Falsafah PSHT

Manusia dapat dihancurkan, Manusia dapat dimatikan,
tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu
masih Setia kepada dirinya sendiri atau ber-SH pada dirinya sendiri

Rabu, 11 Mei 2016

SYEKH MUHAMMAD SYARWANI ABDAN ALBANJARI (GURU BANGIL)




Syekh Syarwani atau yang lebih dikenal dengan guru bangil, nama lengkapnya adalah al-'Alim al-Fadhil Syekh Muhammad Syarwani bin 'Abdan bin Yusuf bin Ahmad bin Sholih bin Thohir bin Syamsuddin bin Sa'idah binti Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari.
Ibunya bernama Hj. Ulik binti H Abdul Ghoni bin H Abdul Rahim bin H Abu Su'ud bin Syekh Badruddin bin Syekh Kamaluddin.

Beliau lahir tahun 1915 M/ 1334 H. di kampung melayu ilir Martapura, guru beliau di Martapura, antara lain:
1.       KH. Muhammad Kasyful Anwar Al Banjari (paman beliau sendiri),
2.       Al-Qodhi H Muhammad Thoha, dan
3.       KH Ismail Khatib dalam Pagar.
Pendiri pondok pesantren datu kalampayan Bangil ini, pada usia mudanya setelah mendalami ilmu agama di pondok pesantren Darussalam Martapura pimpinan syekh Kasyful Anwar Al Banjari, kemudian beliau bermukim di Bangil untuk menuntut ilmu kepada ulama-ulama besar seperti KH. Muhdor gondang, KH. Bajuri bangil, KH. Ahmad Jufri Pasuruan, dan KH. Abu Hasan wetan alun Bangil.

Pada usia 16 tahun, beliau berama sepupunya Syekh al-Mufassir walmuhaddits Anang Sya’roni arif pergi ke tanah suci untuk menuntut ilmu agama kepada ulama besar di sana dalam pengawasan dan bimbingan penuh syekh Muhammad Kasyful Anwar Al Banjari.

Di sana beliau berguru dengan sejumlah ulama besar antara lain: Assayyid Muhammad Amin Kutbi al-Hasaniy al-Madani, Sayyid Alwi bin Abbas al-Maliki al-Hasani al-Makki, Syekh Umar Hamdan al-Mahrusiy al-Madaniy, Syekh Muhammad 'Arobiy. Syekh Hasan Masysyath, syekh Abdullah al-Bukhori, syekh saifullah al-Dagistaniy, syekh syafi'i al-Qodahiy, Syekh Sulaiman Ambon serta Syekh Muhammad Ahyad al-Buguri al-Batawi.

Lebih dari 10 tahun beliau mengaji di tanah suci Makkah al-Mukarromah ini. Beliau dikenal oleh para kawan-kawan ngaji dan guru-gurunya sebagai santri yang cerdas dan tawadhu'. Beliau dan KH Sya'roni Arif disebut dengan DUA MUTIARA dari Banjar.

Beliau mendapat kepercayaan untuk mengajar di Masjidil Haram beberapa tahun lamanya. Di Makkah beliau mendapat Ijazah Thoriqot Annaqsyabandiyah dari Syekh Umar Hamdan, dan thoriqot al-Sammaniyyah dari syekh Ali bin Abdullah al-Banjari. Setelah mengaji di Mekkah beliau pulang kampung dan membuka majlis di rumah dan mengajar di almamaternya yaitu PP. Darussalam Martapura pimpinan Syekh Muhammad Kasyful Anwar al-Banjari, paman beliau sendiri.

Pada tanggal 27 Rajab 1390H/ bulan September 1970 beliau mendirikan PP. Datu Kalampaian di Bangil, salah satu santri pertamanya adalah Syekh Muhamad As’ad bin Syekh Muhammad ‘Arfan al-Banjari. Beliau wafat pada hari senin malam selasa tanggal 13 Shofar 1410/ 11 September 1989, sekitar jam 19.00 di usia 74 tahun. Dan dimakamkan di pemakaman Al Haddad Dawur Bangil, dekat Qubah Makam habib Muhammad bin Ja’far al-Haddad.

Menurut pengakuan abah guru sekumpul, guru bangil mempunyai kepribadian yang sangat sederhana dalam kehidupan sehari-harinya. Sehingga tidak banyak yang tau bahwa beliau adalah seorang ulama besar. Berpakaian sangat sederhana, bahkan beliau tidak mempunyai lemari pakaian khusus dan ranjang di kamarnya, pakaian beliau hanya numpang di bagian lemari kitabnya. Beliau ulama yang telah mengambil jalan Khumul, yaitu menjauh dari keramaian, tidak suka dan berharap kepada kemasyhuran/ketenaran. Sampai-sampai Syekh KH Abdul Hamid Pasuruan mengatakan: “Saya ingin sekali seperti KH Syarwani, dia itu 'alim tapi Mastur (tertutup/tersembunyi), tidak Masyhur. Kalau saya sudah terlanjur masyhur, jadi saya sering kerepotan karena harus melayani banyak orang/tamu. Menjadi masyhur itu tidak mudah, bebannya berat. Kalau KH Syarwani itu enak, jadinya tidak banyak didatangi orang”.

Pernah Suatu ketika sekelompok ulama/Kiyai berkumpul dan hendak memperdalam ilmu agama kepada KH Abdul Hamid, lalu beliau menolak dan menganjurkan untuk bertemu dengan KH Bangil, akhirnya mereka berangkat menuju rumah Kiyai Bangil dengan mempersiapkan sejumlah pertanyaan untuk mengetahui seberapa dalam kah ilmu guru Bangil itu. Ketika mereka sampai di rumah guru Bangil, sang guru sedang duduk sambil membaca sebuah kitab. Di awal pembicaraan dan sebelum mereka mengajukan pertanyaan, guru bertanya lerlebih dahulu: ”Kalian ke sini ingin bertanya ini dan itu kan???????” sambil menunjuk kitab yang masih dibukanya itu.

Kejadian itu membuat kaget sekelompok kiai itu dan mereka yakin bahwa guru bangil di samping mempunyai ilmu agama yang luas juga mempunyai mata batin/kasyaf yang kuat. Setelah itu mereka meminta guru untuk membuka majlis bagi mereka, namun beliau tidak langsung meng-iya-kannya, tetapi menanyakannya kepada KH Abdul Hamid dan setelah KH Abdul Hamid menyetujuinya, baru guru Bangil memenuhi permintaan mereka untuk membuka majlis.

Karya tulis beliau sangat banyak, antara lain adalah kitab al-Dakhirotuts-Tsaminah li ahlil Istiqomah, isinya membahas seputar amaliayah ahlussunah waljamaah seperti masalah talqin, tahlil dan tawassul.
Murid-murid beliau sangat banyak, antara lain:
1.       KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghoni/guru sekumpul
2.       KH Muhammad As’ad bin Muhammad Arfan al-Banjari
3.       KH Muhammad Syukri Unus al-Nahwiy al-Banjari
4.       KH Prof DR. A. Syarwani Zuhri Balikpapan, dll

Demikian sekilas sejarah hidup Syekh Muhammad Syarwani Abdan al-Banjari, yang dengan mengingatnya fa insya Allah akan turun banyak rahmat kepada kita semua, dan semoga kisah sejarah ini menggugah hati kita untuk semakin bersemangat untuk mencari ilmu-ilmunya Allah, rajin beribadah, mengaji, istiqomah dalam mengaji, patuh dan berbakti kepada kepada orangtua dan guru , dan semakin cinta kita kepada Allah dan Rasulullah saw, hingga demikian kita akan mendapatkan keberkahan hidup di dunia dan di akhirat, Aamiin.

SUMBER: RAUDHATUL MUHIBBIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar