Hanya Surga, balasan bagi haji mabrur, Keluarga teladan yang dicintai Allah, Pemimpin yang dicintai Rakyatnya, mari singkirkan sampah kehidupan, inilah qurban yang diterima Allah. Katakanlah, inilah jalanku. Aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah (argumentasi) yang nyata, Maha
Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik'". (QS
Yusuf [12]: 108).
Ayat di atas merupakan ajakan untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya
dengan berbasis hujah, atau argumentasi. Sebuah ayat untuk menegaskan
bahwa kehidupan keberagamaan seseorang harus dibangun berdasarkan
argumentasi yang kuat, melalui ketajaman mata hati, atau bashiroh.
Semakin luas dan tajam bashiroh seseorang, semakin serius pula amaliah
dan praktik keberagamaannya. Keikhlasan dan keistiqomahan akan lahir
dengan sendirinya. Dalam ayat di atas, Allah mendampingkan proses
kewajiban dakwah dengan bashiroh sebagai sebuah kewajiban syar'i yang
dituntut oleh Islam.
Ibnu Katsir mengidentifikasi bashiroh sebagai sebuah keyakinan yang
berlandaskan argumentasi syar'i dan 'aqli yang kokoh, serta tidak taklid
buta. Menurut Syaukani, bashiroh adalah pengetahuan yang mampu memilah
yang hak dari yang bathil, benar dari salah, dan begitu seterusnya.
Untuk mendapati ketajaman bashiroh, banyak amaliah yang harus dipenuhi.
Pertama, adanya sebuah kesadaran niat yang benar. Karena niat yang
salah akan turut mempengaruhi kinerja dan mengakibatkan kerja yang
asal-asalan. Terlebih, ibadah dan amaliah ketaatan cenderung naik turun.
Inilah rahasianya mengapa setiap amal dalam Islam harus didasari niat
yang benar dan tulus karena Allah.
Kedua, untuk menajamkan bashiroh, mutlak seseorang harus taubat secara
sungguh-sungguh. (QS At-Tahrim [66]: 8). Ketiga, menyisihkan hasrat
dunia dengan tak tebersit untuk menabung banyak dosa dan maksiat. (QS
Al-Hujurat [49]: 11). Keempat, serius menjaga amalan wajib dan
menghidupkan yang sunah (QS Thoha [20]: 90).
Kelima, menghidupkan waktu terutama di malam hari dengan banyak berzikir
dan bermuhasabah. Siang banyak berbuat kebajikan dan malam tidak
dihabiskan dengan tidur. "Sesungguhnya, mereka sebelum itu di dunia
adalah orang-orang yang berbuat dengan ihsan. Di dunia, mereka sedikit
sekali tidur pada waktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan di waktu
pagi sebelum fajar". (QS Adz-Dzariyat [51]: 16-18).
Hal lain adalah menumbuhkan rasa takut terhadap hisab akhirat. Selain
itu, perlu melatih ketekunan, kesabaran, dan kokoh terhadap gempuran
godaan. Dari titik inilah, seseorang secara perlahan akan memiliki
ketajaman mata hati (bashiroh) sehingga amaliah dakwahnya akan senantiasa
dinamis dan cerdas mencari kreativitas baru dalam berdakwah.
Contoh sosok yang memiliki bashiroh mengagumkan adalah Nabi Nuh AS. Di
tengah penolakan kaumnya, ia tetap mencari terobosan baru dalam
berdakwah. Ia tetap komit dan tegar, bahkan mencari alternatif sarana
dakwah yang beragam sesuai dengan kondisi dan tuntutan kaumnya.
Wallahu a'lam. Semoga bermanfaat, Amien.
Wallahu a'lam. Semoga bermanfaat, Amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar