Falsafah PSHT

Manusia dapat dihancurkan, Manusia dapat dimatikan,
tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu
masih Setia kepada dirinya sendiri atau ber-SH pada dirinya sendiri

Rabu, 11 Mei 2016

SYEKH AMINULLAH (DATU BAGUL)



Tak banyak riwayat yang bisa kita kupas dari seorang waliyullah yang bernama Syech Aminullah atau Datu Bagul ini. Berdasarkan kisah yang disampaikan seorang penjaga makam Datu Bagul di Desa Tungkaran, Martapura, Datu Bagul wafat kira-kira 287 tahun yang lalu, atau lebih dahulu ketimbang Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau Datu Kalampayan (wafat 200-an tahun lalu). Jika diperkirakan bahwa beliau wafat sekitar 287 tahun lalu, maka diperkirakan, tahun beliau wafat adalah 1726. Wallahu a'lam.
Datu Bagul adalah yang mula-mula mendiami kawasan Tungkaran tersebut yang dulunya adalah kawasan hutan dan berdataran tinggi, alias bebas banjir ketimbang kawasan langganan banjir lainnya seperti Tunggul Irang, Pingaran, Astambul, Dalam Pagar dan lain-lain di pesisir Sungai Martapura.
Dikatakannya, berdasarkan kisah yang disampaikan Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Guru Sekumpul, Datu Bagul sebenarnya bernama asli Syekh Aminullah, berasal dari Persia, Timur Tengah. "Guru Sekumpul mengetahui nama asli beliau, ketika Guru Sekumpul sering berkhalwat di makam ini puluhan tahun lalu. Bahkan, Datu Bagul sendiri yang memberitahukan nama asli beliau kepada Guru Sekumpul, di mana ketika itu Guru Sekumpul secara kasyaf bisa bertemu bahkan berangkulan dengan Syekh Aminullah sebagai sesama waliyullah," beber penjaga makam.
Datu Bagul menurut Guru Sekumpul adalah seorang habaib, atau masih keturunan Rasulullah SAW dari anaknya Siti Fatimah yang berkawin dengan Sayyidina Ali RA. "Menurut Guru Sekumpul, beliau sangat alim. Bahkan, sejarahnya tak banyak dikisahkan Guru Sekumpul. Kata Guru Sekumpul, Datu Bagul itu hanyalah gelaran dari penduduk setempat, yang sebenarnya nama asli beliau adalah Syekh Aminullah, berasal dari Persia dan masih keturunan Rasulullah SAW," ungkapnya.
Dari cerita para tetuha, Syekh Aminullah memang sudah diperintahkan Rasulullah SAW untuk hijrah dari Persia ke Tanah Banjar yang kala itu di bawah kekuasaan Kesultanan Banjar. "Beliau datang semata-mata untuk mensyiarkan agama Islam. Konon, beliau menggunakan sebuah kapal yang cukup besar, lengkap dengan barang-barang dagangannya. Selain berdagang, beliau memberikan pengajaran agama Islam kepada penduduk Banjar," jelasnya.
Sehingga suatu masa tibalah bagi Syekh Aminullah berkhalwat di tengah hutan. Kapal dagangnya pun disandarkan di tepi bukit. "Di sebelah belakang makam ini, dulunya adalah danau yang luas dan dalam, sehingga kapal bisa masuk dari arah Sungai Martapura. Seiring waktu, kapal itu tenggelam atau bagaimana saya kurang mengerti. Namun, menurut para ulama yang kasyaf, memang di kawasan ini banyak khazanah-khazanah di dalam perut buminya, baik berupa intan maupun emas batangan (wallahu a'lam)," kisahnya. Hanya saja, khazanah itu masih ghaib, dan suatu masa kelak, khazanah itu akan keluar dengan sendirinya ke permukaan. "Menurut para tetuha, intan akan keluar dari perut bumi, layaknya batu-batu kerikil. Meski banyak ditemukan, namun intan sudah tak terlalu berharga. Di zaman itu, semua orang kaya-kaya," beber Penjaga makam. Hanya saja, memang ada yang berdasarkan petunjuk Datu Bagul, mendulang intan di kawasan seputar makam itu, dan memang ada ditemukan beberapa butir intan.
Memang sebelum tahun 1975, untuk ke Tungkaran, warga Pekauman Dalam Pagar atau Kampung Kramat, dan juga Keraton, mesti naik jukung. Barulah setelah itu ada jalan rintisan seiring program ABRI Masuk Desa. Bahkan dahulu Guru Sekumpul hobi berburu burung ke kawasan ini, sehingga untuk menuju Tungkaran yang dulunya dikenal Karang Tengah, Guru Sekumpul naik perahu.

Setelah sekian lama berkhalwat di tengah hutan di dalam pondokannya, Datu Bagul wafat. Oleh penduduk setempat, beliau dimakamkan di halaman pondokan beliau sendiri. Lokasi makam ini dulunya bernama Murung Binjai atau Murung Nangka. "Jadi, makam beliau sekarang ini, dulunya halaman pondok beliau. Beliau tak memiliki istri dan juga anak," ungkapnya.
Kubah menurut cerita dibina oleh Guru Sekumpul sekitar tahun 1980-an, sementara mushalla di lokasi tersebut menurut cerita dibina oleh H Harun, seorang saudagar asal Pesayangan Martapura. Bahkan, kebun karet yang ada sekarang, dimiliki beliau yang kemudian diwariskan kepada anaknya, H Ijai.
"Dikisahkan, H. Harun sempat khawatir, bangunan mushalla di samping makam yang dibangunnya mubazir, karena memang jauh dari pemukiman penduduk. Lalu beliau meminta Guru Idris untuk menanyakan soal tersebut ke Guru Sekumpul. Belum lagi Guru Idris berkata, Guru Sekumpul sudah mengatakan bahwa mushalla tersebut kelak akan berguna. Guru Sekumpul berkata, 'Belum lagi atap mushalla itu ada, aku sudah sembahyang di situ'," kisahnya.
Sebelum tahun 2005, jalan dari Sungai Sipai ke Tungkaran dan menuju kubah masih jalan setapak dan berbatu. "Kemudian ada kisah bahwa Pak Rudy Ariffin, Bupati Banjar hendak maju menjadi calon gubernur Kalsel. Pak Rudy sowan ke Guru Sekumpul, lalu oleh Guru Sekumpul, Pak Rudy disarankan untuk mengaspal jalan menuju kubah Datu Bagul sekalian bernazar di kubah tersebut. Singkat cerita, jalan sudah bagus dan tak lama kemudian, Pak Rudy menang sebagai Gubernur Kalsel pada 2005," ungkapnya.

Selanjutnya, karena berkah Datu Bagul tersebut terasa sekali lagi Rudy Ariffin bernazar bahwa akan membangunkan kubah yang megah jika terpilih lagi sebagai gubernur. Rupanya, Rudy Ariffin lagi-lagi dipercaya rakyat Kalsel di 2010 lalu. Kubah Datu Bagul pun dibangun beton dan megah, hingga selesai 2011 lalu. "Kita tak bisa menafikan keberkahan waliyullah. Jangankan urusan akhirat, urusan dunia bisa saja diperlancar dengan berkat waliyullah. Wajar saja jika hal itu terjadi, karena mereka (waliyullah) itu dekat (washil) kepada Rasulullah SAW dan dekat kepada Allah SWT," ucap Penjaga makam.

Menurutnya, para waliyullah itu di pandangan mata kepala wafat namun sebenarnya hanya berpindah alam, dan hakikatnya mereka tetap hidup dan masih mendapat limpahan rizqi dari sisi Allah SWT. "Bahkan, mereka selalu berdo'a untuk umat Rasulullah baik bagi yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Mereka juga mengaminkan do'a para peziarah. Hakikatnya, peziarah itu adalah tamu yang tentunya mereka (waliyullah) itu akan menghormat kepada tamunya dan mengaminkan doa para peziarah," cetusnya.

Menurutnya, para wali yang sudah berpindah alam, senang jika makamnya diziarahi, sehingga Rasulullah sangat menganjurkan kepada umatnya untuk berziarah ke makam auliya meski hanya sebentar atau seperahan susu, sedetik dua detik, karena nilainya bagaikan beribadah 1.000 tahun. Penjaga makam ini juga mengaku pernah bimbang ketika di musim banjir 2006 lalu, di mana musim paceklik, sehingga ia lalu munajat kepada Allah dengan bertawasul melalui Datu Bagul. "Alhamdulillah, benih tak lama bisa ditanam. Namun, masalah muncul lagi ketika menjelang panen, hama tikus menyerang. Sekali lagi saya bertawasul, anehnya, lahan milik saya seperti tak diminati tikus-tikus. Para tikus hanya berkeliaran saja tanpa banyak memakan padi. Tahun itu, saya panen dengan cukup memuaskan, sementara petani lain panennya kurang bagus," katanya. 

Sumber : Kumpulan Cerita Rakyat Banjarmasin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar