Falsafah PSHT

Manusia dapat dihancurkan, Manusia dapat dimatikan,
tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu
masih Setia kepada dirinya sendiri atau ber-SH pada dirinya sendiri

Selasa, 03 Oktober 2017

Perbedaan Kalimat Innalillahi dan RIP

Ini Perbedaan Kalimat Innalillahi dan RIP.
Seperti dilansir bersamadakwah.com,
RIP kepanjangan dari (Requiescat in pace) merupakan bagian dari aqidah Katolik, biasa terdapat pada epitaf dan disenandungkan saat Misa Requiem.

Keyakinan ini juga terdapat pada agama Yahudi. Epitaf RIP ditemukan pada nisan Bet Shearim, Yahudi, meninggal 1 Abad Sebelum Masehi.
Rest in Peace dalam bahasa Inggris, variasi lainnya adalah Requiescat in pace, penambahan kata “may (semoga)”.

Ini terkait keyakinan dosa ditebus. Ungkapan RIP dalam bentuk ringkas maupun panjang digunakan pada upacara pemakaman tradisional Yahudi.
Apa pijakannya? Talmud kuno.

RIP dalam bahasa Inggris, yakni rest in peace, tak ditemukan pada kuburan sebelum abad VIII Masehi. Meluas penggunaannya setelah abad XVIII.

Ungkapan RIP pada agama Katolik terdapat dalam Misa Requiem (Missa pro Defunctis) yang merupakan bagian dari ritus Tridente. Paus (Emeritus) Benediktus XVI menyatakan Ritus Tridente (Tridentin) merupakan bentuk misa yang luar biasa.
Ia keluarkan surat edaran tahun 2007. Ini merupakan surat pribadi (motu proprio) kepada seluruh gereja untuk menggunakan Misa Tridentin. Surat ini bermakna penegasan bahwa ungkapan RIP merupakan bagian tak terpisahkan.
Motu proprio (surat pribadi dengan tanda-tangan pribadi) Paus Benediktus XVI (sekarang emeritus) menegaskan kedudukan misa yang melembaga sejak 1570 tersebut.

RIP merupakan bagian penting sebagai semacam “pembersihan dosa secara keseluruhan”. Dalam hal ini menurut penulis Fauzil Adhim, kedudukan RIP saat misa serupa dengan ungkapan/do'a “Allaahummaghfirlahu…”.
Jadi, ini merupakan bagian dari prosesi ibadah. Tentu saja tak sama persis.

Dalam Islam, seorang syaikh tak memiliki otoritas penghapusan dosa dan penentuan nasib seseorang jadi ahli surga.

Orang yang sudah diupacarai dengan misa di mana pernyataan RIP ada di dalamnya, dianggap sudah “bersih” dari dosa (sudah ditebus segala dosa-dosanya).

Jadi, ungkapan RIP memang tidak dapat dibenturkan dengan kalimat istirja’ ( ﺇِﻧَّﺎ ﻟِﻠﻪِ ﻭَﺇِﻧَّﺎ ﺇِﻟَﻴْﻪَ ﺭَﺍﺟِﻌُﻮﻥَ ) Innalillahi wainna ilaihi rojiun, karena memang sangat berbeda kedudukannya.

Ungkapan yang berdekatan, tapi amat berbeda konsep dasarnya dengan istirja’ adalah “telah berpulang ke rumah bapa…”.

Tolong, cermati dengan baik agar tidak menyamakannya.

Lalu bagaimana dengan kalimat innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji’un? Kalimat ini bukanlah kalimat doa, kalimat ini juga tidak bermaksud mengirimkan doa orang meninggal, melainkan zikir biasa yang dikaitkan bila ada yang meninggal (padahal milik Allah tidak hanya nyawa manusia).
“Bagaimana bila yang meninggal dunia bukan bukan orang Islam, kenapa ngucap ‘innalillahi’?

Jika yang meninggal itu orang yang beragama apa pun, tidak jadi soal dan tidak perlu dibuat pusing.

Kenapa?
Sebab makna kalimat di atas hanyalah ungkapan bahwa kita ini semua milik Allah dan kita pasti akan kembali kepada-Nya. Bahwa seorang mati dalam keadaan beriman atau tidak beriman, itu urusan masing-masing alias “elu-elu, gue-gue”.
(Wallahu a'lamu bishshowwab)

Semoga Bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar