Syekh Syarwani atau yang lebih dikenal dengan guru bangil, nama lengkapnya adalah al-'Alim al-Fadhil Syekh Muhammad Syarwani bin 'Abdan bin Yusuf bin Ahmad bin Sholih bin Thohir bin Syamsuddin bin Sa'idah binti Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari.
Ibunya bernama Hj. Ulik binti H Abdul Ghoni bin H Abdul
Rahim bin H Abu Su'ud bin Syekh Badruddin bin Syekh Kamaluddin.
Beliau
lahir tahun 1915 M/ 1334 H. di kampung melayu ilir Martapura, guru beliau di
Martapura, antara lain:
1. KH. Muhammad
Kasyful Anwar Al Banjari (paman beliau sendiri),
2. Al-Qodhi
H Muhammad Thoha, dan
3. KH
Ismail Khatib dalam Pagar.
Pendiri pondok pesantren datu kalampayan Bangil ini, pada
usia mudanya setelah mendalami ilmu agama di pondok pesantren Darussalam Martapura pimpinan syekh Kasyful Anwar Al Banjari, kemudian beliau bermukim di Bangil untuk menuntut ilmu kepada ulama-ulama besar seperti KH. Muhdor gondang,
KH. Bajuri bangil, KH. Ahmad Jufri
Pasuruan, dan KH. Abu Hasan wetan alun Bangil.
Pada usia 16 tahun, beliau berama sepupunya Syekh
al-Mufassir walmuhaddits Anang Sya’roni arif pergi ke tanah suci untuk menuntut
ilmu agama kepada ulama besar di sana dalam pengawasan dan bimbingan penuh
syekh Muhammad Kasyful Anwar Al Banjari.
Di sana beliau berguru dengan sejumlah ulama besar antara
lain: Assayyid Muhammad Amin Kutbi al-Hasaniy al-Madani, Sayyid Alwi bin Abbas
al-Maliki al-Hasani al-Makki, Syekh Umar Hamdan al-Mahrusiy al-Madaniy, Syekh
Muhammad 'Arobiy. Syekh Hasan Masysyath, syekh Abdullah al-Bukhori, syekh
saifullah al-Dagistaniy, syekh syafi'i al-Qodahiy, Syekh Sulaiman Ambon serta Syekh Muhammad Ahyad al-Buguri al-Batawi.
Lebih
dari 10 tahun beliau mengaji di tanah suci Makkah al-Mukarromah ini. Beliau
dikenal oleh para kawan-kawan ngaji dan guru-gurunya sebagai santri yang cerdas
dan tawadhu'. Beliau dan KH Sya'roni Arif disebut dengan DUA MUTIARA dari
Banjar.
Beliau
mendapat kepercayaan untuk mengajar di Masjidil Haram beberapa tahun lamanya.
Di Makkah beliau mendapat Ijazah Thoriqot Annaqsyabandiyah dari Syekh Umar
Hamdan, dan thoriqot al-Sammaniyyah dari syekh Ali bin Abdullah al-Banjari. Setelah mengaji di Mekkah beliau pulang kampung dan membuka
majlis di rumah dan mengajar di almamaternya yaitu PP. Darussalam Martapura
pimpinan Syekh Muhammad Kasyful Anwar al-Banjari, paman beliau sendiri.
Pada
tanggal 27 Rajab 1390H/ bulan September 1970 beliau mendirikan PP. Datu
Kalampaian di Bangil, salah satu santri pertamanya adalah Syekh Muhamad As’ad
bin Syekh Muhammad ‘Arfan al-Banjari. Beliau wafat pada hari senin malam selasa tanggal 13 Shofar 1410/ 11 September
1989, sekitar jam 19.00 di usia 74 tahun. Dan dimakamkan di pemakaman Al Haddad
Dawur Bangil, dekat Qubah Makam habib Muhammad bin Ja’far al-Haddad.
Menurut
pengakuan abah guru sekumpul, guru bangil mempunyai kepribadian yang sangat
sederhana dalam kehidupan sehari-harinya. Sehingga tidak banyak yang tau bahwa
beliau adalah seorang ulama besar. Berpakaian sangat sederhana, bahkan beliau
tidak mempunyai lemari pakaian khusus dan ranjang di kamarnya, pakaian beliau
hanya numpang di bagian lemari kitabnya. Beliau ulama yang telah mengambil
jalan Khumul, yaitu menjauh dari keramaian, tidak suka dan berharap kepada
kemasyhuran/ketenaran. Sampai-sampai Syekh KH Abdul Hamid Pasuruan mengatakan:
“Saya ingin sekali seperti KH Syarwani, dia itu 'alim tapi Mastur
(tertutup/tersembunyi), tidak Masyhur. Kalau saya sudah terlanjur masyhur, jadi
saya sering kerepotan karena harus melayani banyak orang/tamu. Menjadi masyhur
itu tidak mudah, bebannya berat. Kalau KH Syarwani itu enak, jadinya tidak
banyak didatangi orang”.
Pernah Suatu ketika sekelompok ulama/Kiyai berkumpul dan
hendak memperdalam ilmu agama kepada KH Abdul Hamid, lalu beliau menolak dan
menganjurkan untuk bertemu dengan KH Bangil, akhirnya mereka berangkat menuju
rumah Kiyai Bangil dengan mempersiapkan sejumlah pertanyaan untuk mengetahui
seberapa dalam kah ilmu guru Bangil itu. Ketika mereka sampai di rumah guru Bangil, sang guru sedang duduk sambil membaca sebuah kitab. Di awal pembicaraan
dan sebelum mereka mengajukan pertanyaan, guru bertanya lerlebih dahulu: ”Kalian ke sini ingin bertanya ini dan itu kan???????” sambil menunjuk kitab yang
masih dibukanya itu.
Kejadian itu membuat kaget sekelompok kiai itu dan mereka
yakin bahwa guru bangil di samping mempunyai ilmu agama yang luas juga mempunyai
mata batin/kasyaf yang kuat. Setelah itu mereka meminta guru untuk membuka
majlis bagi mereka, namun beliau tidak langsung meng-iya-kannya, tetapi
menanyakannya kepada KH Abdul Hamid dan setelah KH Abdul Hamid menyetujuinya, baru
guru Bangil memenuhi permintaan mereka untuk membuka majlis.
Karya tulis beliau sangat banyak, antara lain adalah
kitab al-Dakhirotuts-Tsaminah li ahlil Istiqomah, isinya membahas seputar amaliayah
ahlussunah waljamaah seperti masalah talqin, tahlil dan tawassul.
Murid-murid beliau sangat banyak, antara lain:
Murid-murid beliau sangat banyak, antara lain:
1. KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghoni/guru sekumpul
2. KH Muhammad As’ad bin Muhammad Arfan al-Banjari
3. KH Muhammad Syukri Unus al-Nahwiy al-Banjari
4. KH Prof DR. A. Syarwani Zuhri Balikpapan, dll
Demikian sekilas sejarah hidup Syekh Muhammad Syarwani Abdan al-Banjari, yang dengan mengingatnya fa insya Allah akan turun banyak rahmat kepada kita semua, dan semoga kisah sejarah ini menggugah hati kita untuk semakin bersemangat untuk mencari ilmu-ilmunya Allah, rajin beribadah, mengaji, istiqomah dalam mengaji, patuh dan berbakti kepada kepada orangtua dan guru , dan semakin cinta kita kepada Allah dan Rasulullah saw, hingga demikian kita akan mendapatkan keberkahan hidup di dunia dan di akhirat, Aamiin.
SUMBER: RAUDHATUL MUHIBBIN
SUMBER: RAUDHATUL MUHIBBIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar