Falsafah PSHT

Manusia dapat dihancurkan, Manusia dapat dimatikan,
tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu
masih Setia kepada dirinya sendiri atau ber-SH pada dirinya sendiri

Senin, 02 Maret 2015

Definisi Persaudaraan menurut SH Terate

Apakah sebenarnya hakikat dari Persaudaraan itu?
 
Pengertian Persaudaraan.
Kajian Qodrati, semua makhluk yang ada di muka bumi ini, pada pokoknya terikat pada satu jalinan Persaudaraan. Sebuah pranatan Irodati yang menempatkan manusia bersama makhluk lainnya dalam garis edar simbiosis mutualis (saling membutuhkan).
 
Manusia tidak akan mampu bertahan hidup tanpa keberadaan makhluk lain. Eksistensi kemanusiaan manusia juga tidak akan tercipta tanpa adanya nilai-nilai perbandingan kehidupan makhluk lain dalam ruang dan era yang sama. Terlebih jika perspektif nilai tawarnya adalah hubungan timbal balik antar manusia. Acuan retorikanya jelas dan tak terbantahkan. Yakni, bukankah miliyaran manusia yang kini menghuni jagad raya ini berasal dari pasangan suami istri, Ibu Hawa dan Bapak Adam?
 
Namun sebelum kita berbicara lebih jauh tentang hakikat dari persaudaraan itu, untuk menyamankan persepsi kita terhadap makna persaudaraan, dua pendekatan pengertian dihadirkan di sini sebagai bahan acuan.
 
Pertama: Pengertian persaudaraan menurut pandangan umum.
 
Kedua: Pendekatan makna persaudaraan ditinjau dari segi etimologi.
 
Persaudaraan dalam pengertian umum adalah terjalinnya suatu hubungan timbal-balik antara individu yang satu dengan lainnya yang terikat oleh rasa kebersamaan; saling sayang menyayangi, kasih mengasihi, saling memberi dan menerima.
 
Kamu memberi sesuatu pada saya dengan ikhlas dan saya menerima pemberianmu dengan tulus sebagai penghargaan dan rasa terimakasih saya kepada kamu. Lain waktu saya beri kamu sesuatu dengan ikhlas dan kamu menerimanya dengan tulus sebagai penghargaan dan rasa terimakasih kamu kepada saya. Ringkas kata, ada keterjalinan dalam bentuk saling membutuhkan, asah, asih, dan asuh.
 
Sedangkan bila ditinjau dari sudut etimologi; kata “Persaudaraan” bersal dari bahasa sanskrit. “Sa-udara”, mendapat imbuhan “per-an” yang berarti hal bersaudara atau tentang tata cara menggolongkan ikatan yang kokoh sebagai jelmaan “sa (satu), ”udara (perut) atau kandungan. Ibarat manusia dilahirkan dari satu kandungan (perut) maka mereka harus dapat bersatu padu secara tulus, dan selalu ingat akan awal mulanya, (eling marang dalane).
 
Sementara jika ditinjau dari susunan katanya, kata persaudaraan terdiri atas kata dasar ”saudara” yang mendapatkan prefik per- dan sufik -an. Dan jika ditinjau dari segi nosi, konfik per-an pada kata “persaudaraan” berarti membentuk kata tersebut menjadi sebuah kata benda abstrak. Artinya, persaudaraan itu sendiri adalah abstrak adanya. Dan hanya dapat dirasakan oleh orang yang menjalaninya. Selebihnya hanya dapat dilihat dari sikap yang ditampilkan seseorang terhadap orang lain.
 
Kuncinya adalah Hati Nurani.
Persudaraan dalam pandangan Persaudaraan Setia hati Terate pada dasarnya juga tidak jauh berbeda dari pengertian tersebut di atas. Penekanannya hanya pada sasaran yang hendak dicapai, arah dari persaudaraan itu sendiri. Yakni, suatu jalinan hubungan timbal balik yang dilandasi rasa saling sayang menyayangi, saling hormat menghormati dan saling bertanggungjawab. Persaudaraan yang tidak memandang siapa kamu dan siapa aku, persaudaraan yang tidak membedakan latar belakang dan status poleksosbud (politik, ekonomi, sosial dan budaya), persaudaraan yang terlepas dari kefanatikan SARA (suku, agama, ras dan atara golongan) - dengan satu catatan keterkaitan atas pengertian persaudaraan itu tidak bertentangan dengan norma dan hukum masyarakat serta hukum negara di mana kita hidup.
 
Penjabarannya adalah sebagai berikut:
Persaudaraan Setia Hati terate, nama organisasi ini kenapa tidak menggunakan kata “perguruan” (misalnya), akan tetapi “persaudaraan”, ini melambangkan, bahwa hubungan intim atau jalinan kasih antara sesama warga maupun anggota yang tergabung di dalamnya, adalah seperti layaknya hubungan persaudaraan antara manusia dengan manusia yang berasal dari satu kandungan; yakni hubungan yang tidak membedakan siapa “aku” dan siapa ”engkau”. Pun dipertegas bahwa persaudaraan yang terkandung di dalam tubuh PSHT, adalah hubungan atau jalinan cinta kasih sejati antar sesama warga maupun anggota yang tidak di latar-belakangi oleh unsur SARA (suku, agama, ras dan antar golongan).
 
Tidak juga oleh derajat dan kedudukan sosial ekonomi seseorang, akan tetapi merupakan jalinan persaudaraan yang kekal dan abadi, yang satu sama lain sanggup menanggung cobaan dunia dan konsekwensi hidup secara bersama-sama dengan tetap berpegang teguh pada pendirian yang diyakini kebenarannya secara bersama-sama pula.
 
Dalam pada itu, tidak jarang dalam mengarungi kehidupannya manusia mengalami “persinggungan hidup” terhadap manusia lain. Kenyataan ini timbul sebagai akibat dari kepentingan manusia yang memang berbeda-beda. Dan kepentingan itu, secara logis bisa berasal dari kemauan masing-masing individu, bisa pula berasal dari latar belakang lain yang sifatnya subyektif. Kompensasinya adalah, sekali lagi, munculnya “persinggungan hidup” (konflik) di tengah-tengah pergaulan antar manusia.
 
Di dalam kerangka itulah, Persaudaraan Setia Hati Terate mengajak kepada segenap warga dan anggotanya, yang secara Qodrati, sebagai manusia tidak bisa lepas dari kepentingan dan latar belakang yang berbeda-beda tersebut, untuk menyatukan persepsi atas masalah-masalah yang tercakup di dalamnya, khususnya yang berkaitan dengan pengertian tentang Persaudaraan, agar tidak terjadi kesimpang-siuran dan kesalah-fahaman, yang apabila tidak dapat segera diantisipasi, akan mengarah kepada timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan bersama.
 
Persaudaraan dalam Persaudaraan Setia Hati Terate adalah Persaudaraan sejati. Yakni persaudaraan yang murni dari lubuk hati sanubari, tanpa dilatarbelakangi oleh apa dan siapa. Persaudaraan yang lahir dari insan yang sama-sama merasa senasib sepenanggungan. Persaudaraan yang lahir dari kesadaran bahwa hakikat dirinya tidak berbeda dengan diri orang lain, yaitu berasal dari Dzat yang sama.
 
Dalam Persaudaraan Setia Hati Terate, bila antar sesama warga telah mencapai kadar persaudaraan semacam ini, dikatakan bahwa kita sudah “Ketemu Rose” (bertemu rasa-nya).
 
Persaudaraan dalam Persaudaraan Setia Hati Terate adalah persaudaraan yang dalam “sanepan” disebutkan:
“Kadyo lumah kurepe ron suruh. Dinulu seje rupane, nanging ginigit tunggal rasane”
(Seperti penampang daun sirih. Jika dilihat beda rupanya, akan tetapi jika digigit sama rasanya).
Artinya kepala bisa berbeda, rambut bisa tak rata, tapi hati sama suka sama rasa.
 
Namun demikian, janganlah disalah artikan esensi nilai dari sebuah persaudaraan yang sudah “ketemu rose” tersebut. Janganlah menjadikan kerancuan atas apa yang disebut dengan persaudaraan yang sudah tidak memandang lagi siapa “aku” dan siapa”engkau” itu. “ketemu rose” bukan berarti tanpa batasan. Tidak memandang lagi siapa “aku” dan siapa “engkau” bukan berarti “digebyah uyah padha asine” (sama dalam arti sempit).
 
Persaudaraan dalam Persaudaraan Setia Hati Terate adalah persaudaraan yang tetap menjujung tinggi “Anggah-ungguh”; persaudaraan yang tetap berpedoman pada tata krama dan sopan santun, sesuai dengan adat-istiadat dan budaya bangsa.
 
Korelasinya adalah bahwa di dalam tubuh Persaudaraan Setia Hati Terate tidak terdapat hubungan antar “guru” dengan “murid”. Akan tetapi yang ada hanyalah hubungan antara saudara dengan saudara; dimana saudara yang lebih “muda” harus menghormati saudara yang lebih tua; saudara yang lebih tua harus menyayangi saudara yang lebih “muda” dan tidak boleh semena-mena; serta saudara yang sebaya harus saling menghargai dan saling menyayangi.
 
Perlu digarisbawahi pula bahwa telaah persaudaraan menurut pandangan Persaudaraan Setia Hati Terate sama sekali jauh dari pengkonotasian istilah “people power” yang cenderung mengarah pada pengerahan masa guna mencapai tujuan keduniawian - dan tidak jarang menggunakan cara-cara kekerasan serta indoktrinisasi untuk mencapai tujuan itu.
 
Persaudaraan menurut pandangan Persaudaraan Setia hati Terate lebih merupakan kumpulan sekelompok manusia yang secara sukarela ingin menjadi hubungan dalam rengkuhan rasa kebersamaan, sayang menyayangi dan bersama-sama ingin mewujudkan tujuan Persaudaraan Setia hati Terate yaitu: menciptakan manusia berbudi luhur tahu benar dan salah dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
 
Tujuan ini dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persaudaraan Setia Hati Terate Bab. II Pasal 5 dijabarkan menjadi 4 butir, yakni:
1. Mempertebal rasa cinta sesama
2. Melestarikan dan mempertinggi seni olah raga dan Pencak Silat dengan berpedoman pada ajaran wasiat Setia Hati.
3. Mempertebal rasa cinta kasih sesama
4. Menciptakan manusia berbudi luhur tahu benar dan salah, serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3. Unsur Pendukung Persaudaraan
 
Satu pertanyaan yang muncul senada dengan perspektif di atas adalah; bagaimana agar tercipta iklim persaudaraan seperti itu? Persaudaraan Setia Hati Terate sebagai organisasi berdaya gerak sistem persaudaraan mengenal beberapa unsur pendukung persaudaraan, antara lain:
 
* Rasa Saling Sayang Menyayangi
Persaudaraan itu harus dilandasi rasa saling sayang menyayangi. Yaitu adanya jalinan rasa kebersamaan antara orang pertama dan kedua, yang kedua dan lainnya.
Namun demikian harus diingat pula, bahwa rasa saling sayang menyayangi itu harus ada batasnya. Cinta itu ada batasnya. Cinta yang tidak ada batasnya akan berakhir dengan penyiksaan dan penyesalan atau dikatakan sama halnya dengan pembunuhan. Pembunuhan itu keji dan tidak berperikemanusiaan. Pembunuhan juga berdosa. Dari proporsi ini bisa ditarik satu pengertian, bahwa cinta yang tidak ada batasnya lebih dekat dengan perbuatan keji dan dosa.
 
* Hormati Menghormati
Unsur pendukung terjalinnya rasa persaudaraan yang lainnya adalah saling hormat-menghormati. Yang merasa lebih muda harus menghormarti yang tua, yang tua pun harus bisa mengemban penghormatan itu dengan arif, tidak semena-mena kepada yang muda dan tidak bersifat diktator.
 
Pola penghormatan antara yang muda dan yang tua dalam PSHT, tidak sekedar ditakar dengan lamanya masa pengesahan, namun juga harus memperhatikan usia seseorang. Jadi jangan karena merasa tahun pengesahannya lebih tua, lantas bersikap sok jago terhadap warga yang pengesahannya lebih muda. Sebaliknya, bagi warga yang merasa berusia lebih tua, juga jangan gila hormat. Sebab gila hormat itu penyakit jiwa. Pilihan tepat terkait dengan misi penghormatan ini adalah penekanan hukum timbal balik dalam takaran rasa pangrasa. Formatnya, jika dirinya ingin dihormati, maka hormatilah orang lain. Jika diperlakukan baik, maka balaslah dengan kebaikan yang lebih baik lagi.
 
* Bertanggung Jawab
Ini yang harus selalu dijaga sebagai konsekuensi kita sebagai manusia yang berbudaya, adalah saling bertanggung jawab, jujur dan selalu menekankan keterbukaan dalam menghadapi setiap persoalan.
 
Pertanggungjawaban yang dimaksud dalam hal ini bisa dipilah menjadi tiga.
Pertama pertanggungjawaban kita terhadap diri sendiri, kedua kepada orang lain atau sesama, dan ketiga pertanggungjawaban kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
 
Apabila ketiga unsur pendukung terjalinnnya persaudaraan itu bisa terwujud dan dipertahankan, bukan hal yang mustahil jika apa yang kita harapkan atas persaudaraan itu dapat tercipta. Sebaliknya jika ketiga unsur pendukung itu terabaikan, jangan berimpi kita akan bisa hidup rukun saiyeg saeka praya.
 
Semoga bermanfaat
Salam Persaudaraan.....
PSHT Rayon UPT. Pandansari
Ranting Kintap Cabang Tanah Laut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar