Falsafah PSHT

Manusia dapat dihancurkan, Manusia dapat dimatikan,
tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu
masih Setia kepada dirinya sendiri atau ber-SH pada dirinya sendiri

Kamis, 04 Februari 2016

Bunga Terate Kuncup


Kebanyakan para saudara kita dalam membahas lambang terate terfokus pada bunga, kuncup, setengah mekar dan mekar.
 
Pernahkah kita terfikir dengan daunnya...???
Kenapa para pinisepuh kita mengikutkan daunnya, tidak bunganya saja yang diambil..???
 
Kalau kita mau mengamati sejenak melihat bunga terate, disitu ada 3 unsur yang tidak bisa lepas dari kehidupan, yaitu Udara, Air dan Tanah. Tanpa ketiga unsur tersebut tidak ada yang namanya kehidupan.
 
Daun bunga terate tidak sama dengan daun yang lainnya, di manakah letak ketidaksamaannya?

 
Bunga terate walau hidupnya di air tetapi daunnya tidak basah oleh air, betapa pun besarnya air mengalir, derasnya hujan yang turun tapi daun terate akan tetap kering, begitu juga kita sebagai warga PSHT, seberapa pun kerasnya kehidupan, sekuat apapun ujian kehidupan kita tetap tegar menunjukkan kwalitas sebagai warga (manusia) PSHT, tidak mudah larut dengan aneka ragam corak kehidupan.
 
Tapi....
Walau bagaimana pun kita sebagai warga PSHT membutuhkan juga ujian-ujian kehidupan untuk mengetahui baik buruknya kehidupan sehingga kita akan mengetahui benar dan salah.
 
Kuncup bunga terate yang berdiri tegak dengan ujung yang ke atas melambangkan bahwa sebagai warga PSHT landasan utamanya adalah ingat kepada yang di atas yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
 
Jadi landasan pokok warga PSHT adalah TUHAN bahkan masih siswa pun kita diajarkan pembukaan yang dasarnya harus ingat TUHAN dan dari mana kita berasal.

Para leluhur kita mempunyai pitutur luhur, nasehat yang mulia agar kita melakukan “Sepi ing Pamrih, Rame ing Gawe”. Agar semua energi kita terfokus pada pekerjaan dan tidak terfokus pada hasil sehingga energi untuk bekerja kurang maksimal. Pendekatan para leluhur lebih mendekati “Management by Process”. Dalam hal spiritual, dapat dimaknai agar kita tidak terikat pada tujuan keduniawian atau pamrih apa pun. Dasarnya adalah bekerja sebagai persembahan pada kehidupan semata.
 
Bagi yang mempercayai hukum sebab-akibat, ada perbedaan antara takdir dan karma. Takdir mengungkapkan ketidak-berdayaan, bahwa individu dikendalikan oleh alam semesta yang kekal. Sebaliknya karma merupakan sebuah konsep yang memberdayakan. “Apa yang dilakukan akan berbalik kepada pelakunya”, “Apa yang kau tabur, itu pula yang akan kau tuai.” Apa yang kita kirim kepada alam semesta akan kembali kepada kita.
 
Tindakan buruk akan kembali kepada kita dan kita harus lahir lagi untuk menerima akibatnya. Sebaliknya tindakan baik pun membuat kita harus lahir lagi untuk memperoleh akibatnya. Belajar dari daun dan bunga teratai yang tidak menerima kebaikan atau keburukan, leluhur kita menganjurkan kita untuk bertindak sepenuh hati tanpa pamrih. Hal tersebut akan melepaskan kita dari ikatan duniawi.
Jadi antara akar, daun dan bunga akan saling berhubungan dalam membentuk manusia PSHT yang seutuhnya...
Semoga bermanfaat


 
Salam Persaudaraan
PSHT Pandansari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar