Falsafah PSHT

Manusia dapat dihancurkan, Manusia dapat dimatikan,
tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu
masih Setia kepada dirinya sendiri atau ber-SH pada dirinya sendiri

Senin, 11 Mei 2020

Asy'ariyah dan Maturidiyah

A. Asy'ariyah

I. Sejarah perkembangan Asy'ariyah.

Asy'ariyah adalah sebuah paham akidah yang dinisbatkan kepada Abu Al Hasan Al Asy'ariy. Beliau lahir di Bashrah tahun 260 H. bertepatan dengan tahun 935 M. Beliau wafat di Bashrah pada tahun 324 H di usia lebih dari 40 tahun.

Al Asy'ari menganut paham mu'tazilah hanya sampai usia 40 tahun. Setelah itu tiba-tiba mengumumkan di hadapan jama'ah masjid Bashrah bahwa dirinya telah meninggalkan faham mu'tazilah dan menunjukan keburukan-keburukannya. Menurut Ibnu Asakir yang melatarbelakangi Al Asyari meninggalkan faham mu'tazilah adalah pengakuannya telah bermimpi bertemu dengan Rosulullah sebanyak tiga kali, dimana Rosulullah memperingatkannya agar meninggalkan faham mu'tazilah dan membela faham yang diriwayatkan dari beliau.

II. Nama tokoh-tokoh aliran Asy'ariyah yang terkenal antara lain :
1. Al Baqilani (wafat 403 H)
2. Ibnu Faruak (wafat 406 H)
3. Ibnu Ishak al Isfarani (wafat 418 H)
4. Abdul Kahir al Bagdadi (wafat 429 H)
5. Imam al Haramain al Juwaini (wafat 478 H)
6. Abdul Mudzaffar al Isfaraini (wafat 478 H)
7. Al Ghazali (wafat 505 H)
8. Ibnu Tumart (wafat 524 H)
9. As Syihristani (wafat 548)
10. Ar Razi (1149-1209 M)
11. Al Iji (wafat 756 H)
12. Al Sanusi (wafat 895)

III. Pemikiran
Adapun formulasi pemikiran Al asy'ari, secara esensial, menampilkan sebuah upaya sintesis antara formulasi ortodoks ekstrim di satu sisi dan mu'tazilah di lain sisi. Maksudnya, dari segi etosnya, pergerakan tersebut memiliki semangat ortodoks. Sedangkan aktualitas formulasinya jelas menampakan sifat reaktif terhadap mu'tazilah, suatu reaksi yang tak dapat dihindarinya. Corak pemikiran yang sintesis ini, mungkin dipengaruhi pemikiran Ibnu Kullab (tokoh sunni yang wafat pada 854 M).

a. Tuhan dan sifat-sifat-Nya
Abul Hasan Al Asy'ari dihadapkan pada dua pandangan ekstrim. Di satu sisi ia berhadapan dengan kelompok mujasimah dan musyabihah yang berpendapat bahwa Allah mempunyai semua sifat yang disebutkan daam Al-Qur'an dan Hadits, dan sifat-sifat itu harus dipahami menurut arti harfiahnya. Di lain sisi, beliau berhadapan dengan mu'tazilah yang menolak konsep bahwa Allah mempunyai sifat, dan berpendapat bahwa mendengar, kuasa, mengetahui, dan sebagainya bukanlah sifat , tetapi substansi-Nya, sehingga sifat-sifat yang disebut dalam Al-Qur'an dan Hadits itu harus dijelaskan secara alegoris.
Menghadapi dua kelompok tersebut, Al asy'ari berpendapat bahwa Allah memang memiliki sifat-sifat itu (berbeda dengan mu'tazilah) namun tidak boleh diartikan secara harfiah. Selanjutnya Al asy'ari berpendapat bahwa sifat-sifat Allah itu unik, sehingga tidak dapat dibandingkan dengan sifat-sifat manusia yang tampaknya mirip.

B. MATURIDIYAH
I. Sejarah perkembangan maturidiyah
Golongan Maturidiyah berasal dari Abu Al Mansur Al Maturidi. Latar belakang lahirnya aliran ini hampir sama dengan aliran Asy'ariyah, yaitu sebagai reaksi penolakan terhadap ajaran mu'tazilah, walaupun sebenarnya pandangan keagamaan yang dianutnya hampir sama dengan pandangan mu'tazilah yaitu lebih menonjolkan akal dalam system teologinya.
Abu Mansur Al Maturidi dilahirkan sekitar pertengahan abad ke-3 H di Maturid, sebuah kota kecil di daerah Samarkand Tarsoxiana di Asia Tengah daerah yang sekarang disebut Uzbeistan. Ia wafat tahun 333 H / 944 M.
Karir pendidikan Al Maturidi lebih menekuni bidang teologi daripada fiqih. Ini dilakukan untuk memperkuat pengetahuan dalam meghadapi paham-paham teologi yang banyak berkembang pada masyarakat Islam, yang dipandangnya tidak sesuai dengan kaidah yang benar menurut akal dan syara'.

II. Tokoh-tokoh Maturidiyah.
Tokoh yang sangat penting dari aliran Al-Maturidiyah ini adalah Abu Al Yusr Muhammad al-Badzawi yang lahir pada tahun 421 H dan meninggal pada tahun 493 H. ajaran-ajaran Al maturidi yang dikuasainya adalah karena neneknya adalah murid dari Al Maturidi.
Al-Badzawi sendiri mempunyai beberapa orang murid, yang salah satunya adalah An najm al Din Muhammad al-Nasafi (460-537 H), pengarang buku al aqo'idal Nasafiyah.
Seperti al Baqillani dan Al Juwaini, Al Badzawi tak selamanya sefaham dengan Al Maturidi. Antara kedua pemuka aliran al Maturidiyah ini terdapat perbedaan faham sehingga boleh dikatakan bahwa dalam aliran maturidiyah terdapat dua golongan, yaitu golongan Samarkand yang mengikuti paham-paham Al Maturidi dan golongan Bukhara yang mengikuti faham-faham Al Badzawi.

III. Pemikiran dan doktrin-doktrin Maturidiyah.
a) Akal dan wahyu
Al Maturidi dalam pemikiran teologinya mendasarkan pada Al Qur'an dan akal sebagaimana Asy'ariyah, namun Al Maturidi memberikan porsi lebih besar terhadap akal dari pada porsi yang diberikan oleh Asy'ariyah.
Menurut Al Maturidi mengetahui Tuhan dan kewajiban mengetahui Tuhan dapat diketahui melalui akal. Kemampuan akal dalam mengetahui kedua hal tersebut sesuai dengan ayat-ayat Al Qur'an yang memerintahkan agar manusia menggunakan akal dalam memperoleh pengetahuan dan keimanannya terhadap Allah melalui pengamatan dan pemikiran yang mendalam tentang makhlik ciptaan-Nya. Kalau akal tidak memperoleh kemampuan dalam memperoleh pengetahuan tersebut, tentunya Allah tidak memerintahkan manusia untuk melakukanya. Dan orang yang tidak amu menggunakan akal untuk memperoleh iman dan pengetahuan yang mengenai Allah berarti meninggalkan kewajiban yang diperintahkan ayat-ayat tersebut. Namun akal menurut Al Maturidi tidak mampu mengetahui kewajiban-kewajiban lainya.
Al Maturidi membagi kaitan sesuatu dengan akal pada tiga macam, yaitu :
1. Akal dengan sendirinya hanya mengetahui kebaikan sesuatu itu.
2. Akal dengan sendirinya hanya mengetahui keburukan sesuatu itu
3. Akal tidak mengetahui kebaikan dan keburukan sesuatu, kecuali dengan petunjuk ajaran wahyu.

Wallahu a'lam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar