Jika Pak Jokowi dan Mbah Amin tidak terpilih, mereka akan kembali menjadi pengusaha dan kyai. Jokowi kembali ke Solo dengan bisnisnya yang bisa membuatnya hidup sangat layak, bercengkrama dengan Bu Iriana, Gibran, Ayang, Kaesang, Selvi dan Bobi. Bermain gobagsodor dengan Ethes dan Sedah. Tetep indah dan bahagia.
Mbah Amin kembali menjadi penasihat para ulama, bahagia menjaga akhlak negeri ini dengan pengajian-pengajiannya. Bahagia bersama istri, anak dan cucu2nya. Murid ngajinya tetap berjuta seluruh nusantara, dihormati dan dikhidmati.
Jika Pak Prabowo dan Mas Sandi tak terpilih, mereka pun memiliki kehidupan yg indah dan bahagia.
Pak Prabowo, semoga bisa rujuk dengan mbak Titiek, berkumpul bahagia dengan keluarganya. Pergi ke sana ke mari mendukung prestasi putranya. Melanjutkan hobby berkuda dan bertani dengan orang-orang sekitar rumahnya.
Mas Sandi juga tetap dengan kehidupannya yang bahagia. Bersama istri cantiknya, anak-anaknya, meneruskan bisnisnya dan dia tetap menjadi pengusaha muslim yang membawa manfaat banyak untuk negeri ini.
Lha aku, kamu, mereka?
Kadang sahabatmu dari kecilmu pun sudah kamu blocked, kamu ajak berantem hanya karena pilihannya berbeda.
Jangan-jangan kamu sudah malu datang ke reuni karena setiap reuni sebelumnya kamu rajin mendalilkan ayat-ayatmu hanya untuk mendukung satu paslon dukunganmu dan sudah kamu kafirkan temenmu.
Jangan-jangan kamu tak berani lagi menyapa sahabatmu karena sudah terbiasa memanggilnya cebong, kampret, iq sekolam, dan lain-lain.
Jangan-jangan saat kamu butuh pekerjaan, butuh bantuan, temanmu tak lagi ingat padamu karena saling olok pasukan nasbung, dan sebagainya.
Jangan-jangan perseteruan kalian tak pernah usai hingga salah satu dari kalian meninggal karena perbedaan pilihan 5 tahun lalu menjadi dendam 5 tahun ke depan dan ke depannya terus.
Jangan-jangan hidupmu yang penuh dendam karena bukan kefanatikan pilihan yang entah dalilnya kamu ambil dari ayat mana sesukamu hanya untuk memenuhi nafsumu sendiri.
Jangan-jangan mulutmu, tanganmu sudah terbiasa menghujat dan mencela hingga memanggil manusia lain dungu pun kamu anggap ibadahmu.
Jangan-jangan kamu akan membesarkan anak-anakmu menjadi generasi hoax generasi pencela, generasi pengumpat karena dari kecil sering mendengarmu berapi-api menyebut orang lain kampret, cebong, dungu, penipu, bodoh, dan lain-lain.
Pak Jokowi, Mbah Amin, Pak Prabowo dan Mas Sandi melanjutkan hidupnya dengan bakti mereka, hidup bahagia.
Aku, kamu, mereka????
Hidup merugi setelah sekian lama hanya sering mencari kekurangan para bapak yang hebat-hebat itu, menghinakan mereka, padahal mengenal mereka pun tidak. Semua berdasarkan asumsimu, katanya-katanya yang dipercayai sebagai kitab suci.
Astaghfirullaah. Masih mau melanjutkan semua kekonyolan yang kamu yakini itu kebenaran versimu?
Jika mereka tak terpilih, mereka tetap bahagia.
Kamu? Tetep nelangsa dengan kebencianmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar