Falsafah PSHT

Manusia dapat dihancurkan, Manusia dapat dimatikan,
tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu
masih Setia kepada dirinya sendiri atau ber-SH pada dirinya sendiri

Rabu, 04 Maret 2020

Paradigma Ajaran Setia Hati ANTARA PENGAKUAN DAN KENYATAAN

Paradigma Ajaran Setia Hati
ANTARA PENGAKUAN DAN KENYATAAN.

Melihat dari kejadian kegaduhan di PSHT belakangan ini, ada suatu nilai yang bisa kita dapatkan. Yaitu nilai dari kualitas sejauh mana para warganya menyerap dan mengimplementasikan ilmu yang didapatkan. Terutama keilmuan tentang PERSAUDARAAN dan SETIA HATI.

Mari kita melihat kenyataan yang terjadi sepanjang kegaduhan yang sedang terjadi sampai saat ini. Banyak sekali bukti nyata sejauh mana KUALITAS yang ada. Cukup kita lihat dari sudut pandang secara nyata tanpa perlu banyak membahas teori keilmuan yang selama disampaikan baik itu saat masih menjadi siswa maupun setelah menjadi warga.

1. Mengaku ngugemi "SURODIRO JOYONINGRAT, LEBUR DENING PANGASTUTI", kenyataannya: banyak sekali menyelesaikan masalah dengan kekerasan, bukan hanya dengan orang lain bahkan dengan saudaranya sendiri.

2. Mengaku ngugemi "NGELURUG TANPO BOLO", kenyataannya: bahkan untuk menyelesaikan masalah internal dengan sedulur harus melibatkan banyak warga. Orang yang mestinya bisa menyelesaikan dengan cara pembicaraan malah menggerakan para warga untuk menghadapi.

3. Ngaku ngugemi "MIKUL DUWUR, MENDHEM JERU", kenyataannya: Ketidaksesuaian paham atau pandangan digunakan untuk menjelek-jelekan di hadapan para warga yang menjadi pengikut, bahkan kepada warga yang baru disahkan. Ironisnya ini dilakukan oleh warga senior bahkan sudah mencapai trap 2.

4. Ngaku ngugemi "OJO GAWE SUSAHE LIYAN, OPO ALANE GAWE BUNGAHE LIYAN", kenyataannya: berbondong membawa pengikutnya untuk ribut dengan saudaranya yang akhirnya membuat masyarakat menjadi takut. Lebih ironis lagi terjadi pemaksaan dan saling intimidasi.

5. Ngaku ngugemi "ORA ONO KAMULYAN TANPO PASEDULURAN", kenyataannya: malah memecah belah persaudaraan dengan bermusuhan bahkan saling mengancam. Ironisnya sampai melakukan pemukulan.

6. Ngaku ngugemi "SANG PENJAGA AJARAN", kenyataannya: Ajaran yang mana yang dijaga? Coba lihat yang tertulis di atas, kira-kira ajaran apa yang dijaga? Ajaran SETIA HATI..??!

7. Ngaku ngugemi "SEDULURAN TANPO WATES", kenyataannya: telah membatasi seduluran dengan membuat kelompok sendiri-sendiri.

8.Ngaku ngugemi "ILMU SETIA HATI", kenyataannya: Ada mukadimah yang menjadi pokok ajaran dan sumpah yang pernah diucap. Namun kenyataannya banyak sekali yang dilanggar. Cukup satu saja contoh: dilarang berkelahi sesama saudara, apakah ini diugemi..?! Silakan dipikir dan dirasakan, itu MELANGGAR SUMPAH. Pasti semua sudah paham apa itu hukum karma, tapi apakah itu ditakuti..? Banyak yang tidak takut. Jika sudah demikian apakah itu yang disebut SETIA HATI..?!

Para kadhang warga semua, jika kita menginginkan kita kembali kepada PSHT yang damai, para warga budi luhur, guyub rukun dan saling menjaga. Mari kita kembali kepada MUKADIMAH. kembali menjalankan ILMU SETIA HATI yang benar. Untuk melakukan itu mari mulai dari diri pribadi. Tidak perlu merasa paling benar, tapi pastikan kita melakukan tindakan yang benar.

Semua permasalahan yang terjadi di PSHT, mari kita percayakan kepada para pengurus yang berkompeten. Karena semua permasalahan itu penyelesaiannya adalah dengan duduk bersama atau lewat jalur hukum. Kita percayakan kepada beliau semua.

Sebagai warga, anggota organisasi PSHT cukup kita kembangkan ILMU SETIA HATI ini dengan ikatan PERSAUDARAAN dan menjalankanya dalam kehidupan di keluarga, masyarakat dan bernegara. Jangan kita rusak PSHT ini dengan perilaku kita yang tidak ber-SH. Ajarkan dengan benar kepada adik-adik kita para siswa untuk menjadi orang yang ber-BUDI LUHUR dengan memberikan contoh yang BENAR.

"ILMU SETIA HATI ADALAH ILMU AGAR ORANG MENJADI BAIK, SAAT ORANG ITU PRIBADINYA BAIK MAKA DI SEKITARNYA JUGA MENJADI BAIK".

🙏💞🤘✌✌🤘💞🙏...
Monggo dipahami...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar