Salah
satu permata Kalimantan pada jaman dulu adalah Syekh Muhammad Nafis Al Banjari
lahir sekitar tahun 1150 H (1735M) di Martapura Kabupaten Banjar, Kalimantan
Selatan, beliau adalah keturunan Sultan kerajaan Banjar
dan nasabnya bersambung sampai ke Pangeran Suriansyah atau Pangeran Samudera,
sultan pertama kerajaan banjar yang memeluk agama islam dan terus bersambung
sampai ke Raja pertama kerajaan Daha Kalimantan yaitu Pangeran Suryanata atau
Raden Putera suami dari Puteri Junjung Buih, nashab beliau adalah Syekh Muhammad
Nafis bin Idris bin Husein bin Ratu Kusuma Yoeda bin pangeran Kesuma Negara bin
Pangeran Dipati bin sultan Tahlillah bin sultan Saidullah bin Sultan
Inayatullah bin Sultan Musta'in Billah bin Sultan Hidayatullah bin Sultan
Rahmatullah bin Sultan Suriansyah.
Sejak muda beliau sangat cinta akan ilmu, sehari-hari digunakan beliau untuk menuntut ilmu agama baik itu ilmu tauhid, fiqih, tasawuf maupun ilmu-ilmu lainnya, sehingga kegemaran beliau ini membawa beliau melanglang buana mencari ilmu sampai ke Mekkah, diperkirakan jaman Syekh Muhammad Nafis ini bertepatan dengan jamannya Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, dan sebagian guru-guru Syekh Muhammad Nafis juga guru-guru dari Syekh Muhammad Arsyad, adapun sebagian guru-guru beliau adalah:
Sejak muda beliau sangat cinta akan ilmu, sehari-hari digunakan beliau untuk menuntut ilmu agama baik itu ilmu tauhid, fiqih, tasawuf maupun ilmu-ilmu lainnya, sehingga kegemaran beliau ini membawa beliau melanglang buana mencari ilmu sampai ke Mekkah, diperkirakan jaman Syekh Muhammad Nafis ini bertepatan dengan jamannya Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, dan sebagian guru-guru Syekh Muhammad Nafis juga guru-guru dari Syekh Muhammad Arsyad, adapun sebagian guru-guru beliau adalah:
1. Syekh Abdullah Hijazi As-Syarkawi
2. Syekh Siddiq bin Umar Khan
3. Syekh Muhammad bin Abdul Karim As-seman Al-Madani
4. Syekh Abdurrahman bin Abdul Aziz Al-Banjari
5. Syekh Muhammad Al-Jawhari
Setelah berada di tanah air dengan berbekal ilmu yang diperoleh beliau dari Tanah Suci Mekkah beliau berdakwah ke beberapa daerah di nusantara ini, untuk mangajak masyarakat meng-Esa-kan Allah, karena keluasan dan ketinggian ilmu beliau serta kegigihannya dalam berdakwah oleh masyarakat Sumatera beliau diberi gelar 'MAULANA AL-ALLAMAH AL-FAHHAMAH AL-MURSYID ILAATHARIQ AL-SALAMAH AS-SYEKH MUHAMMAD NAFIS BIN IDRIS BIN HUSEIN AL-BANJARI (Tuan Guru yang sangat alim yang menunjukkan kejalan keselamatan Syekh Muhammad Nafis bin Idris bin Husein Al Banjari).
Berbeda dengan
syekh Muhammad Arsyad yang sepulang dari Makkah terus mengembangkan ilmu yang
diperolehnya kepada masyarakat Desa Dalam Pagar dan banyak mempunyai kesempatan
menulis sejumlah kitab, Datu Nafis atau Syekh Muhammad Nafis ini berkelana dari
suatu daerah ke daerah lainnya sehingga beliau hanya sempat mengarang satu buah
kitab yaitu Kitab Ad-Durrun Nafis (Permata Yang Indah) kitab Ad Durrun Nafis
tersebut pada mulanya dikarang beliau karena permintaan dari teman-temannya,
namun akhirnya banyak diminati dan tersebar ke seluruh dunia dan membuat nama
beliau menjadi harum, kitab Ad Durun Nafis tersebut tidak saja dicetak atau
diterbitkan di dalam negeri, tetapi juga dicetak di luar negeri seperti
ditemukan menurut urutan tahun adalah:
1. Terbitan tahun 1313 H oleh Mathba'ah Al-Karimul Islamiah di Mekkah
2. Terbitan tahun 1323 H oleh Mathba'ah Al-Miriah di Mekkah yang terbuat
sebagai hamisy (tepi) Kitab Hidayatus Shalihin Karya Syekh Abdus Shamad
Al-Palembani
3. Terbitan tahun 1343 H oleh percetakan Musthafa Al-Babi Al-Halabi wa
Awladihi
4. Terbitan tahun 1347 H oleh Darut Thaba'ah Al-Mishriyah Mesir
5. Terbitan Kedai Sulaiman Mar'i,Bashrah Sreet Singapore tanpa tahun
6. Terbitan Maktabah Sulaiman Mar'i wa Syirkahu Surabaya indonesia tanpa tahun
7. Terbitan Maktabah As-Saqafah tanpa tahun
8. Terbitan Maktabah Haramain Singapore tanpa tahun
9. Terbitan Ahmad Sa'ad bin Nabhan Surabaya tanpa tahun
10. Terbitan Maktabah salim Nabhan Surabaya tanpa tahun
Kitab yang
berbahasa melayu ini merupakan kitab kecil dan tipis tetapi isinya sangat padat
yaitu berisi ajaran Tauhid yang tinggi yang menjelaskan tentang keEsa-an Allah
dari segi Dzat, Sifat, Asma dan Af'al tujuannya untuk melepaskan segala macam
penyakit hati, tetapi kitab ini tidak bisa dipelajari oleh sembarangan orang,
kecuali orang yang sudah mantap fiqih, tauhid dan ma'rifatnya, untuk menulis
kitab ini.
Datu Nafis
di samping menggunakan bahan yang diperolehnya dari guru guru beliau juga
menggunakan literatur sebagai pengambilan antara lain dapat disebutkan sebagai
berikut:
1. Muhammad bin Sulaiman Al-Jazuli Syarah Dalailul Khairat
2. Abdullah bin Hijazi As-Syarqawi Al-Mishri Syarah Wirdu Syahrin
3. Abdul Wahab Asy-Sya'rani Al-Jawahir wad Durar
4. Muhibbudin ibnu Arabi Futuhal Makiyyah Fushushul Hikam
5. Abdulghani An-Nabulusi Syarah Jawahirun Nushushu fi Halli Kalimatil fushush
6. Ibnu ' Athaillah al-Iskandari Al-Hikam
7. Ibnu Raslan Syarah Hikam
8. Ibnu 'Abbad Syarah Hikam
9. Abdul Karim Al-Jili' Insanul kamil
10. Siddiq Ibnu 'Umar Syarah Qashidah 'ainiyyah
11. Sayyid Musthfa Ibnu Qamaruddin Al-Bakri Wirdi Syahrin
12. SyekhMuhammad bin Abdul karim As-samani Al-manhah Al-Muhammadiyah, Iqhatsatul
Lahfan, 'Anwanul jaluwwah fii Sya'nil Khalwah
13. Abu Hamid Al-Ghazali Ihya 'Ulumid Din, Minhajul Abidin
14. Abdullah bin Ibarahim Mirghani Mukhlish Mukhtasar Tuhfah al Mursalah
15. Abdul karim Al-Qusyairi Risalah Qusyairiah
Dalam kitab
tersebut beliau menyatakan bahwa beliau pengikut Mazhab Syafi'i dalam Fiqih,
Imam Asy'ari dalam hal Tauhid, Imam Junaidi dalam Tasawuf, Qadiriyah
Tarekatnya, Syattariyah pakaiannya, Naqsabandiyah amalannya, Khalwatiyah makanannya dan
Sammaniyah minumannya. Seorang yang kasyaf di daerah Amuntai yaitu Drs.Tabrani
mengatakan bahwa kitab Ad-Durrun Nafis berisi bagian ilmu dari para wali,
barang siapa mempelajarinya maka ia akan dicatat oleh para wali tersebut
sebagai bagian dari mereka, ini merupakan salah satu karamah dari Datu syekh
Muhammad Nafis Al Banjari, selain itu kubur beliau pernah berpindah dengan
sendirinya empat kali dari Kotabaru, Pelaihari lalu Martapura dan terakhir
di Kelua dan inilah yang sering diziarahi orang sampai sekarang, tepatnya di
Mahar Kuning Desa Binturu Kecamatan Kelua Kabupaten Tabalong Tanjung, beliau
wafat sekitar tahun 1200 H atau 1780 M.
Sumber : Datu-Datu Terkenal Kalimantan Selatan........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar