirman (EYD: Sudirman; lahir 24 Januari 1916 –
meninggal 29 Januari 1950 pada umur 34 tahun adalah seorang perwira
tinggi Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Menjadi panglima
besar Tentara Nasional Indonesia pertama, ia secara luas terus
dihormati di Indonesia. Terlahir dari pasangan rakyat biasa di
Purbalingga, Hindia Belanda, Soedirman diadopsi oleh pamannya yang
seorang priyayi. Setelah keluarganya pindah ke Cilacap pada tahun 1916,
Soedirman tumbuh menjadi seorang siswa rajin; ia sangat aktif dalam
kegiatan ekstrakurikuler, termasuk mengikuti program kepanduan yang
dijalankan oleh organisasi Islam Muhammadiyah. Saat di sekolah menengah,
Soedirman mulai menunjukkan kemampuannya dalam memimpin dan
berorganisasi, dan dihormati oleh masyarakat karena ketaatannya pada
Islam.
Nyi Ageng Serang
Nyi Ageng Serang bernama asli Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi
(Serang, Purwodadi, Jawa Tengah, 1752 - Yogyakarta, 1828) adalah
seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah anak Pangeran Natapraja
yang menguasai wilayah terpencil dari kerajaan Mataram tepatnya di
Serang yang sekarang wilayah perbatasan Grobogan-Sragen. Setelah ayahnya
wafat Nyi Ageng Serang menggantikan kedudukan ayahnya. Nyi Ageng Serang
adalah salah satu keturunan Sunan Kalijaga, ia juga mempunyai keturunan
seorang Pahlawan nasional yaitu Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar
Dewantara.
Kartini
Raden Adjeng Kartini (lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 –
meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun)
atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini adalah seorang
tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai
pelopor kebangkitan perempuan pribumi.
Yos Sudarso
Laksamana Madya TNI (Ant) Yosaphat Soedarso (lahir di Salatiga, Jawa
Tengah, 24 November 1925 – meninggal di Laut Aru, 15 Januari 1962 pada
umur 36 tahun) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Ia gugur di
atas KRI Macan Tutul dalam peristiwa pertempuran Laut Aru setelah
ditembak oleh kapal patroli Hr. Ms. Eversten milik armada Belanda pada
masa kampanye Trikora. Namanya kini diabadikan menjadi nama KRI dan
pulau.
Soepomo
Prof. Mr. Dr. Soepomo (Ejaan Soewandi: Supomo; lahir di Sukoharjo, Jawa
Tengah, 22 Januari 1903 – meninggal di Jakarta, 12 September 1958 pada
umur 55 tahun) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Soepomo
dikenal sebagai arsitek Undang-undang Dasar 1945, bersama dengan
Muhammad Yamin dan Soekarno
Diponegoro
Bendara Pangeran Harya Dipanegara (lebih dikenal dengan nama Diponegoro, lahir di Ngayogyakarta Hadiningrat, 11 November 1785 – meninggal di Makassar, Hindia Belanda, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun) adalah salah seorang pahlawan nasional Republik Indonesia. Pangeran Diponegoro terkenal karena memimpin Perang Diponegoro/Perang Jawa (1825-1830) melawan pemerintah Hindia Belanda. Perang tersebut tercatat sebagai perang dengan korban paling besar dalam sejarah Indonesia.
10. Pahlawan Nasional Jawa Timur
Soetomo
Dr. Soetomo (lahir di Ngepeh, Loceret, Nganjuk, Jawa Timur, 30 Juli 1888
– meninggal di Surabaya, Jawa Timur, 30 Mei 1938 pada umur 49 tahun)
adalah tokoh pendiri Budi Utomo, organisasi pergerakan yang pertama di
Indonesia.
Soeroso
Raden Pandji Soeroso (EYD: Suroso, lahir di Porong, Sidoarjo, Jawa
Timur, 3 November 1893 – meninggal di Indonesia, 16 Mei 1981 pada umur
87 tahun) adalah mantan Gubernur Jawa Tengah, mantan Menteri Pekerjaan
Umum Republik Indonesia, dan mantan anggota BPUPKI/PPKI. Ia juga
bertugas sebagai wakil ketua BPUPKI yang dipimpin oleh K.R.T. Radjiman
Wedyodiningrat.
Sutomo
Sutomo (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 3 Oktober 1920 – meninggal di
Padang Arafah, Arab Saudi, 7 Oktober 1981 pada umur 61 tahun) lebih
dikenal dengan sapaan akrab oleh rakyat sebagai Bung Tomo, adalah
pahlawan yang terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat
rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA,
yang berakhir dengan pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini
diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Wahid Hasjim
Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim (lahir di Jombang, Jawa Timur, 1 Juni 1914 –
meninggal di Cimahi, Jawa Barat, 19 April 1953 pada umur 38 tahun)
adalah pahlawan nasional Indonesia dan menteri negara dalam kabinet
pertama Indonesia. Ia adalah ayah dari presiden keempat Indonesia,
Abdurrahman Wahid dan anak dari Hasyim Asy'arie, salah satu pahlawan
nasional Indonesia. Wahid Hasjim dimakamkan di Tebuireng, Jombang
Hasjim Asy'ari
Kyai Haji Mohammad Hasjim Asy'arie bagian belakangnya juga sering dieja
Asy'ari atau Ashari (lahir di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, 10 April
1875 – meninggal di Jombang, Jawa Timur, 25 Juli 1947 pada umur 72
tahun; 4 Jumadil Awwal 1292 H- 6 Ramadhan 1366 H; dimakamkan di Tebu
Ireng, Jombang) adalah salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang
merupakan pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi massa Islam yang terbesar
di Indonesia
11. Pahlawan Nasional Kalimantan Barat
Abdul Kadir Gelar Raden Temenggung Setia Pahlawan
Abdul Kadir Gelar Raden Temenggung Setia Pahlawan (lahir: Sintang,
Kalimantan Barat, 1771 - wafat: Tanjung Suka Dua, Melawi, 1875) adalah
seorang pahlawan nasional Indonesia dari Melawi. Pada tahun 1845, ia
diangkat sebagai Kepala Pemerintahan Melawi yang merupakan bagian dari
Kerajaan Sintang. Sebagai pejabat kerajaan ai mendapat gelar Raden
temenggung. Ia berhasil mengembangkan potensi perekonomian wilayah ini
dan mempersatukan suku Dayak dengan Melayu.
12. Pahlawan Nasional Kalimantan Selatan
Hasan Basry
Brigjen Hasan Basry (lahir di Kandangan, Hulu Sungai Selatan, 17 Juni
1923 – meninggal di Jakarta, 15 Juli 1984 pada umur 61 tahun) adalah
seorang tokoh militer dan Pahlawan nasional Indonesia. Ia dimakamkan di
Simpang Empat, Liang Anggang, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Dianugerahi gelar Pahlawan nasional Indonesia berdasarkan Surat
Keputusan Presiden No. 110/TK/2001 tanggal 3 November 2001
13. Pahlawan Nasional Kalimantan Tengah
Tjilik Riwut
Marsekal Pertama TNI (Anumerta) Tjilik Riwut (lahir di Kasongan, 2
Februari 1918 – meninggal di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 17
Agustus 1987 pada umur 69 tahun) adalah salah satu pahlawan nasional
Indonesia dan Gubernur Kalimantan Tengah.
14. Pahlawan Nasional Kalimantan Timur
Sultan Aji Muhammad Idris
Sultan Aji Muhammad Idris adalah Sultan ke-14 dari Kesultanan Kutai
Kartanegara ing Martadipura yang memerintah mulai tahun 1735 hingga
tahun 1778. Sultan Aji Muhammad Idris adalah sultan pertama yang
menggunakan nama Islam semenjak masuknya agama Islam di Kesultanan Kutai
Kartanegara pada abad ke-17.
15. Pahlawan Nasional Kalimantan Utara
Not Found
16. Pahlawan Nasional Kepulauan Bangka Belitung
Not Found
17. Pahlawan Nasional Kepulauan Riau
Raja Haji Fisabilillah
Raja Haji Fisabilillah (lahir di Kota Lama, Ulusungai, Riau, 1725 –
meninggal di Kampung Ketapang, Melaka, Malaysia, 18 Juni 1784) adalah
salah satu pahlawan nasional Indonesia. Ia dimakamkan di Pulau Penyengat
Inderasakti, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Raja Haji
Fisabililah merupakan adik dari Sultan Selangor pertama, Sultan
Salehuddin dan paman sultan Selangor kedua, Sultan Ibrahim. Namanya
diabadikan dalam nama bandar udara di Tanjung Pinang, Bandar Udara
Internasional Raja Haji Fisabilillah.
18. Pahlawan Nasional Lampung
Radin Inten II
Radin Inten II (Lampung, 1834 - Lampung, 5 Oktober 1858) adalah seorang
pahlawan nasional Indonesia. Namanya diabadikan sebagai sebuah Bandara
Radin Inten II dan perguruan tinggi IAIN Raden Intan di
Lampung. Berdasarkan penelitian, Radin Inten II gelar Kesuma Ratu masih
keturunan Fatahillah yang dikenal sebagai Sunan Gunung Jati dari
perkawinannya dengan Putri Sinar Alam, seorang putri dari Minak Raja
Jalan Ratu dari Keratuan Pugung, cikal-bakal pemegang kekuasaan di
keratuan tersebut.
19. Pahlawan Nasional Maluku
Pattimura
Pattimura (Thomas Matulessy) (lahir di Haria, pulau Saparua, Maluku,
8 Juni 1783 – meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34
tahun), juga dikenal dengan nama Kapitan Pattimura adalah pahlawan
Maluku dan merupakan Pahlawan nasional Indonesia.
20. Pahlawan Nasional Maluku Utara
Nuku Muhammad Amiruddin
Muhammad Amiruddin atau lebih dikenal dengan nama Sultan Nuku (Soasiu,
Tidore, 1738 - Tidore, 14 November 1805) adalah seorang Pahlawan
Nasional Indonesia. Dia merupakan sultan dari Kesultanan Tidore yang
dinobatkan pada tanggal 13 April 1779, dengan gelar “Sri Paduka Maha
Tuan Sultan Saidul Jehad el Ma’bus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan”.
21. Pahlawan Nasional Nusa Tenggara Barat
Not Found
22. Pahlawan Nasional Nusa Tenggara Timur
Herman Johannes
Prof. Dr. Ir. Herman Johannes, sering juga ditulis sebagai Herman
Yohannes atau Herman Yohanes (lahir di Rote, NTT, 28 Mei 1912 –
meninggal di Yogyakarta, 17 Oktober 1992 pada umur 80 tahun) adalah
cendekiawan, politikus, ilmuwan Indonesia, guru besar Universitas Gadjah
Mada (UGM), dan Pahlawan Nasional Indonesia. Ia pernah menjabat Rektor
UGM (1961-1966), Koordinator Perguruan Tinggi (Koperti) tahun 1966-1979,
anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) RI (1968-1978), dan Menteri
Pekerjaan Umum (1950-1951).
23. Pahlawan Nasional Papua
Frans Kaisiepo
Frans Kaisiepo (lahir di Wardo, Biak, Papua, 10 Oktober 1921 – meninggal
di Jayapura, Papua, 10 April 1979 pada umur 57 tahun) adalah pahlawan
nasional Indonesia dari Papua.
24. Pahlawan Nasional Papua Barat
Silas Papare
Beliau dilahirkan pada tanggal 18 Desember 1918 di Serui, Irian Jaya. Ia
telah berjuang untuk mempengaruhi masyarakat agar bersatu merebut
kembali tanah Papua dari tangan penjajah dan telah bergabung dalam
Batalyon Papua pada bulan Desember 1945 untuk melancarkan pemberontakan
terhadap Belanda yang menjajah tanah Papua. Pada bulan Nopember 1946, ia
membentuk Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII), kemudian pada
bulan Oktober 1949, ia juga membentuk Badan Perjuangan Irian (BPI)
dengan tujuan untuk membantu pemerintah Indonesia membebaskan Irian
Barat dari tangan Belanda sekaligus menyatukannya dengan NKRI.
25. Pahlawan Nasional Riau
Tuanku Tambusai
Tuanku Tambusai (lahir di Tambusai, Rokan Hulu, Riau, 5 November 1784 –
meninggal di Negeri Sembilan, Malaya Briania, 12 November 1882 pada umur
98 tahun) adalah salah seorang tokoh Paderi terkemuka.
26. Pahlawan Nasional Sulawesi Barat
Not Found
27. Pahlawan Nasional Sulawesi Selatan
Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631 –
meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39
tahun) adalah Raja Gowa ke-15 dan pahlawan nasional Indonesia yang
terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng
Bonto Mangape sebagai nama pemberian dari Qadi Islam Kesultanan Gowa
yakni Syeikh Sayyid Jalaludin bin Muhammad Bafaqih Al-Aidid, seorang
mursyid tarekat Baharunnur Baalwy Sulawesi Selatan sekaligus guru
tarekat dari Syeikh Yusuf dan Sultan Hasanuddin. Setelah menaiki Tahta
sebagai Sultan, ia mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga
Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin
saja. Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het Osten oleh
Belanda yang artinya Ayam Jantan/Jago dari Timur. Ia dimakamkan di
Katangka, Kabupaten Gowa. Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional dengan
Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973, tanggal 6 November 1973.
Nominal seratus repes
28. Pahlawan Nasional Sulawesi Tengah
Not Found
29. Pahlawan Nasional Sulawesi Tenggara
Not Found
30. Pahlawan Nasional Sulawesi Utara
Robert Wolter Monginsidi
Robert Wolter Monginsidi (lahir di Malalayang, Manado, Sulawesi Utara,
14 Februari 1925 – meninggal di Pacinang, Makassar, Sulawesi Selatan, 5
September 1949 pada umur 24 tahun) adalah seorang pejuang kemerdekaan
Indonesia sekaligus pahlawan nasional Indonesia.
31. Pahlawan Nasional Sumatera Barat
TUANKU IMAM BONJOL
Wafat dalam pengasingan dan dimakamkan di Lotak, Pineleng, Minahasa, 6
November 1864), adalah salah seorang ulama, pemimpin dan pejuang yang
berperang melawan Belanda dalam peperangan yang dikenal dengan nama
Perang Padri pada tahun 1803-1838.Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai
Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden RI Nomor
087/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973.
SK Pres: 087/TK/1973 bertanggal 6-11-1973
DR.H.MOHAMMAD HATTA
Dr.(HC) Drs. H. Mohammad Hatta (lahir dengan nama Mohammad Athar, populer sebagai Bung Hatta; lahir di Fort de Kock (sekarang Bukittinggi, Sumatera Barat), Hindia Belanda, 12 Agustus 1902 – meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur 77 tahun) adalah pejuang, negarawan, ekonom, dan juga Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Ia bersama Soekarno memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda sekaligus memproklamirkannya pada 17 Agustus 1945. Ia juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet Hatta I, Hatta II, dan RIS. Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Hatta juga dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
PROF.DR.BUYA HAMKA / Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah
Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah, pemilik nama pena Hamka (lahir di Nagari Sungai Batang, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 – meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 pada umur 73 tahun) adalah seorang ulama dan sastrawan Indonesia. Ia melewatkan waktunya sebagai wartawan, penulis, dan pengajar. Ia terjun dalam politik melalui Masyumi sampai partai tersebut dibubarkan, menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama, dan aktif dalam Muhammadiyah sampai akhir hayatnya. Universitas al-Azhar dan Universitas Nasional Malaysia menganugerahkannya gelar doktor kehormatan, sementara Universitas Moestopo, Jakarta mengukuhkan Hamka sebagai guru besar. Namanya disematkan untuk Universitas Hamka milik Muhammadiyah dan masuk dalam daftar Pahlawan Nasional Indonesia.
Dr.(HC) Drs. H. Mohammad Hatta (lahir dengan nama Mohammad Athar, populer sebagai Bung Hatta; lahir di Fort de Kock (sekarang Bukittinggi, Sumatera Barat), Hindia Belanda, 12 Agustus 1902 – meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur 77 tahun) adalah pejuang, negarawan, ekonom, dan juga Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Ia bersama Soekarno memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda sekaligus memproklamirkannya pada 17 Agustus 1945. Ia juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet Hatta I, Hatta II, dan RIS. Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Hatta juga dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
PROF.DR.BUYA HAMKA / Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah
Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah, pemilik nama pena Hamka (lahir di Nagari Sungai Batang, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 – meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 pada umur 73 tahun) adalah seorang ulama dan sastrawan Indonesia. Ia melewatkan waktunya sebagai wartawan, penulis, dan pengajar. Ia terjun dalam politik melalui Masyumi sampai partai tersebut dibubarkan, menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama, dan aktif dalam Muhammadiyah sampai akhir hayatnya. Universitas al-Azhar dan Universitas Nasional Malaysia menganugerahkannya gelar doktor kehormatan, sementara Universitas Moestopo, Jakarta mengukuhkan Hamka sebagai guru besar. Namanya disematkan untuk Universitas Hamka milik Muhammadiyah dan masuk dalam daftar Pahlawan Nasional Indonesia.
Sultan Mahmud Badaruddin II
Sultan Mahmud Badaruddin II (l: Palembang, 1767, w: Ternate, 26
September 1852) adalah pemimpin kesultanan Palembang-Darussalam selama
dua periode (1803-1813, 1818-1821), setelah masa pemerintahan ayahnya,
Sultan Muhammad Bahauddin (1776-1803). Nama aslinya sebelum menjadi
Sultan adalah Raden Hasan Pangeran Ratu.
33. Pahlawan Nasional Sumatera Utara
K.H. Zainul Arifin
Zainul Arifin atau lengkapnya Kiai Haji Zainul Arifin Pohan (lahir di
Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, 2 September 1909 – meninggal di
Jakarta, 2 Maret 1963 pada umur 53 tahun) adalah seorang wakil perdana
menteri Indonesia, ketua DPR-GR, dan politisi Nahdlatul Ulama (NU).
34. Pahlawan Nasional Daerah Istimewa Yogyakarta
K.H. Ahmad Dahlan
Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis (lahir di Yogyakarta, 1
Agustus 1868 – meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54
tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putera
keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar
adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan
Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri
dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta
Hadiningrat pada masa itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar