Falsafah PSHT

Manusia dapat dihancurkan, Manusia dapat dimatikan,
tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu
masih Setia kepada dirinya sendiri atau ber-SH pada dirinya sendiri

Selasa, 09 Januari 2018

Membaca Al Quran Dengan Tartil

Allah SWT memerintahkan kita agar kita membaca al-Quran dengan tartil,
"Dan bacalah al-Qur’an itu dengan tartil". (Al-Muzammil: 4)

Berikut beberapa keterangan sahabat tentang makna tartil, Ali bin Abi Thalib menjelaskan makna tartil dalam ayat, ”Mentajwidkan huruf-hurufnya dengan mengetahui tempat-tempat berhentinya”. (Syarh Mandhumah Al-Jazariyah, hlm. 13) Ibnu Abbas mengatakan, Dibaca dengan jelas setiap hurufnya.

Abu Ishaq mengatakan, Membaca dengan jelas tidak mungkin bisa dilakukan jika membacanya terburu-buru. Membaca dengan jelas hanya bisa dilakukan jika dia menyebut semua huruf, dan memenuhi cara pembacaan huruf dengan benar. (Lisan al-Arab, 11/265).

Inti tartil dalam membaca adalah membacanya pelan-pelan, jelas setiap hurufnya, tanpa berlebihan. (Kitab al-Adab, as-Syalhub, hlm. 12)

Abu BakAr dan Umar Radhiyallahu ‘anhuma pernah menyampaikan kabar gembira kepada Ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, Siapa yang ingin membaca al-Quran dengan pelan sebagaimana ketika dia diturunkan, hendaknya dia membacanya sebagaimana cara membacanya Ibnu Mas’ud. (HR. Ahmad 36, dan Ibnu Hibban 7066).

Hadits ini menunjukkan keistimewaan bacaan al-Quran Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu. Karena bacaannya sama dengan ketika al-Quran diturunkan. Beliau membacanya dengan cara ‘ghaddan’ artinya segar yang belum berubah. Maksudnya suaranya menyentuh (as-Shaut an-Nafidz) dan memenuhi semua hak hurufnya.

Untuk itulah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam suka mendengar bacaan Ibnu Mas’ud, dan bahkan hingga beliau menangis. Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu bercerita, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyuruhnya untuk membaca al-Quran, “Bacakan al-Quran!” Pinta Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Ya Rasulullah, apakah aku akan membacakan al-Quran di hadapan anda padahal al-Quran turun kepada anda?” tanya Ibnu Mas’ud. “Ya, bacakan.” Kemudian Ibnu Mas’ud membaca surat an-Nisa, hingga ketika sampai di ayat,
Bagaimanakah jika Aku datangkan saksi untuk setiap umat, Aku datangkan kamu sebagai saksi bagi mereka semua.
Tiba-tiba Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam minta agar bacaan dihentikan.
Ibnu Mas’ud melihat ke arahnya, ternyata air mata beliau berlinangan. (HR. Bukhari 5050 & Muslim 1905).

Wallahu a'lam
Semoga Bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar