Falsafah PSHT

Manusia dapat dihancurkan, Manusia dapat dimatikan,
tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu
masih Setia kepada dirinya sendiri atau ber-SH pada dirinya sendiri

Rabu, 11 Mei 2016

SYEKH DATU SANGGUL (Syekh Abdush Shamad)



Orang banyak mungkin tidak begitu mengenalnya bahkan mungkin jadi tidak mengenal sama sekali, dan mungkin generasi sekarang tidak mengetahui kehidupan Datu Sanggul ini, seorang tokoh panutan di jamannya, ketulusan hatinya dalam melaksanakan ibadah dan ketaqwaannya dalam menegakkan kalimat Allah serta kedigjayaannya membuat terkenal sampai ke pelosok negri, ketekunan beliau dalam menuntut ilmu membawanya melanglang buana dari daerah asalnya di Palembang Sumatera ke daerah Kalimantan. Dalam salah satu riwayat, nama Datu sanggul adalah Syekh Muhammad Abdush Shamad atau dalam riwayat lainnya mengatakan nama beliau adalah Ahmad Sirajul Huda, beliau hidup sekitar abad ke 18 M. bertepatan dengan jamannya Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau lebih dulu sedikit.

Penyebab beliau berguru kepada Datu Suban gurunya para datu muning yang ada di borneo, karena adanya "tanda atau isyarat" yang diperoleh beliau ketika tidur, dikisahkan ketika beliau tidur beliau bermimpi bertemu dengan orang tua yang menjabat tangannya seraya berkata "kalau kamu ingin memperoleh ilmu sejati maka hendaklah kamu mencari dan mempelajarinya kepada Datu Suban yang tinggal di Pulau Kalimantan di kampung Muning Pantai Jati Munggu Tayuh Tiwadak Gumpa di daerah Tatakan (daerah rantau kabupaten tapin kalsel)" setelah mendengar kata-kata orang tersebut beliau tersentak dari tidurnya seraya berkata kepada ibundanya yang saat itu berada di dekatnya "ibunda di mana orang tua tadi", "sedari tadi tidak ada orang selain ibu dan ananda" jawab ibundanya, kemudian beliau menceritakan mimpinya kepada ibundanya, karena kecintaan beliau kepada ilmu, beliau kemudian meminta ijin kepada ibundanya untuk merantau kembali mencari ilmu seperti yang dikatakan orang tua di dalam mimpinya tersebut, akhirnya walaupun dengan berat hati ibundanya memberikan ijin dan mendo'akannya agar semua yang dicita-citakan beliau tercapai.

Singkat cerita akhirnya berangkatlah Syekh Abdush Shamad muda menuju pulau Kalimantan dengan menumpang kapal perahu layar, ternyata setelah sampai di kampung Muning Tatakan Rantau, beliau sudah disambut oleh Datu Taming Karsa yang disuruh oleh gurunya yaitu Datu Suban yang mengatakan bahwa hari itu akan datang seorang pemuda dari Sumatera yang nantinya akan menjadi muridnya, mereka kemudian berjalan menuju rumah Datu Suban guru sekalian Datu Muning, dan ternyata beliau sudah ditunggu oleh Datu Suban beserta murid-murid beliau, beliau kemudian langsung mengangkat Datu Suban sebagai guru sekaligus orang tuanya dan juga mengangkat murid-murid Datu Suban yang lainnya sebagai saudara-saudaranya. Maksud baik Syekh Abdush Shamad muda diterima Datu Suban dengan senang hati, dan mulai saat itu belajarlah beliau kepada Datu Suban, dan diceritakan karena kecerdasan dan ketekunannya dalam belajar dan ketaatannya kepada gurunya dengan persetujuan murid murid Datu Suban terdahulu, akhirnya Datu Suban berkenan memberikan Al-Qur'an segi delapan dan sebuah kitab yang dikenal sekarang dengan Kitab Barencong (baca kisah Datu Sanggul dan Syekh Muhammad Arsyad).

Adapun penamaan Datu Sanggul salah satu riwayat menceritakan karena ketekunan datu sanggul dalam mentaati perintah gurunya dalam khalwat khusus yang sama artinya dengan "menyanggul" atau menunggu (turunnya) ilmu dari Allah SWt, ada juga yang mengatakan beliau sering menyanggul atau menghadang pasukan tentara belanda di perbatasan kampung Muning dan tentara belanda sering kocar kacir dibuatnya, adapun versi lain karena kegemaran beliau menyanggul (menunggu) binatang buruan, ada juga yang mengatakan rambut beliau yang panjang dan selalu disanggul (digelung) ...wallahu a'alam... dan mulai saat itu nama beliau dipanggil Datu Sanggul.

Berkat mengamalkan ilmu yang beliau peroleh baik dari guru beliau atau pun dari Kitab Barencong tadi banyaklah beliau mendapatkan kelebihan-kelebihan dari Allah SWT, di antaranya beliau kalau sholat jum'at selalu di Masjid Al Haram, dan karena itulah beliau bertemu dengan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari yang pada saat itu sedang menuntut ilmu di Mekah dan Syekh Muhammad Arsyad mengangkat saudara dengan beliau, selain itu beliau juga bertemu dengan Datu Daha yang juga mengangkatnya menjadi orang tua sekaligus guru.

Pada waktu itu di kerajaan Banjar masyarakatnya yang sangat menjunjung tinggi nilai agama diwajibkan bagi masyarakat laki-laki yang sudah aqil baligh atau sudah dewasa pada hari jum'at diwajibkan untuk melaksanakan sholat jum'at di masjid-masjid di kampung masing-masing, dan kalau tidak melaksanakan kewajiban tersebut akan didenda, dikarenakan setiap Jum'at beliau selalu sholat di masjid Al Haram maka setiap minggu beliau harus membayar denda kepada kerajaan sampai habis harta beliau dan yang tertinggal cuma kuantan dan landai (alat untuk memasak nasi dan sayuran) akhirnya setelah didesak oleh istri beliau karena tidak ada lagi barang yang bisa dipakai untuk membayar denda, beliau akhirnya berjanji untuk melaksanakan sholat jum'at di mesjid kampungnya, pada saat itu sungai di kampung beliau airnya sedang meluap dan hampir terjadi banjir dikarenakan pada malam harinya hujan sangat lebatnya, di saat para jamaah sedang berwudhu di pinggir kali, tiba-tiba datang Datu Sanggul dan langsung terjun ke sungai yang sedang meluap tersebut lengkap dengan pakaiannya, orang-orang berteriak dan menjadi gempar, di tengah kegemparan masyarakat tiba-tiba muncul Datu Sanggul dari tengah sungai dan berjalan di atas air dengan tenangnya, yang lebih mengherankan pakaian beliau tidak basah sama sekali, cuma anggota wudhu beliau saja yang basah, setelah keluar dari sungai beliau langsung menuju mesjid diiringi tatap mata keheranan dari masyarakat, masyarakat makin terkejut pada saat imam mesjid mengumandangkan takbir dan diikuti jama'ah jum'at lainnya beliau hanya berpantun "Riau-riau padang sibundan, di sana padang sitamu-tamu, rindu dendam tengadah bulan, di hadapan Allah kita bertemu, ALLAHU AKBAR....”, setelah berkata demikian perlahan lahan kaki beliau terangkat dari lantai mesjid dan tubuh beliau berada di awang-awang, setelah imam mengucapkan salam perlahan lahan kaki beliau kembali menjejakkan lantai mesjid, kemudian beliau berkata kepada jama'ah jum'at "saya tadi baru saja shalat di Masjidil Haram Mekkah dan kebetulan tadi ada yang mengadakan selamatan dan saya meminta kepada yang selamatan sedikit barakat (makanan yang dibagikan saat undangan pulang) dan mari kita bersama-sama mencicipinya, jangan ada yang tidak ikut mencicipinya walaupun sedikit" diceritakan bahwa nasi tersebut masih panas menandakan bahwa perjalanan beliau cuma sekejap saja, sejak kejadian tersebut barulah masyarakat tahu bahwa beliau adalah termasuk golongan Wali Allah, sehingga pembayaran denda baik yang berupa uang maupun benda dikembalikan kepada beliau.

Diceritakan sebelum Datu Kalampayan atau Syekh Muhammad Arsyad sampai ke kampung Muning untuk mengambil sambungan kitab barencong dari Datu Sanggul, Datu Sanggul meminta para muridnya untuk bertahan sejenak karena ada yang mau disampaikan, beliau meminta para muridnya dan masyarakat untuk bergotong royong mempersiapkan menyambut kedatangan tamu dari jauh (Datu Kalampayan), kemudian masyarakat bergotong royong mempersiapkan segalanya, hari itu hari Jum'at beliau berkata kepada istrinya "duhai adinda tercinta kakanda akan tidur, tolong kakanda jangan diganggu dan jangan pula membuka kelambu", "baik kanda, tapi kakanda apabila ada yang ingin bertemu dengan kakanda dengan keperluan yang sangat penting apakah dinda boleh membangunkan kakanda", kata istrinya bertanya, "kalau ada keperluan sangat penting silakan saja" jawab beliau. Setelah sekian lama beliau masuk ke dalam kelambu dan tidak keluar-keluar padahal hari itu hari Jum'at, istri beliau memanggil manggil sampai tiga kali, karena waktu sholat Jum'at makin dekat, beliau menjadi bimbang, di satu sisi suami beliau sudah berwasiat supaya jangan diganggu, di sisi lainnya sholat Jum'at adalah kewajiban, akhirnya istrinya memberanikan diri untuk membuka kelambu, namun apa yang terjadi suami yang dicintainya tidak ditemukan di dalam kelambu, namun yang terlihat adalah setetes air yang sangat bening dan putih berkilauan di atas kain putih, setelah melihat kejadian tersebut dengan rasa heran bercampur kagum, kelambu itu ditutup kembali oleh istrinya, tak lama setelah itu datanglah Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, setelah memperkenalkan diri Syekh Muhammad Arsyad lalu mengatakan ingin bertemu dengan Datu Sanggul, dan ternyata setelah kelambu tersebut dibuka kembali oleh istri beliau Datu Sanggul sudah kembali ke wujud semula tapi dalam keadaan sudah meninggal dunia... Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'uun.... Syekh Muhammad Arsyad menyerahkan kain putih 5 lembar yang dipesan oleh Datu Sanggul waktu mereka terakhir bertemu dulu, dan ternyata kain putih tersebut akan dipakai untuk kain kapan beliau.

Kemudian diberitahukan kepada murid-murid beliau dan masyarakat, maka berdatanganlah orang-orang untuk menolong dan melaksanakan fardu kifayah hingga selesai dan beliau dimakamkan di kampung Muning Benua Nyiur Tatakan Rantau, setelah selesai pemakaman Datu Sanggul, kemudian Syekh Muhammad Arsyad menceritakan pertemuan beliau dengan istri Datu Sanggul dan menyampaikan pesan-pesan beliau termasuk pesan untuk mengambil sambungan Kitab Barencong, istri Datu Sanggul memakluminya karena sebelum beliau meninggal sudah memberikan wasiat kepada istrinya untuk menyerahkan kitab tersebut tapi terlebih dahulu beliau menyampaikan hal tersebut kepada murid-murid Datu Sanggul, setelah itu baru kitab tersebut diserahkan kepada Syekh Muhammad Arsyad atau Datu Kalampayan.

Salah satu buah karya dari Datu Sanggul yang diyakini masyarakat adalah syair pantun saraba ampat yang dalam bahasa banjar sangat terkenal karena berisi tentang pelajaran tasawuf, adapun bunyi syair tersebut adalah:

SYAIR SARABA AMPAT

Allah jadikan saraba ampat
Syariat tharikat hakikat ma'rifat
Menjadi satu didalam khalwat
Rasa nyamannya tiada tersurat

Huruf Allah ampat banyaknya
Alif  i'tibar dari pada Zdat-NYA
Lam awal dan akhir Sifat dan Asma-Nya
Ha isyarat dari Af'alnya

Jibril Mikail Malaikat mulia
Isyarat sifat Jalal dan Jamal
Izrail Israfil rupa pasangannya
I'tibar sifat Qahar dan Kamal

Jabar ail asal katanya
Bahasa Suryani asal mulanya
Kebesaran Allah itu artinya
Jalalullah bahasa Arabnya

Nur Muhammad bermula nyata
Asal jadi alam semesta
Seumpama api dengan panasnya
Itulah Muhammad dengan Tuhannya

Api dan banyu tanah dan hawa
Itulah dia alam dunia
Menjadi awak barupa-rupa
Tulang sungsum daging dan darah

Manusia lahir ke Alam Insan
Di alam Ajsam ampat bakawan
Si Tubaniyah dan Tambuniyah
Uriyah lawan si Qamariyah

Rasa dan akal daya dan nafsu
Di dalam raga nyata basatu
Aku meliputi segala liku
Matan hujung rambut sampai kahujung kuku

Tubuh dan hati nyawa rahasia
Satu yang zahir amat nyatanya
Tiga yang batin pasti adanya
Alam shaghir itu sabutnya

Mani Manikam Madi dan Madzi
Titis manitis jadi menjadi
Si anak adam balaksa kati
Hanya yang tahu Allahu Rabbi

Kaampat ampatnya kada tapisah
datang dan bulik kepada Allah
Asalnya awak dari pada tanah
Asal pun tanah sudah disarah

Dadalang Simpur bamain wayang
Wayang asalnya sikulit kijang
Agung dan sarun babun dikancang
Kaler bapasang di atas gadang

Wayang artinya sibayang bayang
Antara kadap silawan tarang
Semua majaz harus dipandang
Simpur balalakun hanya saorang

Samar Bagung si Nalagaring
Si Jambulita suaranya nyaring
Ampat isyarat amatlah penting
Siapa nang handak mancari haning



Sumber: Kumpulan Cerita Rakyat Banjarmasin



Tidak ada komentar:

Posting Komentar