Falsafah PSHT

Manusia dapat dihancurkan, Manusia dapat dimatikan,
tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu
masih Setia kepada dirinya sendiri atau ber-SH pada dirinya sendiri

Rabu, 26 Juli 2017

Tips Shalat Khusyu' dari Dr. Kholil al Harbi

Mencapai shalat khusyu' bukanlah perkara yang mudah. Apalagi bagi kita yang masih awam. Sedikit sekali orang yang mampu khusyu' dalam shalatnya. Jika kenyataannya demikian, wajib bagi muslim untuk senantiasa berusaha agar khusyu' itu bisa terwujud dalam shalat walaupun hanya sesaat. Sehingga shalatnya kita termasuk dalam shalatnya orang-orang yang sempurna menurut pandangan Allah Swt sebagaimana yang diterangkan banyak ayat dalam Al-Qur-an.
 
Dalam sebuah kesempatan di Bandung, tim Percikan Iman Online berkesempatan berbincang dengan Dr. Kholil al Harbi seorang Ulama dan salah satu Imam di Masjid Madinah Almunawwarah. 
Bagaimana cara supaya shalat kita khusyu', berikut rangkuman hasil wawancaranya dan tips dari Dr. Kholil al Harbi:
 
1. Lakukan dengan tumaninah
Salah satu resep kekhusyu’an, lakukan shalat dengan benar sesuai dengan contoh Rasulullah Saw. Lakukan dengan tenang dan tumaninah. “ … dan ruku'lah sehingga kamu tuma’ninah dalam ruku' itu. Lalu tegaklah berdiri sampai kamu tuma’ninah dalam berdiri … dst.’ 
 
2. Konsentrasi
Pengertian khusyu’ dalam shalat, Al-Hilali dalam Al-Khusyu adalah kondisi hati yang penuh dengan ketakutan, mawas diri, dan tunduk pasrah di hadapan keagungan Allah Swt. Semua itu membekas dalam gerakan-gerakan badan yang penuh hikmat dan konsentrasi dalam shalat. Yang paling penting untuk mencapai kekhusyu’an adalah kesungguhan. Kesungguhan untuk melawan hawa nafsu kita terus menerus. Dengan melakukan dengan sungsuh-sungguh terus-menerus Allah Swt akan memberikan jalan yang mudah. Sebagaimana yang diterangkan dalam surat Al–Ankabut, Allah Swt menerangkan, orang orang yang bersungguh-sungguh di jalanku akan diberikan jalan, solusi, dan bimbingan. “Hilangkan pikiran tentang hal berbau duniawi. Ketika kita masuk masjid kita simpan urusan dunia di belakang kita. Jangan sampai kita masuk masjid tapi dunia juga kita pikirkan dibawa dalam shalat,” tegasnya.
Dalam shalat, seseorang juga harus betul-betul mendatangkan roh dan jasadnya. Jangan sampai shalat itu hanya jasadnya. Kebanyakan orang melaksanakan shalat hanya dengan jasadnya. Sampai Rasulullah Saw mengatakan ada orang yang melaksanakan shalat hanya mendapatkan seperempatnya, seperenam, dan seperdelapannya. 
 
3. Shalat = permohonan
Dalam Malfuzat, vol. II: 145, diungkapkan, shalat tidak semata-mata hanya gerakan dan sikap tubuh. Sebagian orang bersicepat dalam shalat seperti ayam yang mematuk remah-remah di tanah, tetapi setelah itu berdoa panjang-panjang. Tentu ia tidak memperoleh kenikmatan dalam shalatnya, ia pun belum mendapatkan kenikmatan keimanan. Padahal, makna shalat adalah do’a atau permohonan. Jadikanlah shalat sebagai sarana untuk mengajukan permohonan doa. 
 
4. Menganggap Shalat sebagai Kebutuhan
Orang yang menjadikan shalatnya sebagai kebutuhan merupakan orang yang sudah lebih meningkat pemahamannya tentang makna shalat. Ia sudah menyadari bahwa shalat itu dilakukan untuk keperluan dirinya, bukan keperluan Allah Swt. Ia melaksanakan shalatnya dengan ikhlas, diliputi harapan pada-Nya, dan selalu memohon ridho Allah Swt. Jika shalat sudah menjadi kebutuhan, maka shalat bukan lagi beban yang akan membuatnya tidak tuma'ninah. Justru harus sebaliknya, merasa beban bila tidak melakukan shalat itu. 
 
5. Jadikan Shalat Terakhir
Ketika kita shalat, kita anggap dan jadikan shalat ini seakan-akan shalat yang terakhir. Maka yang terpenting menjadikan setiap shalat kita adalah shalat yang terakhir. Karena kita tidak tahu usia kita. Boleh jadi ini yang terakhir buat kita. Dalam sebuah hadits dikatakan, ketika engkau shalat maka shalatlah seperti orang yang shalat tua, perpisahan atau shalat terakhir. 
 
6. Datang Lebih Awal
Selain itu, kata Dr. Kholil al Harbi, yang dapat membantu agar khusyuk dalam shalat. Kita harus datang ke tempat shalat itu lebih awal. “Dengan begitu, kita bisa shalat rowatib, berdo'a dulu, dan lain-lain, kita seolah mendatangkan roh dalam shalat. Adapun orang yang datang ketika waktu qomat atau mungkin telat, dia sibuk dan pasti mempercepat shalatnya, sehingga dia pasti tidak akan bisa khusyuk,” jelasnya.
 
7. Seolah-olah sedang curhat dengan Allah
Hendaklah orang yang shalat menyadari bahwa shalat adalah perjumpaan, sekaligus komunikasi dengan Allah Swt. Hal ini diisyaratkan oleh Rasulullah Saw. “Apabila seorang di antaramu sedang shalat, sesungguhnya dirinya sedang berkomunikasi kepada Allah Swt…” (Al-Bukhari: 531, Muslim: syarah Nawawi: 5/40-41).
 
Dalam shahih Muslim diriwayatkan bahwa Rasullulah Saw. bersabda “Seandainya seorang hamba (sesudah berwudhu dengan baik) tegak melakukan shalat, memuji Allah Swt., menyanjung-Nya, mensucikan diri-Nya, yang mana itu memang merupakan hak-Nya, mengonsentrasikan diri hanya mengingat Allah Swt., maka ia akan keluar dari shalatnya laksana bayi yang baru dilahirkan” (832 dan Ahmad: IV/ 112-385). “Saya memberikan pesan bahwa setiap kita yang membaca harus memperhatikan apa yang dibacanya. Karena setiap apa yang dibaca, kita akan mendapatkan masukan (input), dan output. Jika kita mendapatkan masukan yang baik, tentunya akan baik pula apa yang kita keluarkan. Begitu juga sebaliknya, jika kita mendapatkan masukan yang jelek, akan jelek juga sesuatu itu keluar,” begitu pungkasnya.
 

Wallahu a'lam
Semoga Bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar