Falsafah PSHT

Manusia dapat dihancurkan, Manusia dapat dimatikan,
tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu
masih Setia kepada dirinya sendiri atau ber-SH pada dirinya sendiri

Selasa, 16 Mei 2017

Tata Cara Sholat Rosulullah SAW

Tuntunan Tata Cara Sifat Shalat Rasulullah Nabi Muhammad SAW

Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, Yang Maha Suci lagi Maha Agung. Hanya kepada-Nya kita menyembah dan hanya kepada-Nya pula kita memohon pertolongan. Shalawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Berbagai macam ragam cara shalat yang diajarkan oleh para ulama, kyai, dai, ustadz dan muallim. Namun masih saja banyak perbedaan satu dengan lainnya. Bahkan perbedaan itu membawa perselisihan umat. Padahal sumber utama yang mengajarkan shalat itu hanya satu orang, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Jadi sudah seharusnya yang menjadi panutan itu adalah Rasulullah SAW.
Kaum muslimin yang semoga dimuliakan oleh Allah Swt, di antara ibadah yang paling agung dalam agama Islam ialah shalat. Shalat secara bahasa artinya do’a. Adapun menurut istilah syari’at, shalat adalah suatu bentuk ibadah kepada Allah Swt berupa perkataan dan perbuatan dengan tata cara tertentu, yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. 

Kewajban shalat lima waktu
Shalat merupakan ibadah yang diwajibkan oleh Allah Swt atas seluruh hamba-Nya.
Sebagaimana firman Allah Swt:
   إِنَّ الصَّلاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An Nisa: 103),
Yakni sebanyak lima kali dalam sehari semalam yang telah diketahui oleh seluruh kaum muslimin. Nabi Muhammad Saw mengutus Mu’adz (untuk berdakwah) ke Yaman, beliau bersabda: “Ajarkan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam.” (HR. Bukhari dan Muslim). 

Shalatlah sebagaimana Rasulullah mengerjakan shalat
Dalam mengerjakan shalat, kita wajib mengikuti tata cara yang diajarkan Rasulullah, baik dari segi waktu maupun tata caranya. Nabi Muhammad Saw bersabda: “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku mengerjakan shalat.” (HR. Bukhari).

Sebelum melaksanakan shalat, seseorang wajib memenuhi syarat sahnya shalat, yaitu: mengetahui bahwa waktu shalat telah masuk, bersuci dari hadats besar dan hadats kecil, sucinya pakaian, badan dan tempat shalat, menutup aurat serta niat ikhlas karena Allah Swt. 

Menyempurnakan Wudhu
Seseorang yang hendak melakukan shalat hendaknya berwudhu

Firman Allah SWT:
"Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak melakukan shalat, maka cucilah muka kalian, kedua tangan kalian hingga siku, dan usaplah kepala kalian, dan (cucilah) kedua kaki kalian hingga kedua mata kaki." (QS. Al Maidah:6).

Dan sabda Nabi Muhammad SAW:
"Tidak diterima shalat tanpa bersuci dan shodaqah dari hasil penipuan." (HR. Muslim). 

Berdiri menghadap kiblat dekat dengan sutrah (Penutup/pelindung/garis pembatas sajadah)
Rasulullah Saw apabila hendak mengerjakan shalat, beliau berdiri menghadap kiblat dan meletakan sutrah di dekat tempat sujud.
Berdiri merupakan salah satu rukun dalam shalat fardhu bagi yang mampu berdiri.

Allah Swt berfirman (yang artinya): “Berdirilah (mengerjakan shalat) karena Allah dengan khusyuk.” (QS. Al Baqarah : 238). 

Apabila tidak mampu berdiri, maka diperbolehkan mengerjakan shalat dengan duduk atau berbaring. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Shalatlah dengan berdiri, jika engkau tidak mampu maka dengan duduk, apabila tidak mampu juga maka dengan berbaring (HR. Bukhari).

Menghadap ke arah kiblat (masjidil haram) termasuk rukun shalat, sebagaimana firman Allah SWT: “Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arah itu” (QS. Al Baqarah : 150).

Nabi bersabda kepada orang yang jelek shalatnya: “Jika engkau hendak berdiri mengerjakan shalat maka sempurnakanlah wudhu, lalu menghadaplah ke arah kiblat” (HR Bukhari dan Muslim).

Diperbolehkan tidak mengahadap ke arah kiblat bagi orang yang dalam keadaan sangat ketakutan, dan ketika dalam perjalanan di atas kendaraan (lihat Al Wajiz karya DR. Abdul Azhim Badawiy). 

Catatan: Sutrah merupakan suatu benda yang diletakkan di depan tempat sujud (jika di Indonesia adalah sebelah barat tempat sujud) yang berfungsi untuk mencegah sesuatu yang lewat di depannya.

Sebagian ulama mewajibkan hal tersebut, beliau berdalil dengan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar,. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah engkau shalat kecuali dengan sutrah (pembatas), jangan biarkan ada seorangpun yang lewat di depanmu, apabila dia mengabaikannya (tetap lewat) maka cegahlah dia, karena ada qarin (setan) bersamanya.” (HR. Ibnu Khuzaimah, Shahih). 

Niat ikhlas karena Allah Ta’ala
Salah satu syarat yang harus terpenuhi ketika hendak mengerjakan shalat yaitu berniat ikhlas karena Allah Ta’ala. Bahkan segala macam jenis ibadah wajib mengikhlaskan niat untuk Allah semata.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya setiap amal tergantung dari niatnya, dan seseorang hanya akan mendapatkan apa yang diniatkan.” ( HR. Bukhari dan Muslim).

Perlu diketahui bahwa niat letaknya di dalam hati, dan tidak disyariatkan melafalkannya dengan lisan, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melakukannya. Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berdiri hendak mengerjakan shalat beliau mengucapkan “Allahu Akbar” dan tidak mengucapkan apapun sebelumnya, dan tidak melafalkan apapun di dalam niatnya (Al Wajiz hal. 102). 

Berikut Tata Cara Sifat Shalat Rasulullah SAW:

1. Nabi Muhammad SAW membuka shalatnya dengan takbiratul ihram.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membuka shalatnya dengan ucapan “Allahu Akbar” sebagaimana beliau memerintahkan hal tersebut kepada orang yang jelek shalatnya. Kemudian mengangkat kedua tangan beliau, terkadang bersama takbir, setelah takbir, atau sebelum takbir. Dan beliau mengangkat kedua tangannya dengan jemari dijulurkan sehingga sejajar dengan kedua pundaknya atau sejajar dengan kedua telinganya. Setelah itu beliau meletakkan tangan kanan pada punggung tangan kirinya, atau pada pergelangan tangan kirinya, atau pada lengan tangan kirinya (bersedekap) dan melatakkan kedua tangannya di atas dada atau di antara pusat dan dada dengan mengarahkan pandangan ke arah tempat sujud. 

2. Bacaan-bacaan setelah takbiratul ihram
Setelah melakukan takbiratul ihram, beliau membaca do’a iftitah, yang berisi pujian dan sanjungan kepada Allah Ta’ala.

Beliau bersabda: ”Tidak sempurna shalat seseorang sampai dia bertakbir, memuji dan menyanjung Allah jalla wa ‘azza, kemudian membaca (beberapa ayat) dari Al-Qur’an yang mudah baginya.” (HR. Abu Dawud dan Al Hakim, Shahih).

Salah satu bacaan do’a iftitah yang diajarkan Rasulullah adalah: Subhanakallahumma wabihamdika tabaarokasmuka wata’ala Jadduka Walaa ilaaha ghoiruka (Artinya): Maha suci Engkau, ya Allah. Ku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu. Nama-Mu penuh berkah. Maha tinggi Engkau. Tidak ada ilah yang berhak disembah selain Engkau” (HR. Abu Daud dan An Nasa-i, dihasankan oleh Al Albani 1/252).

Kemudian beliau beristi’adzah (memohon perlindungan) kepada Allah Ta’ala. Berdasarkan hadits dari Abu Said Al Khudri: “Apabila beliau berdiri mengerjakan shalat beliau membaca do’a iftitah kemudian mengucapkan: “A’udzubillahi As Sami’i Al ‘Alimi minasy syaithanirrajim min hamzihi wa nafkhihi wa naftsihi” (HR Abu Dawud dan At Tirmidzi, Shahih).

Selanjutnya beliau membaca surat Al Fatihah di setiap rakaat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab (suarat Al Fatihah).” (HR Bukhari dan Muslim).
Beliau membaca surat Al Fatihah dengan berhenti pada setiap ayat hingga ayat terakhir, lalu mengucapkan “Aamiin”. Dilanjutkan dengan membaca surat selain Al Fatihah (pada dua rakaat pertama dalam setiap shalat).
Disunnahkan membacanya dengan suara lantang pada shalat shubuh, dua rakaat pertama shalat maghrib, dua rakaat pertama shalat Isya’, dan membacanya dengan lirih pada shalat zhuhur, ashar, rakaat ketiga shalat maghrib, dan dua rakaat terakhir shalat isya. (lihat Al Wajiz karya DR Abdul ‘Azhim Badawiy). 

3. Ruku' dengan tuma'ninah
Nabi bersabda kepada orang yang jelak shalatnya: “Kemudian ruku'lah sampai engkau tuma'ninah dalam ruku'.” (HR Bukhari dan Muslim).
Beliau ruku' sambil bertakbir dan mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua pundak atau kedua telinganya dengan menjadikan kepala sejajar dengan punggung dan meletakkan kedua telapak tangan di atas kedua lututnya dengan jari-jari direnggangkan dan menjauhkan lengan dari lambung.

Kemudian disunnahkan membaca tasbih dengan lafal “Subhana rabbiyal Azhim” (artinya: Maha suci Rabbku yang Maha Agung) sebanyak tiga kali (lihat Shifat Shalat Nabi karya Syaikh Al Albani). 

4. I’tidal (bangkit dari rukuk) dengan tuma'ninah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada orang yang jelek shalatnya: “Kemudian bangkitlah (dari ruku') hingga tegak berdiri” (HR Bukhari dan Muslim).

Sambil mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua pundak atau kedua telinganya lalu mengucapkan “Sami’Allahu liman hamidah” (artinya: Allah mendengar pujian dari orang yang memuji-Nya) dan “Rabbana lakal hamdu” (artinya: Wahai Rabb kami, bagi-Mu lah segala pujian) (HR Bukhari dan Muslim). 

5. Sujud dengan tuma'ninah
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Wahai orang-orang yang beriman ruku' dan sujudlah kalian” (QS. Al Hajj : 77).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada orang yang jelek shalatnya: “Kemudian sujudlah sampai engkau tuma'ninah, lalu bangkit sampai engkau duduk dengan tuma'ninah, kemudian sujud sampai engkau tuma'ninah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Beliau sujud sambil bertakbir dengan meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangan sambil menghadapkan jari-jari kedua telapak tangan ke arah kiblat dengan posisi jari-jari dirapatkan, dan sujud di atas tujuh anggota tubuh, yaitu dahi bersama hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut dan ujung telapak kaki dengan posisi jari-jari kaki menghadap kiblat. Merenggangkan kedua lengan tangan dari kedua lambung dan perut dan kedua pahanya sambil mengangkat kedua hasta/lengan dari tanah.

Di dalam sujud beliau membaca “Subhana Rabbiyal A’la” (Artinya: Mahasuci Rabb-ku Yang Maha Tinggi) sebanyak tiga kali (lihat Shifat Shalat Nabi karya Syaikh Al Albani). 

6. Duduk di antara dua sujud dengan tuma'ninah
Beliau mengangkat kepala untuk duduk bangkit dari sujud sambil bertakbir, kemudian duduk dengan bertumpu pada telapak kaki kiri dan mendudukinya, sedangkan kaki kanannya tetap tegak seperti halnya ketika sujud dan meletakkan kedua telapak tangan di atas ujung kedua paha dan lutut, dan beliau membaca do’a ketika duduk di antara dua sujud dengan mengucapkan “Rabbighfirli, rabbighfirli” (Artinya: Wahai Rabbku ampunilah aku) (HR. An Nasa’I, Shahih) dan do’a lainnya yang berasal dari Rasulullah. 

7. Sujud yang kedua dengan tuma'ninah
Beliau melalukan sujud yang kedua seperti halnya sujud yang pertama. 

8. Duduk Iftirasy dengan tuma'ninah
Beliau mengangkat kepala sambil bertakbir untuk duduk bangkit dari sujud kedua yang dinamakan duduk Iftirasy, yaitu duduk dengan bertumpu pada telapak kaki kiri dan mendudukinya, sedangkan kaki kanannya tetap tegak, meletakkan kedua telapak tangan di atas ujung kedua paha dan lutut. Semua jari telapak tangan kanan dilipat/digenggamkan kecuali jari telunjuk. Jari manis dan kelingking tangan kanan digenggamkan, sedangkan ibu jari membentuk lingkaran bersama dengan jari tengah dan berisyarat dengan jari telunjuk dengan mengangkat sedikit jari telunjuk pada saat membaca syahadat tauhid (antara lafadz "Asyhadu alla ilaha" dengan "Illallah") pada bacaan tasyahud. Sedangkan jari telapak tangan kiri diletakkan di atas ujung paha dan lutut kaki kiri. 

9. Duduk Tawarruk dengan tuma'ninah
Beliau mengangkat kepala sambil bertakbir untuk duduk bangkit dari sujud kedua pada raka'at terakhir yang dinamakan duduk Tawarruk, yaitu duduk dengan meletakkan telapak kaki kiri di bawah betis kaki kanan dan kemudian mendudukan pantat di atas tanah, sedangkan kaki kanannya tetap tegak, meletakkan kedua telapak tangan di atas ujung kedua paha dan lutut.

Semua jari telapak tangan kanan dilipat/digenggamkan kecuali jari telunjuk. Jari manis dan kelingking tangan kanan digenggamkan, sedangkan ibu jari membentuk lingkaran bersama dengan jari tengah dan berisyarat dengan jari telunjuk dengan mengangkat sedikit jari telunjuk pada saat membaca syahadat tauhid (antara lafadz "Asyhadu alla ilaha" dengan "Illallah") pada bacaan tasyahud. Sedangkan jari telapak tangan kiri diletakkan di atas ujung paha dan lutut kaki kiri. 

10. Tasyahud
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila kalian duduk pada setiap dua rakaat, ucapkanlah: at tahiyatu lillah…(hingga akhir)” (An Nasa’I, Shahih).

Salah satu bacaan tasyahud adalah: “At tahiyyaatu lillaah, wash shalawaatu wath thayyibaat. Assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi wa barokaatuh. As salaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shoolihiin. Asyhadu al laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rosuuluh” (artinya: Segala ucapan selamat, shalawat, dan kebaikan adalah bagi Allah. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan barakah-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba-Nya dan utusan-Nya).” (HR. Bukhari). 

11. Membaca shalawat atas Nabi setelah tasyahud
Membaca shalawat atas Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah tasyahud yang pertama hukumnya sunnah, sedangkan membaca shalawat atas Nabi setelah tasyahud akhir termasuk rukun shalat. (lihat Al Wajiz karya DR Abdul ‘Azhim Badawiy).

Salah satu bacaan shalawat adalah: “Allahumma shalli ‘ala muhammad wa ‘ala aali muhammad, kamaa shallaita ‘ala ibrahim wa ‘ala aali ibrahim innaka hamiidum majiid. Allahumma baarik ‘ala muhammad wa ‘ala aali muhammad, kamaa baarakta ‘ala ibrahim wa ‘ala aali ibrahim innaka hamiidum majiid” (artinya: Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia. Ya Allah, Berkahilah Muhammaddan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim, Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia) (HR. Bukhari dan Muslim). 

12. Salam
Salam merupakan rukun sekaligus penutup ibadah shalat, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Kunci shalat adalah bersuci, yang mengharamkan (awal shalat) adalah takbir dan yang menghalalkan (akhir shalat) adalah salam.” (HR Ibnu Majah, Shahih). Salah satu bacaan salam untuk menoleh ke kanan dan kiri adalah "Assalamu 'alaikum warahmatullah" (artinya: Semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah kepada kalian) (HR. Nasai, Abu Daud dan dishahihkan al-Albani).

Beliau ketika salam mengucapkan "Assalamu 'alaikum" pada saat posisi wajah masih menghadap ke arah kiblat, dan kemudian menoleh ke arah samping kanan tanpa merubah posisi badan (tetap menghadap kiblat) dengan mengucapkan "Warahmatullah", begitu juga ketika menoleh ke arah kiri. Hanya pipi sebelah kanan beliau saja yang terlihat oleh orang yang berada di belakangnya ketika beliau menoleh ke kanan, dan hanya pipi sebelah kiri beliau saja yang terlihat oleh orang yang berada di belakangnya ketika beliau menoleh ke kiri. Kemudian beliau membaca istighfar yang dilanjutkan dengan membaca tasbih, tahlil dan takbir dan bacaan-bacaan yang lain sebelum kemudian membaca do'a.

Demikian pemaparan yang dapat kami sampaikan, semoga Allah Ta’ala memberikan kepahaman dan ilmu yang bermanfaat sebagai pedoman dalam beribadah kepada Allah Swt, Aamiin...

Wallahu a'lamu bish showab
Semoga Bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar