Falsafah PSHT

Manusia dapat dihancurkan, Manusia dapat dimatikan,
tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu
masih Setia kepada dirinya sendiri atau ber-SH pada dirinya sendiri

Selasa, 27 Maret 2018

Ziarah Kubur

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
A. Pengertian
Secara bahasa ziarah artinya berkunjung. Secara istilah adalah mengunjungi makam orang yang sudah meninggal untuk mendo’akannya, bertabaruk, i’tibar ataupun mengingat untuk mengingat hari akhirat. Amalan-amalan yang dilakukan saat ziarah berbeda-beda, yang umum dilakukan yaitu membaca Al-Qur’an, tahlil, sholawat dan berdo’a kepada Alloh SWT semata.

B. Dalil-dalil ziarah kubur
Di antara dalil-dalil tentang disunahkannya ziarah kubur adalah sebagaimana hadits-hadits berikut.

عَنْ بَرِيْدَةَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَدْ كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ فَقَدْ أُذِنَ لِمُحَمَّدٍ فِىْ زِيَارَةِ قَبْرِ اُمَّةِ فَزُوْرُوْهَا فَاِنَّهَا تُذَكِّرُ اْلآخِرَةِ.(رواه الترمذي.٩٧٠)

“Dari Buraidah, ia berkata Rosululloh SAW bersabda “Saya pernah melarang kamu berziarah kubur. Tapi sekarang Muhammad telah diberi izin untuk berziarah ke makam ibunya. Maka sekarang berziarahlah! Karena perbuatan itu dapat mengingatkan kamu pada akhirat.

Disebut dalam kitab Kasyf As-Syubuhat, hal. 39:

عَنْ هِشَامِ بْنِ سَاِلمِ قَالَ: عَاشَتْ فَاطِمَةَ بَعْدَ اَبِيْهَا خَمْسَةَ وَسَبْعِيْنَ يَوْمًا لمَ ْتُرَى-كََاشِرَةٌ وَلَا صَاحِكَةٌ تَأْتِى قُبُوْرَ الشُّهَدَاءِ فِىْ كُلِّ جُمْعَةٍ مَرَّتَيْنِ اْلاِثْنَيْنِ وَاْلخَمِيْسِ فَتَقُوْلُوْهَا هُنَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ.

Hadits dari Hisyam bin Salim: setelah 75 hari ayahnya (Nabi Muhammad) meninggal, Fathimah tidak lagi murung, ia selalu ziarah ke makam para Syuhada dua hari dalam seminggu, yakni setiap Senin dan Kamis, sambil berucap: di sini makam Rosululloh.

Dalam Kasyf as-Syubuhat, hal. 39 disebutkan dalam hadits sebagai berikut :

وَرَوَى اَيْضًا الِتْرِمذِي وَالْحَاكِمُ فِي نَوَادِرِ اْلاُصُوْلِ مِنْ حَدِيْثِ عَبْدِ اْلغَفُوْرُِ بْنِ عَبْدِ اْلعَزِيْزِ عَنْ اَبِيْهِ مِنْ جَدِّهِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَعَرَّضَ عَلَى اْلاَنْبِيَاءِ وَعَلَى اْلاَبَاءِ وَاْلاُمَّهَاتِ يَوْمَ الْجُمْعَةِ فَيَفْرَحُوْنَ بِحَسَانَتِهِمْ وَتُزْدَادُ وُجُوْهُهُمْ بَيَاضًا وَاَشْرَافًا.

Sebuah hadits yang diriwayatkan Tirmidzi dan Hakim dalam kitab Nawadir al-Ushul, hadits dari Abdul Ghafur bin Abdul Aziz, dari ayahnya, dari kakaknya, dia mengatakan bahwa Rosululloh SAW bersabda: Bahwa amal manusia itu dilaporkan kepada Alloh setiap hari Senin dan Kamis, lalu diberitahukan kepada para Nabi, kepada bapak-bapak, ibu-ibu mereka yang lebih dulu meninggal pada hari Jum’at. Mereka gembira bila melihat amal-amal baiknya, sehingga tampak wajahnya bersinar putih berseri.

Dalam kitab Kasyf as-Syubuhat as-Syaikh Mahmud Hasan Rabi hal. 129 diterangkan tentang ziarah dan amalan-amalannya:

(قَالَ النَّوَاوِيُّ) فِىْ شَرْحِ اْلمُهَذَّبِى يُسْتَحَبُّ يَعْنِى لِزَائِرِ اْلاَمْوَاتِ اَنْ يَقْرَأَ مِنَ اْلقُرْآنِ مَا تَيَسَّرَ وَيَدْعُوْ لَهُمْ عُْبَاهَا نَصَّ عَلَيْهِ الشَّفِعِيُّ وَالتَّفَقَ عَلَيْهِ اْلاَصْحَاب

Dalam Syarh al-Muhadzdzab imam an-Nawawi berkata adalah disunahkan bagi seorang yang berziarah kepada orang mati agar membaca ayat-ayat Al Qur'an sekadarnya dan berdo’a untuknya. Keterangan ini diambil dari teks imam Syafi’i dan disepakati oleh para ulama yang lainnya.
Dalam kitab Nahjal al-Balaghah, hal. 394-396 disebutkan sebuah hadits Nabi :

وَكَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزُوْرُ قُبُوْرَ شُهَدَاءِ أُحُدٍ وَقُبُوْرَ اَهْلِ اْلبَقِيْعِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ وَيَدْعُوْ لَهُمْ بِمَا تَقَدَّمَ ( رواه مسلم واحمد وابن ماجه.)

Rosululloh SAW berziarah ke makam Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dalam perang uhud dan makam keluarga Baqi’ dia mengucapkan salam dan mendo’akan mereka atas amal-amal yang telah mereka kerjakan (HR. Muslim, Ahmad dan Ibnu Majah).

Disebutkan dalam kitab I’anat at-Thalibin juz II hal.142:

فَقَدْ رَوَى اْلحَاكِمُ عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ مَنْ زَارَ قَبْرَ اَبَوَيْهِ اوَ ْاَحَدَهُمَا فِيْ كُلِّ جُمْعَةٍ مَرَّةً غَفَّرَ اللهُ لَهُ وَكَانَ بَارًّا بِوَالِدَيْهِ.

Hadits riwayat hakim dari Abu Hurairah Rosululloh SAW bersabda: Siapa ziarah ke makam orang tuanya setiap hari Jum’at, Alloh pasti akan mengampuni dosa-dosanya dan mencatatnya sebagai bukti baktinya kepada orang tua.

Kemudian kaitannya dengan hadits Nabi SAW yang secara tegas menyatakan perempuan yang berziarah kubur:

عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَعَنَ زَوَّارَاتِ اْلقُبُوْرِ (رواه احمد ٨٠٩٥ )

“Dari Abu Hurairah R.A bahwa sesungguhnya Rosululloh SAW melaknat wanita yang berziarah kubur.” (HR. Ahmad: 8095).
Menyikapi hadist ini ulama menyatakan bahwa larangan itu telah dicabut menjadi sebuah kebolehan berziarah baik bagi laki-laki dan perempuan. Imam al-Tirmidzi menyebutkan dalam kitab as-Sunan: Sebagian ahli ilmu mengatakan bahwa hadits itu diucapkan sebelum Nabi SAW membolehkan untuk melakukan ziarah kubur. Setelah Rosululloh SAW membolehkannya laki-laki dan perempuan tercakup dalam kebolehan itu.” (Sunan at-Thirmidzi: 979)

Ketika berziarah seseorang dianjurkan membaca al’quran atau lainnya, sebagaimana sabda Rosululloh SAW:

عَنْ مُعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِقْرَؤُوْ عَلَى مَوْتَاكُمْ “يس” (رواه ابو داود، ٢٧١٤)

Dari Ma’qilbin Yasar R.A berkata, Rosululloh SAW bersabda: Bacalah surat Yasin pada orang-orang mati di antara kamu,. “ (HR. Abu Dawud :2714)

Dalil-dalil ini membuktikan bahwa ziarah kubur itu memang dianjurkan. Terlebih jika yang diziarahi itu adalah makam para wali dan orang saleh. Ibnu Hajar al-Haitami pernah ditanya tentang berziarah ke makam para wali pada waktu tertentu dengan melakukan perjalanan khusus ke makam mereka. Beliau menjawab berziarah ke makam para wali adalah ibadah yamg disunahkan. Demikian pula dengan perjalanan ke makam mereka.” (Al-Fatawi al-Kubra, juz II hal. 24)

Berziarah ke makam para wali dan orang-orang shaleh telah menjadi tradisi para ulama salaf. Di antaranya adalah Imam al-Syafi’I R.A jika ada hajat, setiap hari beliau berziarah ke makam Imam Abu Hanifah. Seperti pengakuan beliau dalam riwayat yang shahih.

Dari Ali bin Maimun berkata ”Aku mendengar imam al Syafi’i berkata: Aku selalu bertabaruk dengan Abu Hanifah dan berziarah mendatangi makamnya setiap hari. Apabila aku memiliki hajat, maka aku sholat dua raka'at, lalu mendatangi makam beliau, dan aku mohon hajat itu kepada Alloh SWT di sisi makamnya, sehingga tidak lama kemudian hajatku terkabul.” (Tarikh Baghdad, juz 1, hal. 123)

Mari kita semua budayakan berziarah kubur. Baik itu ziarah ke kubur orang tua kita dan saudara-saudara kita yang sudah meninggalkan kita terlebih dahulu
untuk mengingat mereka. Dan juga mudah-mudahan kita bisa Ziarah ke makam/kubur Wali-Wali Allah SWT.
Yang terdekat di banua kita Kalimantan.
Di antaranya Ziarah ke Makam Datu Kalampayan dan Tuan Guru kita Abah Guru Sekumpul.

Mudah-mudahan kita bisa duduk bersama kembali di majelis Haul Akbar Beliau Abah Guru Sekumpul yang sama-sama kita cintai dan kita banggakan untuk mendapatkan barokahnya seorang Waliyullah pada tahun-tahun yang akan datang sebagaimana pada Haul Akbar Abah Guru Sekumpul yang ke 13 pada tanggal 25 Maret 2018 (hari Minggu malam Senin) kemarin, Aamiin...
ان شاءالله

امين يارب العالمين
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Semoga Bermanfaat

Rabu, 21 Maret 2018

Tata Cara Pemberian Nama Anak

Bersamaan waktu pelaksanaan aqiqah si bayi dicukur rambutnya, berikut ini do'a mencukur rambut bayi :
ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤٰﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ . ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠّٰﻪِ ﺭَﺏِّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦَ . ﺍﻟﻠّٰﻬُﻢَّ ﻧُﻮْﺭُ ﺍﻟﺴَّﻤَﻮَﺍﺕِ ﻭَﻧُﻮْﺭُ ﺍﻟﺸَّﻤْﺲِ ﻭَﺍﻟْﻘَﻤَﺮِ ، ﺍﻟﻠّٰﻬُﻢَّ ﺳِﺮُّ ﺍﻟﻠﻪ ﻧُﻮْﺭُ ﺍﻟﻨُّﺒُﻮَّﺓِ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ . ﻭَﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠّٰﻪِ ﺭَﺏِّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦ
Rambut yang dicukur itu ditimbang dengan emas dan emas seberat rambut bayi itu diberikan kepada fakir-miskin sebagai shadaqah (kalau sanggup karena bukan wajib).
Dalam penyembelihan aqiqah dan pencukuran rambut inilah bayi tersebut diberi nama yang baik.
Sabda Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:

ﻗﺎَﻝَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَ ﺻﻠﻲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭﺳَﻠَّﻢَ ׃ ٳﻥَّ ﻣِﻦْ ﺣَﻖِّ ﺍﻟﻮَﺍﻟِﺪِ ﻋَﻠَﻲ ﺍﻟْﻮَﻟَﺪِﻩٖ ﺃَﻥْ ﻳُّﻌَﻠّﻠِﻤَﻪُ ﺍﻟﻜِﺘَﺎﺑَﺔ َ ﻭَﺃَﻥْ ﻳُﺤَﺴِﻦُ ٳِﺳْﻤُﻪٗ ﻭﺃَﻥْ ﻳُﺰَﻭِّﺟَﻪٗ ٳِﺫّﺍ ﺑَﻠَﻎَ٠ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﺍﻧّﺠﺎﺭ

Sabda Nabi SAW: Sesungguhnya di antara kewajiban orang tua terhadap anaknya mengajarinya menulis, memberikan nama yang baik, dan menikahkannya bila telah dewasa. (H.R. Ibnu Najar).

Berikut tata cara pemberian nama bayi secara kronologis:
1. Apabila dilengkapi dengan pembacaan kitab Maulid al-Barzanji 1 , maka sesudah bacaan Maulid al-Barzanji:

ﻭَﻟَﻤّﺎ ﺗَﻢَّ ﻣِﻦْ ﺣَﻤْﻠِﻪ ٠٠٠ ﻭٲَﺧَﺬَﻫَﺎ ﻣُﺨَﺎﺽُ ﻧَﻮَﻟَﺪَﺗْﻪُ ﺻَﻠَﻲ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻧُﻮْﺭًﺍ ﻳَﺘَﻠَٲْﻟَٲُ ﺳَﻨَﻪُ ٠

Lalu diadakan marhaban, sesudah itu disambung bacaan Maulid al-Barzanji sampai dengan wakaana akhir. Dan apabila dilakukan tanpa pembacaan kitab Maulid al-Barzanji, maka langsung ke item 2.

2. Sebelum berdo'a anak tersebut dihadirkan di tengah-tengah majelis di hadapan yang akan memberi nama. Dan yang akan memberi nama memegang kepala anak itu lalu membaca: Ta’awudz, surat al Ikhlash, surat al Falaq dan surat an Naas.

3. Mengucapkan lafadz untuk memberi nama anak sebagai berikut:

ﺳَﻤَّﻴْﺘُﻚَ ﴿ﺳَﻤَّﻴْﻨَﻚَ﴾ ﺑِﺎﻟْٳِﺳْﻠَﺎﻡِ ﺍﻟّﺬِﻱ ﺳَﻤَّﺎﻙَ ﺑِﻪِ ﺍﻟﻠﻪِ ٠٠٠ ﺑﻦ ٠٠٠٠ ﺍﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔ
Sammaituka (sammainaka) bil-islaamilladzii sammaaka bihillaahi ... bin ... Al Faatihah

Jika anak perempuan:

ﺳَﻤَّﻴْﺘُﻚِ ﴿ﺳَﻤَّﻴْﻨَﻚِ﴾ ﺑِﺎﻟْٳِﺳْﻠَﺎﻡِ ﺍﻟّﺬِﻱ ﺳَﻤَّﺎﻙِ ﺑِﻪِ ﺍﻟﻠﻪِ ٠٠٠ ﺑﻨﺖ ٠٠٠٠ ﺍﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔ

Sammaituki (sammainaki) bil-islaamilladzii sammaaka bihillaahi ... binti ... Al Faatihah
Semua yang hadir membaca: ﺍﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔ

4. Kemudian yang menamai membaca/ mengucapkan:

ﺍﻟﻔﺎﺗﺤﺔ ﺑِٲَﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻳَﺠْﻌَﻞُ ﺍﺳْﻤًﻪٗ ﴿ﻫَﺎ﴾ ﻣُﺒَﺎﺭَﻛًﺎ ﻟَﮧٗ ﴿ﻫَﺎ﴾ ﺍﻟﻔﺎﺗﺤﺔ
Al-Faatihatu bi-annallaaha yaj 'alusmahu (ha) mubaarakan lahu (laha). Al Faatihah

5. Semua yang hadir membaca al Faatihah .

6. Kemudian yang memberi nama mengucapkan:

ﺍﻟﻔﺎﺗﺤﺔ ﺑِٲَﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻳُﻄَﻮِّﻝُ ﻋُﻤْﺮَﮦٗ ﴿ﻫَﺎ﴾ ﻓِﻲْ ﻃٰﺎﻋَﺔِ ﺍﻟﻠﮧِ ﻭَ ﻃٰﺎﻋَﺔِ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮْﻝِ ﻭَﻓِﻲْ ﺳِﺤَّﺔٍ ﻭَﺳَﻠَﺎﻣَﺔٍ ﺍﻟﻔﺎﺗﺤﺔ
Al-Faatihatu bi-annallaaha yuthawwilu 'umrahu (ha) fii thaa'atillaahi wa thaa'atir-Rasuli wa fii sihhatin wa salaamah.

7. Kemudian ditutup dengan bacaan do'a (Berdo'a).

8. Pembacaan do'a, berikut contoh do’a yang dibaca:
ﺩُﻋﺎﺀُ
ﺑٍﺴْﻢٍ ﺍﻟﻠﮧِ ﺍﻟﺮّﺣْﻤٰﻦِ ﺍﻟﺮّﺣِﻴْﻢ
ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُﻟﻠﻪِ ﺭَﺏِّ ﺍﻟْﻌﺎﻟﻤﻴْﻦَ ﺣﻤْﺪًﺍ ﻳُﻮَﺍﻓِﻲْ ﻧِﻌَﻤَﮧٗ ﻭَﻳُﻜَﺎﻓِﻲْ ﻣَﺰِﻳْﺪَﺓ ﻳَﺎﺭﺑَّﻨَﺎ ﻟَﻚَ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻛَﻤَﺎ ﻳَﻨْﺒَﻐِﻲ ﻟِﺠَﻠَﺎﻝِ ﻭَﺟْﻬِﻚَ ﺍﻟْﻜَﺮِﻳْﻢ ﻭَﻋَﻈِﻴْﻢِ ﺳُﻠْﻄَﺎﻧِﻚَ . ﺍﻟﻠّٰﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻭَﺳَﻠِّﻢْ ﻋَﻠٰﻰْ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻭَﻣَﻮْﻟَﺎﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠٰﻰ ﺁﻟِﻪٖ ﻭَﺍَﺻْﺤَﺎﺑِﮧٖ ﺍَﺟْﻤَﻌِﻴْﻦَ ﺍﻟﻠّٰﻬُﻢَّ ﺍﺟْﻌَﻠْﻨَﺎ ﻫٰﺬَﺍﺍﻟٳِﺳْﻼﻡَ ﻣُﺒَﺎﺭَﻛًﺎﻟَّﮧٗ ﻭَﺍﺟْﻌَﻞْ ﺑِﻄَﺎﻋَﺘِﻚَ ﺍﺷْﺘِﻐَﺎﻟَﻪٗ ﻭَﺑِﻤَﺎ ﻳُﺮْﺿِﻴْﻚَ ﻋَﻤَﺎﻟَﮧٗ ﺑِﻄَﻠَﺐِ ﻋِﻠْﻤِﻚَ ﺍﺟْﺘِﻬَﺎﺩَﻩٗ ﻭَﺍﺧْﺘِﻢْ ﺑِﺎﻟﺼَّﺎﻟِﺤَﺎﺕِ ﺍَﺟَﺎﻟَﮧٗ ﺍﻟﻠّٰﻬُﻢَّ ﻃَﻮِّﻝْ ﻋُﻤْﺮَﻩٗ ﻓِﻲْ ﻃَﺎﻋَﺘِﻚَ ﻭَﻃَﺎﻋَﺖِ ﺭَﺳُﻮْﻟِﻚَ ﻭَﺻَﺤِّﺢْ ﺟَﺴَﺪَﮦٗ ﻓِﻲْ ﺳِﺤَّﺔٍ ﻭَﻋﻌَﺎﻓِﻴَﺔٍ ﻭَﺳَﻠَﺎﻣَﺔٍ ﻭَﻧَﻮِّﺭْ ﻗَﻠْﺒَﻪٗ ﻭَﺛَﺒِّﺖْ ﺍِﻳْﻤَﺎﻧَﮧٗ ﻭَﺍﺭْﺯُﻗْﻪُ ﺭِﺯْﻗًﺎ ﺣَﻠَﺎﻟًﺎ ﻃَﻴِّﺒًﺎ ﻣُﺒَﺎﺭَﻛًﺎ ﻭَﺍﺳِﻌًﺎ ﻭَﺍِﻟﻲَ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ ﻗَﺮِﺑْﮧُ ﻭَﻋَﻦِ ﺍﻟﺴَّﺮِّ ﺍَﺑْﻌﺪْﻩُ ﻭَﺑِﺮَﺣْﻤَﺘِﻚَ ﻳَﺎﺍَﺭْﺣَﻢَ ﺍﻟﺮّﺍﺣِﻤِﻴْﻦَ ﺭَﺑّﻨَﺎ ﺗَﻘَﺒَّﻞْ ﻣِﻨَّﺎ ﺍِﻧَّﻚَ ﺍَﻧْﺖَ ﺍﻟﺴَّﻤِﻴْﻊُ ﺍﻟْﻌَﻠِﻴْﻢُ ﻭَﺗُﺐْ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﺍِﻧَّﻚَ ﺍَﻧْﺖَ ﺍﻟﺘَّﻮَّﺍﺏُ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴْﻢُ ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺍٰﺗِﻨَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺣَﺴَﻨَﺔً ﻭَﻓِﻲ ﺍﻟْﺎٰﺧِﺮَﺓِ ﺣَﺴَﻨَﺔً ﻭَﻗِﻨَّﺎ ﻋَﺬَﺍﺏَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﻭﺻﻠﻲ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋﻠﻲ ﺧﻴﺮ ﺧﻠﻘﮧٖ ﺳﻴّﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤّﺪ ﻭَﻋَﻠٰﻰ ﺁﻟِﻪٖ ﻭَﺍَﺻْﺤَﺎﺑِﮧٖ ﺍَﺟْﻤَﻌِﻴْﻦَ ﺳﺒﺤﺎﻥ ﺭﺑّﻚ ﺭﺏّ ﺍﻟﻌﺰﺓ ﻋﻤﺎ ﻳﺼﻔﻮﻥ ﻭﺳﻼﻡ ﻋﻠﻲ ﺍﻟﻤﺮﺳﻠﻴﻦ ﻭﺍﻟﺤﻤﺪﻟﻠﻪِ ﺭﺏّ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴْﻦَ
BismiLLaahir-Rahmaanir-Rahiim. AlhamduliLLaahi Rabbil-'aalamiin hamdan yuwaafiy wayukaafiy maziidahu Yaa Rabbanaa lakal-hamdu kamaa yambaghi lijalaali wajhikal-Kariim wa'azhiimi sulthaanika. ALLaahumma shalli wasallim 'alaa sayyidinaa wamaulaanaa Muhammadin wa'alaa Aalihi wa-ashhaabihi ajma'iin. Allaahummaj'alnaa haadzal-Islaama mubaarakan lahu (laha) waj'al bithaa'atikasytighaalahu (ha) wabimaa yurdhiika 'amaalahu (ha) bithalabil 'ilmikajtihaadahu (ha) wakhtim bish-shaalihati ajaalahu (ha). Allaahumma thawwil 'umrahu fiy thaa'atika wathaa'ati rasuulika wasahhih jasadahu fiy sihhati wa'aafiyah. Wa tsabbit iimaanahu (ha) wasalaamatin wanawwir qalbahu (ha) warzuqhu (ha) rizqan halaalan thayyiban mubaarakan waasi'an wa ilal-khairi qaribhu (ha) wa'anis-sarri ab'adhu (ha) wabirahmatika Yaa arhamar-Raahimiin. Rabbanaa taqabbal minnaa innaka Antas-samii'ul-'aliim. Watub 'alainaa innaka Antat-tawwaabur-Rahiim. Rabbanaa aatinaa fid-dunya hasanatan wa fil-aakhirati hasanatan waqinnaa 'adzaaban-naar. Washalallaahu 'alaa khairi khalqihi sayyidinaa Muhammadin wa'alaa aalihi wa-ashhaabihi ajma'iin. Subhaanaka Rabbika Rabbi-'izati 'ammaa yashifuun wasalaamun 'alal-mursaliina wal-hamdulillaahi Rabbil-'aalamiin.

_________
1 Kitab Maulid al-Barzanji karya As-Sayyid Ja’far bin Sayyid Hasan bin Sayyid Abdul Karim bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Rasul al-Barzanji adalah seorang ulama besar keturunan Nabi Muhammad Saw. dari keluarga Saadah al-Barzanji yang masyhur berasal dari Barzanji di Iraq. Beliau dilahirkan di Kota Madinah al-Munawwarah pada tahun 1126 H. Dan wafat pada tahun 1317 H/1899 M. Ditahqiq oleh Syeikh Nada Farj Darwisy, dan disimak oleh Institut Pengkajian Akademik Universitas al-Azhar, cetakan Markaz ibn al-Athar li at-Turats, halaman 647-650.

TATA CARA TASMIYAH (PEMBERIAN NAMA ANAK)


ﺍﻋﻮﺫﺑﺎﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴم . ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ
ﻓﺎﻟﻠﻪ ﺧﻴﺮ ﺣﺎ ﻓﻈﺎ ﻭﻫﻮﺍﺭﺣﻢ ﺍﻟﺮﺍﺣﻤﻴﻦ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﻭﺭﺍﺀﻩ ﻣﺤﻴﻂ ﺑﻞ ﻫﻮﻗﺮﺍﻥ ﻣﺠﻴﺪ
ﻓﻲ ﻟﻮﺡ ﻣﺤﻔﻆ ﻭﺣﻔﻈﻨﺎﻫﺎ ﻣﻦ ﻛﻞ ﺷﻴﻄﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ . ﻭﻟﻘﺪ ﺧﻠﻘﻨﺎ ﺍﻻ ﻧﺴﺎﻥ ﻣﻦ ﺳﻼﻟﺔ ﻣﻦ ﻃﻴﻦ , ﺛﻢ ﺟﻌﻠﻨﺎﻩ ﻧﻄﻔﺔ ﻓﻲ ﻗﺮﺍﺭﻣﻜﻴﻦ , ﺛﻢ ﺧﻠﻘﻨﺎ ﺍﻟﻨﻄﻔﺔ ﻋﻠﻘﺔ ﻓﺨﻠﻘﻨﺎ ﺍﻟﻌﻠﻘﺔ ﻣﻀﻐﺔ ﻓﺨﻠﻘﻨﺎ ﺍﻟﻤﻀﻐﺔ ﻋﻈﺎﻣﺎ ﻓﻜﺴﻮﻧﺎ ﺍﻟﻌﻈﺎﻡ ﻟﺤﻤﺎ ﺛﻢ ﺍﻧﺸﺎﻧﺎﻩ ﺧﻠﻘﺎ ﺍﺧﺮ ﻓﺘﺒﺎﺭﻙ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﺣﺴﻦ ﺍﻟﺨﺎﻟﻘﻴﻦ .
ﺍﺷﻬﺪﺍﻥ ﻻﺍﻟﻪ ﺍﻻﺍﻟﻠﻪ . ﻭﺍﺷﻬﺪ ﺍﻥ ﻣﺤﻤﺪﺍ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ .
Apabila laki-laki : ﺳﻤﻴﺖ ﻫﺬﺍﺍﻟﻐﻼﻡ . ﻓﻼﻥ ﺑﻦ ﻓﻼﻥ : ﺑﺎﺭﻙ ﺍﻟﻠﻪ
Apabila perempuan : ﺳﻤﻴﺖ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺠﺎ ﺭﻳﻪ .
ﺑﺎﺭﻙ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻔﺎﺗﺤﻪ ...
Kemudian membaca Do’a
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﺟﻌﻞ ﻫﺬﺍﺍﻟﻐﻼﻡ ‏( ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺠﺎﺭﻳﺔ ‏) ﻣﻦ ﺍﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﺍﻫﻞ ﺍﻟﺨﻴﺮ ﻭﻻ ﺗﺠﻌﻠﻪ ‏( ﻫﺎ ‏) ﻣﻦ ﺍﻫﻞ ﺍﻟﺴﺆﻭﺍﻟﻀﻴﺮ , ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﺭﺯﻗﻪ ‏( ﻫﺎ ‏) ﻓﻬﻢ ﺍﻟﻨﺒﻴﻴﻦ ﻭﺣﻔﻆ ﺍﻟﻤﺮﺳﻠﻴﻦ ﻭﺍﻟﻬﺎﻡ ﺍﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﺍﻟﻤﻘﺮﺑﻴﻦ . ‏( ﺍﻟﻠﻬﻢ ﻓﻘﻬﻪ ‏( ﻫﺎ ‏) ﻭﺍﻳﺎﻩ ﻓﻰ ﺍﻟﺪﻳﻦ ×( ۳
ﻳﺎﻓﺘﺎﺡ ﻳﺎﻋﻠﻴﻢ ﺍﻓﺘﺎﺡ ﻗﻠﺒﻪ ‏( ﻫﺎ ‏) ﺑﻔﺘﻮﺡ ﺍﻟﻌﺎﺭﻓﻴﻦ . ﻭﺭﺯﻗﻪ‏( ﻫﺎ ‏) ﺍﻟﻌﺎﻓﻴﺔ ﻭﺍﻟﺴﻼﻣﺔ ﻭﺣﻴﺎﺓ ﻃﻴﺒﺔ ﻓﻰ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭﺍﻻﺧﺮﺓ . ﺍﻟﻠﻬﻢ ﻃﻮﻝ ﻋﻤﺮﻩ ‏( ﻫﺎ ‏) ﻭﺻﺤﺢ ﺟﺴﺪﻩ‏( ﻫﺎ ‏) ﻟﻄﺎﻋﺘﻚ ﻭﻭﺳﻊ ﻋﻠﻴﻪ ‏( ﻫﺎ ‏) ﺭﺯﻗﻪ ‏( ﻫﺎ ‏) ﺭﺯﻗﻪ‏( ﻫﺎ ‏) ﻭﺣﺴﻦ ﺧﻠﻘﻪ ‏( ﻫﺎ ‏) ﻭﺍﻓﺼﺢ ﻟﺴﺎﻧﻪ ‏( ﻫﺎ ‏) ﻭﺍﺣﺴﻦ ﺻﻮﺗﻪ‏( ﻫﺎ ‏) ﻟﻘﺮﺍﺀﺓﺍﻟﻘﺮﺍﻥ ﻭﺍﺭﺯﻗﻪ ‏( ﻫﺎ ‏) ﺍﻟﻌﺎﻓﻴﺔ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﻭﺣﻴﺎﺓﻃﻴﺒﺔ ﻓﻰ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭﺍﻻﺧﺮﺓ . ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﺟﻌﻠﻪ‏( ﻫﺎ ‏) ﺑﺎﺭ ﺑﻮﺍﻟﺪﻳﻪ ‏( ﻫﺎ ‏) ﻏﻴﺮﻋﺎﻕ ﻟﻬﻤﺎ ﺭﺑﻨﺎﻫﺐ ﻟﻨﺎ ﻣﻦ ﺍﺯﻭﺍﺟﻨﺎ ﻭﺫﺭﻳﺎﺗﻨﺎ ﻗﺮﺓ ﺍﻋﻴﻦ ﻭﺍﺟﻌﻠﻨﺎ ﻟﻠﻤﺘﻘﻴﻦ ﺍﻣﺎﻣﺎ . ﺭﺑﻨﺎ ﺍﺗﻨﺎ ﻓﻰ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﺣﺴﻨﺔ ﻭﻓﻰ ﺍﻻﺧﺮﺓ ﺣﺴﻨﺔ ﻭﻗﻨﺎ ﻋﺬﺍﺏ ﺍﻟﻨﺎﺭ .
ﻭﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﺍﺟﻤﻌﻴﻦ ﻭﺍﻟﺤﻤﺪﻟﻠﻪ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ .
‏( ﺯﺍﺩﺍﻟﻄﻠﺒﺔ ﺹ ‏) ۳۳

Masalah Bid'ah

Akhir-akhir ini, begitu gencarnya saling menuding bid'ah pada seseorang atau kelompok tertentu sehingga di masyarakat kita serasa tidak ada kedamaian lagi karena satu sama yang lainya saling mencurigai dan saling menyalahkan. Yang satu menyatakan bahwa kelompok yang tidak sepaham denganya adalah pelaku bid'ah, sementara yang lain juga menuding kelompok lain mengembangkan bid'ah. Saling tuding inilah yang kemudian menyebabkan perpecahan di kalangan umat Islam.
Mari coba kita pahami apa sebetulnya bid'ah itu?....
Dan apakah memang benar bid'ah itu selalu berkonotasi negatif, sehingga harus dihilangkan dari muka bumi ini?.....

Menurut al-Imam Abu Muhammad 'Izzuddin bin Abdissalam, mengenai bid'ah:
"Bid'ah adalah mengerjakan sesuatu yang tidak pernah dikenal (terjadi) pada masa Rasulullah SAW". (Qawa' id al- Ahkam fi Mashalih an- Anqm, Juz 2, hal 172)

Sebagian ulama membagi Bid'ah menjadi lima macam:
1) Bid'ah Wajibah, yakni bid'ah yang dilakukan untuk mewujudkan hal-hal yang diwajibkan oleh syara'. Seperti mempelajari ilmu Nahwu, Shorof, Balaghoh dan lain - lain.
Sebab, hanya dengan ilmu-ilmu inilah seseorang dapat memahami Al Qur'an dan Hadits Nabi Muhammad SAW secara sempurna.
2) Bid'ah Muharramah, yakni bid'ah yang bertentangan dengan syara'. Seperti Madzhab jabariyyah dan Murjiah.
3) Bid'ah Mandubah, yakni segala sesuatu yang baik, tapi tidak pernah dilakukan pada masa Rosulullah SAW. Misalnya, shalat tarawih berjama'ah, mendirikan madrasah dan pesantren.
4) Bid'ah Makruhah, seperti menghiasi masjid secara berlebihan.
5) Bid'ah Mubahah, seperti berjabatan tangan setelah sholat dan makan makanan yang lezat. (Qawa'id al Ahkam fi Mashalih al An, juz 1 hal. 173)

Maka tidak heran jika sejak dahulu para ulama telah membagi bidah menjadi dua bagian besar. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Syafi'i R.A:
"Sesuatu yang diada-adakan itu ada dua macam. (Pertama), sesuatu yang baru itu menyalahi Al Qur'an, Sunnah Nabi SAW, Atsar sahabat atau ijma' ulama. Ini disebut dengan bidah dholalah (sesat).
Dan (kedua) jika, sesuatu yang baru tersebut termasuk kebajikan yang tidak bertentangan/menyalahi sedikitpun dari hal itu (Al Qur'an, As Sunnah dan ijma' ). Maka perbuatan tersebut tergolong perbuatan baru yang tidak tercela (hasanah/ghoiru dholalah)". (Fath al- Bari, juz 1052, hal 10)

Dari sini dapat diketahui bahwa bid'ah terbagi menjadi dua. Pertama, bid'ah hasanah, yakni bidah yang tidak bertentangan dengan kebenaran ajaran Islam. Masuk dalam ketegori ini adalah bid'ah wajibah, mandubah, dan mubahah.

Dalam kontek inilah perkataan Sayyidina Umar bin Khattab RA tentang jama'ah Shalat tarawih yang beliau laksanakan:
"Sebaik-baik bid'ah adalah ini (yakni shalat tarawih dengan berjama'ah)".
(Al-Muwaththa' (231))

Beberapa contoh, bid'ah hasanah adalah Khutbah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, membuka suatu acara degan membaca Basmalah di bawah satu komando, memberi nama pengajian dengan istilah kuliah subuh, pengajian minggu pagi dan lain sebagainya, menambah bacaan subhanahu wa ta'ala (yang diringkas dengan SWT) pada setiap ada kalimah Allah, dan shalallahu 'alaihi wasallam (yang diringkas dengan SAW) di setiap ada kalimah Muhammad. Serta perbuatan lainnya yang belum pernah ada pada masa Rosulullah SAW, namun tidak bertentangan dengan inti ajaran agama Islam.......

Kedua, bidah sayyiah (dhalalah), yaitu bidah mengandung unsur negatif dan dapat merusak ajaran dan norma agama Islam. Bidah muharramah dan makrurah dapat digolongkan pada bagian kedua ini.
INILAH YG DIMAKSUD OLEH SABDA NABI MUHAMMAD SAW:
"Dari A'isyah RA, ia berkata, "sesungguhnya Rosulullah SAW bersabda: "barang siapa yang melakukan suatu perbuatan yang tiada perintah kami atasnya, maka amal itu ditolak".
(Shahih Muslim, 243))....

Dengan adanya pembagian ini, dapat disimpulkan bahwa tidak semua bid'ah itu dilarang dalam agama. Sebab yang tidak diperkenankan adalah perbuatan yang dikawatirkan akan menghancurkan sendi-sendi agama Islam. Sedangkan amaliah yang akan menambah syi'ar dan daya tarik agama islam tidak dilarang. Bahkan untuk saat ini, sudah waktunya umat Islam lebih kreatif untuk menjawab berbagai persoalan dan tantangan zaman yang makin kompleks, sehingga agama islam akan selalu relevan di setiap waktu dan tempat.
(shalih li kulli zaman wa makan).

Wallahu A'lamu Bishshowab...
Semoga Bermanfaat...